Wonten ing kalodangan dalu punika. Kawula nyubi nyerat khasanah filosofi Jawi ingkang sae sanget damel pangeling utawi pangemut bilih manungsa wonten ing alam donya niki kedah kagungan pangroso. Amargi sejatine mboten wonten gunane ilmu lan jabatan dhuwur umpami kita mboten kagungan "pangrasa" Pangrasa ageng sanget manfaatipun kagem tindhak tandhuk kita supados wonten rasa tepa selira kaliyan tiyang sanes.
Pada kesempatan malam hari ini dengan segala kelelahan dan penat seharian bekerja. Saya ingin mencoba menulis tentang khasanah budaya jawa "Sewelas filosofi piyantun Jawa" kang sarat akan makna dalam kehidupan. Sebagai manusia kita harus mempunyai perasaan hati yang halus dan perasa. Sikap ini perlu karena tidak ada gunanya kita hidup punya ilmu, ijazah tinggi dan jabatan bila kita tidak mempunyai rasa hormat dan memahami apa yang dialami oleh teman atau rekan disekeliling kita. " Pangrasa " mempunyai keajaiban dan manfaat yang besar bagi kita.
Pangrasa sangat diperlukan untuk saling menghormati sesama manusia.
Monggo ...ngetike kalih hp heheh..
1.Alon-alon waton kelakon.
Artosipun alon - alon seng penting selamet
Ketoke sederhana ananging ukara iki duweni maksut kang njero banget
(Gesang ana ing dunya ana macem - macem ujian kang kudu diadepi.Kabeh pepingin kudu dilakoni kanthi sabar supaya tindak - tanduk kita duwe ati - ati.
(pelan-pelan asal selamat. Kedengarannya simpel ya tetapi sebenarnya filosofi ini memiliki makna yang mendalam. Di sini kita diajak untuk selalu berhati-hati, ulet, waspada, dan berusaha dalam menjalani hidup)
2. Aja gumunan, aja getunan, aja kagetan, aja aleman.Tegesipun dados manungsa aja gampang gumun( heran ) kaliyan napa mawon peristiwa kang kalampahan.ojo getunan istilah jawa kang artine menyesal.
(Kita jangan mudah heran, mudah menyesal, mudah terkejut, dan manja. Filosofi ini mengajarkan kita untuk menjadi orang yang dapat menerima semua keadaan. Sehingga kita tidak akan membuat masalah buat diri kita dan diri orang lain)
3. Sapa nandur, bakalan ngunduh.
Sinten kang nandur bakale seng arep manen apa kang ditandur. Nandur kabecikan seng bakal diunduh uga kebecikan. Sakwangsule sinten kang tumindak ala karo kiwa tengen ana ing titi wancine kabeh laku kui betahaken tanggung jawab.
( Istilah ini bicara soal karma. Bagi siapa yang mengumpulkan kebaikan maka suatu saat akan mendapatkan hasilnya. Orang yang banyak membantu orang lain, dia akan mendapatkan karma yang baik suatu hari nanti. Kita diajarkan untuk berlomba menanam kebaikan di manapun kita berada. Ini juga bermakna kerja keras kita yang akan berhasil kelak)
4. Nerima ing pandum.
Narima kabeh kang tinampa kanthi ikhlas. Senajan apa kang ditampa awujud kadadeyan kang ora disenengi. Apa maneh kabeh kang diarep- arep utawi dikarepake kalaksanan.
(Filosofi tersebut artinya menerima segala pemberian. Kita sebaiknya bisa ikhlas dalam menghadapi segala hal yang terjadi di dalam hidup kita. Hal ini ditunjukkan khususnya agar kita tidak menjadi orang yang serakah dan menginginkan hak milik orang lain.)
5. Urip iku urup.
Gesang kita ana ing alam dunya kudu semangat.semangat mbiyantu sapa wae kang ana ing sakkiwatengene awake dewe.
(Hidup itu harus menyala. Jika mengikuti filosofi ini, kita diajak untuk membuat hidup kita menyala dengan membantu orang-orang di sekitar kita. Intinya kita harus bisa memberi manfaat baik itu hal kecil maupun hal yang besar.
6. Aja kuminter mundak keblinger, aja cidra mundak cilaka.Aja rumangsa pinter mundhak keblinger.aja tiba mundhak cilaka. Aja akal nk ra gelem cilaka.
Manungsa seng cendhek ora gampang sombong kaliyan kahanan.
(Jangan merasa paling pintar biar kita tidak mau salah arah dan jangan suka mencurangi biar kita tidak mau celaka. Jadi ingat koruptor sama orang yang mencuri. Mereka paling pintar dan salah arah, mereka juga mencurangi banyak orang, makanya jadi celaka. Kita harus bisa selalu rendah hati)
7. Sak bejo-bejone wong kang lali isih bejo wong kang eling lan waspodo.
Filosofi ini didapat dari kitab Ronggo Warsita pujangga dari tanah Jawa. Arti dari filosofi tersebut adalah orang yang paling beruntung itu orang yang selalu ingat kepada yang Kuasa dan berhati-hati dalam menjalani hidup.
8. Ngunduh wohing pakarti.Manungsa bakal ngrasaake akibat wohing tumindake dewe.
Semua orang akan mendapatkan akibat dari segala perilakunya sendiri. Jadi, kita tidak perlu menyalahkan dan mencari kesalahan orang lain karena bisa saja itu adalah akibat dari apa yang kita lakukan sendiri. Jadi, kita harus ingat untuk berhati-hati dalam betindak.
9. Ngluruk tanpa bala, menang tanpa ngasorake, sekti tanpa aji-aji, sugih tanpa bandha.
Tanding ananging ora duwe bala menang tapi ra gawe cilik atine wong, sekti tanpa ilmu, sugih nanging ora duwe duwet.
Menyerbu tanpa bala tentara, menang tanpa merendahkan, kesaktian tanpa ajian, kekayaan tanpa kemewahan merupakan arti dari filosofi ini. Makna dari kata-kata tersebut adalah kita sebaiknya menjadi pemberani meski berjuang sendirian dan selalu menjaga wibawa serta selalu bersyukur.
10. Ajining diri saka lathi, ajining raga saka busana.
Arti dari filosofi ini adalah kehormatan diri berasal dari lisan dan kehormatan raga berasal dari pakaian. Bagi orang Jawa cara berpakaian itu menentukan kehormatan raga dan cara berbicara menunjukkan kehormatan diri seseorang. Penampilan dan ucapan kita mempengaruhi bagaimana orang bereaksi dan menghargai kita.
11. Becik kethitik ala ketara.
Filosofi yang satu ini artinya kebaikan akan terlihat dan kejahatan juga akan nampak. Semua perbuatan akan nampak tidak peduli itu baik maupun buruk. Ini adalah ajaran untuk kita agar memperbanyak perbuatan yang baik. Jika berbuat buruk dan disembunyikan, maka suatu saat perbuatan itu juga akan terbongkar.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.