Monday, March 12, 2012

BENTUK KELOMPOK SOSIAL

sepatu orthopadi orthoshoping.com sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita kelainan kaki pada balita arrow
Ads orthoshop info
sepatu orthopadi orthoshoping.com sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita kelainan kaki pada balita arrow
Ads orthoshop info
Versi materi oleh Bondet Wrahatnala



Pada bagian terakhir ini, kita akan membahas mengenai beberapa bentuk kelompok sosial dalam masyarakat multikultural. Sebenarnya pada bab-bab terdahulu telah banyak disinggung mengenai hal ini bukan? Namun, tidak ada salahnya jika kita lebih memperdalam pembahasan ini dalam subpokok bahasan berikut ini. Dalam masyarakat multikultural, seringkali dijumpai bentuk-bentuk kelompok sosial seperti suku bangsa, komunitas, bangsa, dan masyarakat. Dalam bahasan ini akan dipaparkan secara singkat masing-masing bentuk kelompok sosial itu. Namun ada baiknya jika kita mengetahui terlebih dahulu pembagian kelompok sosial menurut para ahli sosiologi dan antropologi berikut ini.

1. Klasifikasi Robert Bierstedt
Di atas telah kita ketahui bersama bahwa manusia senantiasa hidup di antara orang lain atau bersama orang lain. Namun demikian, tidak semua bentuk kehidupan bersama termasuk

d. Prinsip Ultimogenitur
Prinsip ultimogenitur adalah prinsip dalam kekerabatan yang memperhitungkan hubungan kekerabatan melalui garis keturunan laki-laki maupun perempuan, tetapi hanya berlaku bagi yang termuda saja. Masyarakat yang menggunakan prinsip ini adalah masyarakat Mysore di India Selatan. Menurut Koentjaraningrat, di Indonesia ada masyarakat yang menggunakan prinsip ini, yaitu masyarakat di Kebumen, Jawa Tengah. Pada masyarakat tersebut ada kebiasaan atau tradisi bahwa anak perempuan yang terakhir (bungsu) apabila sudah menikah, maka dia beserta suami dan anak-anaknya harus tinggal bersama di rumah orang tuanya (prinsip uxorilokal). Dia juga akan mewarisi tanah dan rumahnya. Dengan demikian hukum adat waris seperti itu menganut prinsip matrilineal ultimogenitur. kelompok sosial. Robert Bierstedt (1948) yang dikutip oleh
Kamanto Sunarto (1993) mengemukakan tiga kriteria untuk menentukan apakah kumpulan orang dapat dikategorilan sebagai kelompok sosial atau sebaliknya tidak dapat dikategorikan sebagai kelompok sosial. Tiga kriteria itu adalah sebagai berikut.


a. Ada atau tidaknya organisasi.
b. Ada atau tidaknya hubungan sosial di antara mereka.
c. Ada atau tidaknya kesadaran jenis.

Tidak semua kelompok sosial memenuhi tiga syarat di atas. Berdasarkan kriteria tersebut, kelompok sosial terbagi lagi ke dalam empat jenis kelompok, yaitu asosiasi, kelompok sosial, kelompok kemasyarakatan, dan kelompok statistik.

a. Asosiasi
Kelompok yang disebut asosiasi biasanya memiliki aturan dan mekanisme keanggotaan tertentu yang sudah jelas atau terorganisir, ada hubungan sosial, dan ada kesadaran jenis. Jadi, memenuhi semua kriteria di atas. Contoh kelompok sosial yang dapat dikatakan sebagai asosiasi adalah sekolah, OSIS, PSSI, partai politik, dan sebagainya.

b. Kelompok Sosial
Jenis kelompok sosial model ini biasanya tidak memiliki aturan dan mekanisme keanggotaan secara formal, tetapi mempunyai hubungan sosial yang relatif tetap dan memiliki kesadaran jenis. Jadi, memenuhi dua kriteria yang disebutkan di atas. Contoh kelompok sosial ini adalah kelompok teman bermain, kerabat, dan sebagainya.

