Showing posts with label kias. Show all posts
Showing posts with label kias. Show all posts

Saturday, February 1, 2014

MENGATASI ORANG YANG SERING MIMPI BURUK

sepatu orthopadi orthoshoping.com sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita kelainan kaki pada balita arrow
Ads orthoshop info
sepatu orthopadi orthoshoping.com sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita kelainan kaki pada balita arrow
Ads orthoshop info
MENGATASI ORANG YANG SERING MIMPI BURUK

Ivan Taniputera
1 Februari 2014

Seorang teman menanyakan pada saya mengenai anaknya yang sering mimpi buruk. Ini adalah ilmu yang dipelajari dari orang-orang tua dahulu mengenai bagaimana cara menyirnakan mimpi buruk. Caranya sederhana, yakni dengan menggantungkan mainan berbentuk hulu (葫蘆 labu yang berbentuk botol, Lagenaria siceraria) pada bagian atas ranjang.


Boleh juga digantungkan pada pintu kamar tidur atau pintu utama. Demikianlah tata cara sederhana untuk menyirnakan mimpi buruk. Diharapkan setelah hulu digantungkan maka orang yang bersangkutan tidak akan mengalami mimpi buruk lagi.

Artikel-artikel bermanfaat lainnya silakan kunjungi https://www.facebook.com/groups/339499392807581/
sepatu orthopadi orthoshoping.com sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita kelainan kaki pada balita arrow
Ads orthoshop info

Tuesday, January 28, 2014

KIAS PENANGKAL MIMPI BURUK

sepatu orthopadi orthoshoping.com sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita kelainan kaki pada balita arrow
Ads orthoshop info
sepatu orthopadi orthoshoping.com sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita kelainan kaki pada balita arrow
Ads orthoshop info
KIAS PENANGKAL MIMPI BURUK

Ivan Taniputera
28 Januari 2014


Sebagian di antara kita pernah mengalami mimpi yang menurut anggapan kita merupakan pertanda buruk. Dengan demikian, hidup kita menjadi tidak tenang. Berikut ini adalah kias-kias yang dapat diterapkan guna mengatasi mimpi buruk yang kita alami.

Ini adalah cara yang diambil dari Primbon Puspa Wahju halaman 23.

Saat terbangun di pagi hari goreskan gambar garis-garis sebagai berikut di tanah. Membuat garisnya boleh dengan paku atau kayu kecil.



Cara membuatnya adalah tiga garis mendatar (horizontal) terlebih dahulu, yang dimulai dari kiri ke kanan dan atas ke bawah. Selanjutnya baru tiga garis berdiri (vertikal), yang dimulai dari bawah ke atas dan kiri ke kanan.

Sambil menggaris bacalah doa sebagai berikut:

"Bahwa mimpi..... (sebutkan disini bagaimana keadaannja impian) jang semalam itu, dengan ini saja kiaskan. Semoga segala malapetaka atau istiwa jang tidak baik hanja berupa sebagai garisan ini belaka dan hendaknja akan segera terlenjap tanpa meninggalkan bekas-bekasnja."

Apabila Anda terbangun di tengah malam atau menjelang fajar boleh memotong ujung kuku ibu jari kanan dan kiri, seraya mengatakan:

"Dengan ini saja kiasi buat impian tadi itu, mudah-mudahan habis punah segala malapetaka."

Cara berikutnya yang saya pelajari dari orang-orang tua adalah mencabut beberapa helai rambut dan membuangnya ke luar rumah seraya mengatakan:

"Dengan dibuangnya rambut ini semoga segenap keburukan yang dibawa mimpi tadi akan ikut sirna."

Demikian semoga bermanfaat.

Untuk artikel menarik lainnya silakan kunjungi: https://www.facebook.com/groups/339499392807581/
sepatu orthopadi orthoshoping.com sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita kelainan kaki pada balita arrow
Ads orthoshop info

Tuesday, January 21, 2014

PENANGKAL ATAU KIAS UNTUK RUMAH YANG PENGHUNINYA BERGANTI-GANTI SAKIT

sepatu orthopadi orthoshoping.com sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita kelainan kaki pada balita arrow
Ads orthoshop info
sepatu orthopadi orthoshoping.com sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita kelainan kaki pada balita arrow
Ads orthoshop info
PENANGKAL ATAU KIAS UNTUK RUMAH YANG PENGHUNINYA BERGANTI-GANTI SAKIT

Ivan Taniputera
21 Januari 2014

Seorang teman pernah mengalami penghuni di rumahnya secara bergantian sakit. Kebetulan saya menemukan artikel berikut ini dari sebuah primbon jadul. Menurut primbon tersebut, rumah yang para penghuninya bergantian sakit telah kemasukan hawa-hawa negatif. Oleh karenanya, hawa negatif tersebut perlu disingkirkan. Caranya adalah dengan melakukan kias berikut ini yang cukup mudah dan tidak memerlukan biaya besar.

