Sunday, July 17, 2011

Maafkan Aku Bila Mendahuluimu

sepatu orthopadi orthoshoping.com sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita kelainan kaki pada balita arrow
Ads orthoshop info
sepatu orthopadi orthoshoping.com sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita kelainan kaki pada balita arrow
Ads orthoshop info
Soleh bukan tidak tahu kalau
kata-kata tak mengenakan itu
ditujukan kepadanya. Sungguh,
sebenarnya Soleh pun merasa
tidak nyaman dengan tuduhan
semacam itu. Tapi ini soal
prinsip. Ia yakin betul dengan
kebenaran prinsip yang
dipegangnya. Yang salah adalah
mengapa mereka tak (mau)
mengerti penjelasan yang ia
berikan.
Adalah Soleh, pemuda
berumur dua puluh lima tahun
yang termasuk beruntung.
Setahun bergabung, langsung
diangkat sebagai karyawan
tetap. Tapi bukan itu yang
membuat beberapa rekan
kerjanya sering menjadikan
Soleh sebagai bahan
perbincangan. Tak tahu tata
cara pergaulan, begitu
terkadang mereka
menambahkan.
Bukan satu dua kali Soleh
menjelaskan, mengapa ia
(selalu) berjalan mendahului
rekan-rekan perempuannya.
Terlebih bila secara kebetulan
bertemu di ujung tangga
menuju kantor mereka yang
terletak di lantai dua. Ia
bukanlah manusia suci seperti
sindiran rekan perempuannya.
Ia laki-laki dewasa normal yang
memiliki ketertarikan dengan
lawan jenis, tak terkecuali
kepada teman kerjanya. Ia
khawatir tak dapat
menundukan pandangan
(nafsu) bila berjalan di belakang
perempuan. Bukankah setiap
gerak perempuan selalu terlihat
indah di mata laki-laki?
Seandainya ia memiliki
kekuasaan, pasti ia akan
membuat aturan berpakaian
bagi karyawan perempuan.
Benar-benar menutup aurat,
bukan sekedar mengikuti trend
semata. Tapi ia hanyalah
karyawan rendahan, jalan
keluarnya adalah ia selalu
berusaha untuk tidak berjalan
di belakang perempuan.
Telah ia jelaskan, tapi sayang
hanya dianggap sebagai alasan
untuk menutupi
kesombongannya,
keangkuhannya. Dalam
beberapa hal, Soleh tidak
mempermasalahkan tata cara
pergaulan yang mendahulukan
perempuan, ladies first
istilahnya. Tapi untuk urusan
yang satu ini, Soleh berprinsip
sebaliknya.
Bukan tidak sopan, bukan pula
sombong. Selain menjaga
pandangan (nafsunya), justru
karena Soleh menghormati
mereka. Perempuan dengan
segala daya pikatnya bukanlah
objek yang bisa dinikmati
(dilihat) oleh laki-laki selain
yang berhak (suaminya).
Sayang, belum semua
perempuan menyadari tingginya
agama ini menempatkan
mereka. Karena nafsu, tak
jarang perempuan sengaja
tampil mencolok di depan laki-
laki yang tidak berhak melihat
auratnya. Astaghfirullloh!
Juga bukan satu dua kali Soleh
mengatakan kenapa ia
berusaha untuk sholat dengan
jamaah pertama dan
mendapatkan tempat yang
utama. Shaft pertama, tepat di
belakang sebelah kanan sang
imam, menjadi tempat
favoritnya. Soleh sadar betul
bahwa pahala terbesar adalah
sholat yang dikerjakan secara
berjamaah di awal waktu. Dan
soal tempat yang selalu ia incar
–shaf pertama di belakang
imam sebelah kanan– bukanlah
milik atasannya, bukan pula
milik pengurus mushola, tapi
hak siapapun yang datang lebih
awal.
Sudah Soleh katakan, tapi
sayang beberapa orang justru
menganggapnya tak punya tata
krama. Bukan tak tahu tata
krama bila Soleh berdiri di shaf
pertama sementara atasannya
justru di shaf kedua. Dalam
sholat jelas tidak melihat
jabatan seseorang dalam
pekerjaan. Soleh tahu di
belakangnya ada sang atasan,
tapi ia merasa tak perlu
menawarkan diri untuk
bertukar posisi. Siapapun punya
hak dan kesempatan yang
sama, syaratnya hanya satu,
datang lebih awal dibanding
lainnya.
Soleh justru heran dengan
beberapa rekan kerjanya yang
datang lebih dulu tapi sengaja
memilih tempat di belakang,
bahkan ada yang harus
diingatkan berkali-kali agar
tidak membentuk shaf baru
sebelum shaf di depannya
terpenuhi. Soleh telah
mengingatkan, tapi sayang
mereka dengan penuh
kesadaran dan dan kesengajaan
melewatkan kesempatan untuk
berdiri lebih dekat dengan
pintu syurga.
Dalam hal lain, Soleh tentu tak
berkeberatan bila ia harus
mengalah, memberi
kesempatan lebih dulu kepada
sang atasan. Tapi untuk ibadah,
Soleh tak mau menyia-nyiakan.
Sudah dikatakan, urusan lain
tidak masalah, tapi urusan
ibadah, diri sendiri harus
didahulukan.
Soleh memaklumi jika pada
awalnya beberapa prinsip yang
ia pegang terlihat aneh di mata
rekan-rekannya. Semua karena
mereka belum memahami.
Baginya, tak harus ia merubah
prinsip hanya karena orang lain
belum atau tak (mau) mengerti
penjelasannya.
Perlahan, seiring berjalannya
waktu, rekan-rekan kerja Soleh
mulai mengerti prinsipnya.
Bererapa rekan perempuan
mulai merubah cara
berpakaian. Kalau kebetulan
mereka bertemu di ujung
tangga, tanpa diminta rekan-
rekan perempuannya memberi
kesempatan untuk Soleh
berjalan di depan. Mereka
menyadari bahwa menaiki
tangga sementara laki-laki di
belakang, sama saja
menciptakan kesempatan untuk
mereka melihat apa yang tidak
menjadi haknya, terlebih
dengan model pakaian yang
dulu mereka kenakan.
Begitupun dengan rekan kerja
laki-laki, banyak yang mengikuti
jejaknya. Mereka menyadari
bahwa pahala sholat terbesar
adalah ketika dilakukan
berjamaah, di awal waktu. Dan
tempat yang tak boleh disia-
siakan adalah shaf pertama.
“ Jadi, jangan terburu
mengatakan egois, sombong
atau tidak sopan, bila dalam
hal-hal tertentu aku (selalu)
mendahuluimu. Maafkan!”
Soleh mengingatkan.
sepatu orthopadi orthoshoping.com sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita kelainan kaki pada balita arrow
Ads orthoshop info

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.