c. Kelompok Kemasyarakatan
Kelompok kemasyarakatan hanya memenuhi satu kriteria, yaitu mereka memiliki kesadaran jenis, tetapi tidak terorganisir dan tidak ada hubungan sosial. Contoh kelompok kemasyarakatan adalah kelompok berdasarkan jenis kelamin dari suatu hasil sensus penduduk perempuan. Contoh lainnya adalah kelompok masyarakat miskin, kelompok masyarakat elite, dan sebagainya.

d. Kelompok Statistik
Kelompok statistik adalah kelompok yang tidak memenuhi semua kriteria yang disebut di atas. Misalnya, pengelompokan penduduk menurut Biro Pusat Statistik berdasar usia, seperti 0–4 tahun, 5–9 tahun, 75 tahun ke atas, dan seterusnya.

2. Klasifikasi Emile Durkheim

Emile Durkheim tokoh sosiologi yang berasal dari Perancis sebagai peletak dasar sosiologi modern membagi kelompok sosial atas dua jenis berdasarkan ikatan sosial yang disebut dengan solidaritas sosial, yaitu solidaritas mekanis dan solidaritas organis.

a. Solidaritas Mekanis
Solidaritas mekanis adalah ciri yang menandai bagi masyarakat sederhana yang hidup terpisah dalam kelompok-kelompok kecil. Pada masyarakat ini belum ada pembagian kerja atau spesialisasi dalam hal pekerjaan karena pada dasarnya setiap pekerjaan dilakukan secara bersama-sama atau gotong royong. Masyarakat ini juga terikat oleh kesamaan dan kesadaran bersama yang kuat. Hubungan sosial yang terjadi di antara anggota masyarakat cenderung akrab dan didasarkan pada sistem nilai yang sama. Contoh masyarakat dengan solidaritas ini adalah masyarakat pedesaan yang masih tradisional. Pada umumnya masyarakat tersebut mempunyai pekerjaan yang sama, yaitu sebagai petani.

b. Solidaritas Organis
Solidaritas organis adalah bentuk solidaritas yang mengikat masyarakat kompleks atau beragam yang telah mengenal pembagian kerja secara rinci. Dengan demikian muncul
 keahlian tertentu yang dimiliki oleh setiap anggota masyarakat yang mengakibatkan setiap golongan dalam masyarakat saling tergantung satu sama lain dan tidak dapat hidup secara sendiri tanpa melakukan hubungan atau kerja sama dengan golongan lain dalam masyarakat. Namun demikian kesadaran bersama di antara mereka lemah.

Misalnya kehidupan pada masyarakat kota. Ada banyak jenis pekerjaan pada masyarakat kota, seperti karyawan swasta, pengusaha, buruh, guru, pegawai negeri, dan lain-lain, di mana mereka saling membutuhkan atau berhubungan yang didasarkan pada pemenuhan kebutuhan masing-masing, bukan atas ikatan moral (kebersamaan). Keadaan demikian dapat disamakan dengan bagian-bagian suatu organism yang merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahpisahkan, karena apabila salah satu bagian rusak maka organisme tersebut akan macet.

3. Klasifikasi Ferdinand Tonnies
Tokoh lain yang membagi jenis kelompok sosial adalah Ferdinand Tonnies, seorang sosiolog dari Jerman. Ia membagi kelompok sosial ke dalam dua jenis kelompok, yaitu gemeinschaft dan gesellschaft.

a. Gemeinschaft (Paguyuban)
Kelompok sosial ini digambarkan sebagai kehidupan bersama yang intim dan pribadi, yang merupakan suatu keterikatan yang dibawa sejak lahir. Ikatan pernikahan dan keluarga digambarkan sebagai gemeinschaft of life. Contohnya kehidupan rumah tangga, kekerabatan, dan sebagainya. Gemeinschaft dibagi atas tiga tipe, yaitu gemeinscharft by blood, gemeinschaft of place, dan gemeinschaft of mind.

