3. Siapkan alat peraga. Siapkan alat peraga agar anak-anak melihat ekspresi dan gambaran cerita dengan kemampuan visualnya. Jangan salah, makanan camilan pun dapat dijadikan alat peraga. Awali dengan teknik tebak-tebakan, misalnya lagu, serta permainan, atau kombinasi semuanya.
4. Tenang. Usahakan santai dalam membawakan cerita dapat membuat anak-anak gampang menerima pesan cerita.
5. Improvisasi ketika sudah hafal dengan cerita. Misalnya, lupa nama tokoh yang digambarkan sebagai seekor kelinci. Kita dapat improvisasi dengan memberi ciri-ciri kelinci, misalnya dengan menuturkan, "Di sebuah hutan, ada hewan yang... Hmm hewan apa ya yang suka meloncat-loncat, dan telinganya panjang?". Anak-anak tentu akan menyambutnya dengan teriakan "Kelinciiii!". Improvisasi dalam bentuk pertanyaan akan membuat interaksi dengan anak sebagai penyimak.
6. Melibatkan anak dalam satu sampai dua adegan. Ini sangat dianjurkan agar tidak monoton. Dengan jalan memberikan interaksi, anak tidak hanya berperan sebagai penonton, tetapi juga kadang obyek.
7. Bijaksana. Menyampaikan dongeng tidak sama dengan menyampaikan cerita umum. Ada anak-anak yang perlu penanganan lebih lanjut, misalnya untuk anak berkebutuhan khusus, penyampaiannya tidak seragam dengan anak-anak lainnya..
Pria yang akrab dipanggil Kak Awam ini mengungkapkan bahwa pendongeng, yaitu orangtua dan guru, tak perlu tergesa-gesa berharap anak bisa mengerti semua yang diceritakan. Namun, menurutnya, satu atau dua nilai yang disampaikan melalui cerita mampu mengubah perasaan dan pola pikir anak.
Komunikasi antara orangtua atau guru dan anak, lanjutnya, dibangun melalui media cerita. Cerita tidak hanya sanggup mengusir rewel dan suasana hati anak yang gundah, tetapi juga mampu membentuk karakter wawasan dan pola pikir anak secara kreatif.
Sumber: kompas.com
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.