Anda hanya perlu menyediakan sebuah piring porselin atau kaca cermin. Selanjutnya pada jam 12 tengah hari atau jam 12 tengah malam, gambarlah pada piring atau cermin tersebut seperti di bawah ini.


Untuk melukisnya boleh gunakan cat atau tinta China. Pekerjaan melukis ini harus diselesaikan pada waktu itu juga dan tidak boleh ditinggal-tinggal atau dilanjutkan lain waktu. Setelah selesai letakkan piring atau cermin yang telah digambari di atas meja yang bersih. Pasanglah tiga batang dupa (hio) dan bersembahyang memohon pada Langit dan Bumi agar mencurahkan kekuatannya pada piring atau cermin, sehingga seluruh rumah dapat dibersihkan dari pengaruh buruk.

Keesokan harinya pada jam yang sama, pasanglah piring atau cermin di depan pintu utama atau pintu kamar orang yang sakit. Demikianlah tata cara kias sederhana ini. 

Untuk artikel-artikel menarik lainnya silakan kunjungi: https://www.facebook.com/groups/339499392807581/

sepatu orthopadi orthoshoping.com sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita kelainan kaki pada balita arrow
Ads orthoshop info

Wednesday, February 27, 2013

TAKDIR VERSUS CISWA: SEBUAH RENUNGAN DARI KISAH THO HWA LI

sepatu orthopadi orthoshoping.com sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita kelainan kaki pada balita arrow
Ads orthoshop info
sepatu orthopadi orthoshoping.com sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita kelainan kaki pada balita arrow
Ads orthoshop info

TAKDIR VERSUS CISWA: SEBUAH RENUNGAN DARI KISAH THO HWA LI

Ivan Taniputera
27 Februari 2013

Dalam perjalanan ke delapan kelenteng beberapa waktu yang lalu, saya menemukan buku kisah Tho Hwa Li buah karya Gan KH ini. Sebenarnya saya sudah pernah mendengar mengenai kisah Tho Hwa Li semenjak masih kecil dan edisi lama buku ini saya sudah punya, namun kini tidak tahu lagi di mana keberadaannya. Oleh karenanya, penemuan kembali buku ini di salah sebuah kelenteng yang saya kunjungi merupakan peristiwa berharga. Kisah-kisah dalam tradisi Tiongkok memang sarat makna dan filsafat pemikiran.


Secara umum, dalam buku tersebut ada hal-hal menarik, seperti asal muasal tradisi ritual pengantin yang masih dilaksanakan hingga hari ini dan takdir versus ciswa. Kita akan mengulasnya satu persatu.

1.TAKDIR VERSUS CISWA

Sebelum mengulas mengenai topik bahasan ini. Saya akan memaparkan latar belakang kisahnya secara singkat. Ciu Kong adalah seorang mantan pembesar di masa pemerintahan Kaisar Ciu Yu Ong (781 SM) dari dinasti Ciu (Mandarin: Chou). Karena kaisar ke-12 ini hanya gemar bersenang-senang saja bersama selirnya bernama Po Su, Ciu Kong lantas mengundurkan dirinya. Sebenarnya Ciu Kong ini bukanlah nama pembesar tersebut. Namanya tidak disebutkan dalam buku ini. Ciu Kong adalah gelar yang dianugerahkan oleh Kaisar Yu Ong, sewaktu pembesar tersebut mengundurkan dirinya guna pulang ke desa. Arti telar itu adalah "Sesepuh Marga Ciu." (lihat halaman 3). Selain pemberian gelar kehormatan, Ciu Kong mendapatkan pula anugerah berupa pedang bernama Sian-cam-ho-cau (Bunuh Dulu Urusan Belakang). Ini menandakan bahwa pemegang pedang tersebut memiliki kekuasaan luar biasa.
Ciu Kong yang telah mengundurkan dirinya lantas membuka profesi sebagai juru ramal. Uniknya Ciu Kong akan memberikan ganti rugi yang besar jika ramalannya meleset (tiga ratus lima puluh tahil perak-halaman 6). Meskipun demikian, biaya meramalnya cukup rendah, yakni "tiga tahil setengah uang perak." (halaman 5). Dalam sehari, ia hanya menerima tiga orang saja yang hendak diramal. Sebagai juru penerima tamu, Ciu Kong mengangkat mantan juru tulisnya bernama Peng Cian.
Ramalan Ciu Kong memang terbukti keakuratannya. Kendati demikian dua kali ramalan Ciu Kong meleset, yakni:

a.Putera seorang nenek bernama Li Kho-cwan (halaman 16) yang diramal akan meninggal. Berkat kias yang diberikan Tho Hwa Li, nyawanya berhasil diselamatkan. Tho Hwa Li adalah gadis sakti yang pandai menciptakan beraneka macam kias. Caranya adalah bersembahyang dengan tiga batang dupa saat sore hari, lalu mengambil bantal anaknya, menepuk tiga kali pada bantal disertai seruan keras memanggil anaknya. Singkat cerita, memang kias atau penangkal ini terbukti kemanjurannya.