1) Gemeinschaft by blood adalah paguyuban yang mengacu pada kekerabatan, atau di dasarkan pada ikatan darah atau keturunan. Misalnya keluarga.

2) Gemeinschaft of place adalah paguyuban yang mengacu pada kedekatan tempat, sehingga dapat saling bekerja sama dan tolong-menolong. Misalnya rukun tetangga atau rukun warga.

3) Gemeinschaft of mind adalah paguyuban yang mengacu pada hubungan persahabatan karena persamaan minat, hobi, profesi, atau keyakinan. Misalnya kelompok agama.

b. Gesellschaft (Patembayan)
Gesellschaft adalah ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat sebagai suatu Bentuk dalam pikiran belaka, dan strukturnya bersifat mekanis. Bentuk gesellschaft ini umumnya terdapat di dalam hubungan perjanjian yang didasarkan pada ikatan timbale balik, seperti ikatan antara pedagang dengan pembeli.

4. Klasifikasi Charles H. Cooley dan Ellsworth Farris
Menurut Cooley, di dalam masyarakat terdapat kelompok primer yang ditandai dengan pergaulan dan kerja sama tatap muka yang intim. Ruang lingkup terpenting kelompok primer adalah keluarga, teman bermain pada anak kecil, rukun warga, atau komunitas orang dewasa. Pergaulan intim ini menghasilkan keterpaduan individu dalam satu-kesatuan yang membuat seseorang hidup dan memiliki tujuan kelompok bersama. Farris meneruskan klasifikasi Cooley yang hanya menjelaskan kelompok primer. Menurut Farris, di dalam masyarakat juga terdapat kelompok sekunder yang formal, tidak pribadi  dan berciri kelembagaan. Contohnya kelompok organisasi, seperti koperasi, partai politik, dan lain sebagainya.

5. Klasifikasi W.G. Sumner
Sumner membagi kelompok sosial menjadi dua, yaitu in-group dan out-group. Menurut Sumner, dalam masyarakat primitif yang terdiri dari kelompok-kelompok kecil yang tersebar di suatu wilayah terdapat pembagian-pembagian menjadi kelompok dalam (in-group) dan kelompok luar (out-group). Contohnya pada masyarakat Badui Dalam. Mereka adalah kelompok dalam (in-gorup) yang memiliki beberapa ciri khusus dan aturan mengikat yang hanya dimiliki kelompok tersebut. Di antaranya, anggota kelompok tersebut dilarang keras untuk menerima teknologi dari luar, karena diyakini teknologi dari luar akan membuat kehidupan mereka tidak nyaman. Sedangkan masyarakat Badui Luar yang ada di luar kelompok tersebut disebut sebagai kelompok luar (out-group), karena mereka tergolong suku Badui yang menerima segala bentuk perubahan. Di kalangan kelompok dalam dijumpai per-sahabatan, kerja sama, keteraturan, dan kedamaian. Apabila kelompok dalam berhubungan dengan kelompok luar, maka yang terjadi adalah rasa kebencian, permusuhan, perang, atau perampokan. Rasa kebencian ini diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain dan menimbulkan perasaan kelompok dalam (in-group feeling). Anggota kelompok dalam menganggap kelompok mereka sendiri sebagai pusat segala-galanya (ethnocentris).

6. Klasifikasi J.S. Furnival
Menurut J.S. Furnival, masyarakat majemuk atau masyarakat multikultural dilihat dari susunan dan komunitas etniknya dapat dibedakan menjadi empat kategori, yaitu masyarakat multikultural dengan kompetisi seimbang, masyarakat, multikultural dengan mayoritas dominan, masyarakat multikultural dengan minoritas dominan, dan masyarakat multikultural dengan fragmentasi.

a. Masyarakat Multikultural dengan Kompetisi Seimbang
Masyarakat multikultural jenis ini terdiri dari sejumlah etnikyang kurang lebih memiliki kekuatan kompetitif yang seimbang. Gabungan antara etnik-etnik tersebut sangat diharapkan untuk membentuk masyarakat yang stabil dan harmonis.

b. Masyarakat Multikultural dengan Mayoritas Dominan
Masyarakat multikultural jenis ini terdiri atas sejumlah komunitas etnik yang kekuatan kompetitifnya tidak seimbang. Salah satu kelompok memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok lain. Dalam kenyataannya, kelompok yang memiliki kekuatan yang lebih besar ini akan mendominasi kompetisi dalam berbagai bidang kehidupan, seperti politik, ekonomi, dan kehidupan sosial, sehingga kelompok yang memiliki kekuatan lebih kecil akan merasa didominasi dan terkucilkan.

c. Masyarakat Multikultural dengan Minoritas Dominan
Masyarakat ini merupakan kebalikan dari masyarakat multikultural dengan mayoritas dominan, di mana dalamnya terdapat sejumlah kecil dari keseluruhan atau golongan minoritas yang mampu mengendalikan kelompok mayoritas,karena memiliki berbagai keunggulan kompetitif. Dengan demikian sehingga dalam kehidupan di masyarakat, kelompok minoritas mampu mendominasi kelompok mayoritas yang meskipun memiliki jumlah besar, namun kekuatan kompetitifnya kalah jika dibandingkan dengan minoritas.

d. Masyarakat Multikultural dengan Fragmentasi
Masyarakat multikultural ini terdiri atas sejumlah besar kelompok etnis, tetapi semuanya dalam jumlah yang kecil. Dengan demikian tidak ada satu kelompok yang mempunyai posisi atau kekuatan kompetitif yang mampu mendominasi kelompok-kelompok yang lain. Dari beberapa klasifikasi kelompok sosial menurut para ahli di atas, kita dapat mengelompokkan beberapa jenis kelompok sosial yang ada di dalam kehidupan masyarakat multikultural, yaitu suku bangsa, komunitas, bangsa, dan masyarakat.

1. Suku Bangsa (Etnis)
Suku bangsa atau etnis seperti telah disinggung pada babbab sebelumnya merupakan kelompok sosial yang terdiri dari orang-orang yang menganggap mereka berasal dari keturunan atau nenek moyang yang sama, meskipun garis keturunannya sudah tidak jelas. Kelompok ini tidak dibatasi oleh kesamaan bahasa atau adat istiadat saja, tetapi membutuhkan pengakuan dari anggota kelompoknya. Beberapa suku bangsa di Indonesia memungkinkan orang lain di luar sukunya menjadi anggota suku dengan upacara tertentu. Beberapa suku bangsa di Indonesia antara lain, Jawa, Minang, Sunda, Papua, Dayak, dan lain-lain.

Pemahaman mengenai etnis di Indonesia berbeda dengan pengertian etnis di tempat lain, misalnya di Bosnia, yang menggunakan kriteria agama untuk membedakan etnis,
sehingga terdapat etnis Islam dan etnis Kristen. Meskipun agama terkadang menjadi salah satu ciri etnis tertentu di Indonesia, namun itu bukan dasar pembagian etnis di Indonesia. Kelompok-kelompok pendatang yang sudah lama menetap dan berkembang di Indonesia umumnya me-ngembangkan kelompok tersendiri. Oleh karena itu tidak heran jika di Indonesia terdapat suatu perkumpulan yang disebut dengan etnis Cina, Arab, dan India.

2. Komunitas
Komunitas merupakan kelompok sosial yang terbentuk karena kesamaan tempat tinggal dengan batas geografis yang jelas. Atau dengan kata lain komunitas adalah sekelompok manusia, baik besar maupun kecil di mana anggota-anggotanya hidup bersama-sama dalam suatu kelompok bukan karena adanya kepentingan khusus yang hendak dicapainya, melainkan suatu tujuan pokok mengenai kehidupan bersama dalam kelompok tersebut. Komunitas biasa disebut juga dengan istilah masyarakat setempat yang memiliki perasaan kelompok. Contoh komunitas adalah masyarakat RT, RW, desa, kelurahan, dan sebagainya.