b.Peng Cian sendiri diramalkan akan meninggal oleh Ciu Kong. Namun Tho Hwa Li berhasil menyelamatkannya, yakni menyuruh Peng Cian menanti kehadiran Delapan Dewa di sebuah kuil. Ternyata usia Peng Cian dapat ditambah 80 tahun.

Kegagalan ramalannya ini menggusarkan hati Ciu Kong yang merasa otorita-nya tertantang. Ia lalu mencari cara membunuh Tho Hwa Li yang akan kita uraikan belakangan.

Kini kita akan mendiskusikan terlebih dahulu makna kisah ini. Tentu saja sebuah kisah dapat dimakna berbeda-beda bagi masing-masing orang. Kendati demikian saya lebih cenderung memaknainya berdasarkan pertanyaan klasik "Apakah nasib dapat diubah?" Ini adalah sebuah pertanyaan yang telah hadir semenjak zaman yang amat lampau. Sepanjang sejarahnya agama dan filsafat telah berupaya memberikan jawaban bagi hal ini, sehingga kita dapat menjumpai banyak teori tentangnya. Namun, semuanya itu akan tetap menjadi sebuah "hipotesa" yang tidak dapat kita buktikan kebenarannya. Mengapa? Karena kita tidak memiliki mesin waktu. Sebuah hipotesa baru akan terbukti jika sudah diuji dengan sebuah eksperimen. Jadi secara sederhana adalah sebagai berikut. Seorang melakukan tindakan A hingga akhirnya mendapatkan B. Namun kita tidak tahu, jika tidak melakukan A, apakah ia akan tetap mendapatkan B. Dalam kehidupan nyata, memang terdapat kasus-kasus di mana seseorang telah berupaya, namun tidak memperoleh hasil yang diharapkan. Sebaliknya, ada juga orang tidak berusaha, tetapi malah mendapatkan sesuatu yang diharapkannya. Karena kita tidak mampu mengujinya, pertanyaan apakah "nasib dapat diubah" akan tetap menjadi misteri umat manusia sampai ditemukannya mesin waktu; yakni satu-satunya alat yang dapat dipergunakan menguji berbagai kemungkinan pararel dalam kehidupan manusia. Untuk lebih jelasnya, pembaca dapat menonton film "Butterfly Effect." Apakah ciswa itu benar dapat mengubah nasib? Pertanyaan ini juga mustahil dijawab. Namun kisah di atas mencerminkan pertanyaan klasik tersebut, yakni takdir versus ciswa.

2.RITUAL-RITUAL UPACARA PERNIKAHAN TIONGHOA

Demi membalaskan dendamnya pada Tho Hwa Li, Ciu Kong lantas melakukan suatu tindakan yang agak eksentrik. Dia hanya memiliki seorang puteri bernama Ciu He Lian, namun agar dapat "membunuh" Tho Hwa Li, ia lantas "menikahkan" puterinya itu dengan Tho Hwa Li. Tentu saja sebelumnya sang puteri akan dirias sebagai pengantin pria. Ciu Kong memilihkan hari paling buruk, yang disebut Thian pia jit. Itu merupakan hari paling buruk bagi pengantin wanita. Banyak bahaya yang menanti, sehingga akan mengancam nyawa sang mempelai wanita. Berikut ini adalah bahaya beserta penangkalnya.

a.Pada hari itu saat mempelai wanita keluar dari rumahnya sendiri, dua bintang jahat, yakni Thian-sat dan Thian sin, telah siap menghantamnya, sehingga pengantin wanita mendadak jatuh tersungkur dan meninggal seketika.

PENANGKAL: Tho Hwa Li bersembahyang pagi-pagi sebelum matahari terbit, guna mengundang kehadiran dewa Liok ting Thai-sin dan Liok tha Thai sin, yang bertugas menjaga keamanan langit, sehingga sanggup mengusir Thian-sat dan Thian-sin.

b.Saat mempelai wanita telah duduk dalam tandu, bintang Ceng-liong ce (Naga Hijau) dan Pek-hou ce (Macan Putih) telah siap mencabut nyawanya.