Ada beberapa kriteria yang mendasari terbentuknya suatu komunitas, di antaranya adalah daerah tempat tinggal (locality) dan sentimen komunitas (community sentiment).

a. Daerah Tempat Tinggal (Locality)
Di manapun suatu komunitas itu berada selalu men-duduki suatu daerah teritorial bahkan pada masyarakat nomaden sekalipun, meskipun berpindah-pindah, namun selalu mempunyai daerah tempat tinggal. Kebanyakan komunitas mendapatkan ikatan solidaritas yang kuat karena berasal dari satu daerah, misalnya hubungan di antara orang-orang yang sama-sama berasal dari suatu daerah tertentu merasa ikatannya lebih erat daripada dengan orang-orang yang berasal dari daerah lain. Dari sebab itulah komunitas selalu dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang berasal dari daerahnya sebagai faktor yang memperkuat solidaritas.

b. Sentimen Komunitas (Community Sentiment)
Di dalam komunitas terkandung unsur-unsur kesadaran dalam mewujudkan cara hidup bersama, di antaranya adalah seperasaan, perasaan berperanan, dan saling memerlukan.

1) Seperasaan (de feeling), di mana hal ini timbul pada kita apabila daerah kita atau bangsa kita dicela, dimaki, dan sebagainya.
2) Perasaan berperanan (role feeling), di mana setiap orang
 merasakan bahwa dirinya mempunyai peranan untuk bermain, dan saling mengisi di dalam peristiwa sosial.
3) Saling memerlukan, di mana komunitas digunakan sebagai satu alat untuk memenuhi kebutuhan fisik individu, misalnya makanan dan perumahan, serta melindungi diri dari kesepian dan ketakutan yang ada pada individu-individu.

3. Bangsa
Bangsa merupakan kelompok masyarakat yang besar. Meskipun hubungan sosial antara mereka tidak kontinu, tetapi kelompok ini nyata, dan terikat oleh perasaan nasionalisme. Menurut Ernest Renan, suatu bangsa terbentuk karena anggota masyarakat itu memiliki kesamaan sejarah atau nasib, dan memiliki kesamaan tujuan atau harapan bersama. Contohnya, bangsa Indonesia, Filipina, Arab, dan sebagainya. Bangsa (nation) tidak sama persis dengan negara (state). Misalnya bangsa Arab terdiri atas beberapa negara seperti Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Irak, Mesir, serta beberapa negara lainnya.

4. Masyarakat
Masyarakat merupakan satuan sosial yang sangat luas. Pembagian atau pembedaan masyarakat dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai kriteria, antara lain sebagai berikut.

a. Berdasarkan ciri yang dimiliki oleh masyarakat yang bersangkutan, kita mengenal masyarakat petani, masyarakat nelayan, masyarakat industri, dan sebagainya.
b. Berdasarkan di mana masyarakat bermukim, kita mengenal adanya masyarakat kota dan masyarakat desa.
c. Dari kemajuan peradaban, kita mengenal masyarakat sederhana, masyarakat transisi, dan masyarakat modern.

Dari berbagai kriteria tentang masyarakat di atas, dapatkah kamu memberikan definisi tentang masyarakat? Berikut ini beberapa definisi masyarakat menurut pendapat para ahli sosiologi.

a. Koentjaraningrat
Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu, bersifat Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.

c. Mayor Polak
Masyarakat adalah wadah segenap antarhubungan social yang terdiri dari banyak sekali kolektivitas serta kelompok, dan tiap-tiap kelompok terdiri lagi atas kelompok-kelompok yang lebih kecil. Semuanya itu tersusun secara hierarkis atau berkeseimbangan, sejajar, setaraf, ataupun saling tembusmenembus.

d. Roucek dan Warren
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang memiliki rasa dan kesadaran bersama, di mana mereka berdiam (bertempat tinggal) dalam daerah yang sama, yang sebagian besar atau seluruh warganya memperlihatkan adanya adat istiadat serta aktivitas yang sama pula.
sepatu orthopadi orthoshoping.com sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita kelainan kaki pada balita arrow
Ads orthoshop info

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.