PENANGKAL: Ceng-liong ce paling takut dengan kilin, sedangkan Pek-hou ce takut dengan burung hong (funiks). Oleh karenanya, Tho Hwa Li menempelkan kertas merah bertuliskan warna emas, yang masing-masing berbunyi "KI LIN TO CU" dan "HONG HONG TO CU." Artinya adalah "Kilin berada di sini" dan "Burung hong merah ada di sini." Dengan demikian Naga Hijau dan Macan Putih kebur ketakutan.

c.Begitu tandu tiba di rumah mempelai pria, bintang Ceng-liong ce yang gagal membunuh pengantin wanita akan kembali beraksi, sehingga mempelai wanita bisa menemui ajalnya.

PENANGKAL: Melepaskan tiga batang anak panah, sehingga Ceng-liong ce lari ketakutan.

d.Begitu mempelai wanita memasuki rumah pengantin pria, bintang Thian Kau-ce (Kera Langit) telah siap mencekiknya.

PENANGKAL: Dengan menaburkan beras kuning, sehingga Kera Langit lari ketakutan. Beras kuning itu dipercaya mampu membutakan mata Kera Langit.

e.Bintang Ngo-kui-ce (Lima Setan) telah siap menanti di balik pintu rumah Ciu Kong dan siap menerjang serta menghabisi nyawa Tho Hwa Li.

PENANGKAL: Menggunakan niru sebagai payung yang telah digambari pat kwa. Dengan demikian, Lima Setan tidak berani mendekat dan menyingkir jauh-jauh.

f.Saat kedua mempelai duduk bersama di dalam kamar pengantin guna bersantap bersama, bintang Pek-hou ce akan datang lagi dan menghantam mempelai wanita sampai tewas.

PENANGKAL: Tidak ada penangkalnya, tetapi Tho Hwa Li tidak kehilangan akal. Ia pura-pura pusing dan berbaring di ranjang pengantin. Akibatnya hanya Ciu He Lian yang duduk sendirian di depan meja pengantin. Meskipun berdandan sebagai pengantin wanita, bintang Peh-hou ce tidak dapat ditipu. Ia lantas menghantam puteri Ciu Kong tersebut hingga tewas.

Dengan demikian, justru Ciu Kong yang kehilangan puterinya. Dendamnya pada Tho Hwa Li semakin bertambah.

Kisah di atas mencerminkan sebuah ajaran bahwa manusia hendaknya senantiasa berupaya memperbaiki keadaan. Meski benar bahwa kita tidak mengetahui apakah takdir dapat diubah atau tidak. Namun berusaha menciptakan sesuatu yang lebih baik adalah lebih baik ketimbang tidak berusaha sama sekali.

3.EPILOG

Ciu Kong mencari cara lain dalam membunuh Tho Hwa Li. Ia lantas mengetahui rahasia kelemahan Tho Hwa Li, yakni ranting pohon Tho tumbuh di halaman rumah Tho Hwa Li yang menjulur ke penjuru barat. Ciu Kong meminta potongan dahan tersebut pada Tho Wan Gwe, yakni ayah Tho Hwa Li, dengan alasan bahwa benda tersebut akan dipakai sebagai wahana penujuman. Benar saja setelah ranting pohon itu dipotong, kesehatan Tho Hwa Li semakin menurun dan akhirnya sakit parah. Sebelum meninggal, Tho Hwa Li berpesan pada Peng Cian, yang pernah ditolongnya, agar membenturkan peti jenazahnya saat hendak diangkut keluar dari rumah Ciu Kong. Permintaan ini dilaksanakan, dan ajaibnya Tho Hwa Li hidup kembali. Terjadi perang tanding dengan Ciu Kong. Ternyata Ciu Kong adalah jelmaan pedang dewa, sedangkan Tho Hwa Li adalah jelmaan sarungnya. Kedua pedang itu sebelumnya adalah milik Dewa Hian Thian Siang Tee (Siang Tee Kong) sewaktu Beliau masih bertapa di Bu-tong-san. Karena memperoleh Jit Gwat jing (sari murni matahari dan rembulan), akhirnya pedang beserta sarungnya berubah menjadi manusia. Saat tengah bertarung, keduanya lantas ditangkap oleh Dewa Hian Thian Siang Tee dan diubah kembali menjadi pedang dan sarungnya.Demikianlan akhir kisah menarik tersebut.

Epilog di atas nampaknya menandakan bahwa meskipun bertentangan, keduanya merupakan kedua hal saling melengkapi dalam tradisi Tionghoa, ibarat pedang beserta sarungnya. Pedang tanpa sarung juga tidak berguna dan bisa melukai sang pemilik pedang. Sarung saja tanpa pedang juga tidak berguna, karena tak dapat melindungi seseorang.
sepatu orthopadi orthoshoping.com sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita kelainan kaki pada balita arrow
Ads orthoshop info