sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
Yen sira kasinungan ngelmu kang marakake akeh wong seneng, aja sira malah rumangsa pinter, jalaran menawa Gusti mundhut bali ngelmu kang marakake sira kaloka iku, sira uga banjur kaya wong sejene, malah bisa aji godhong jati aking.(Bila anda mendapat anugrah ilmu yang membuat banyak orang senang, janganlah kamu merasa pintar, sebab apabila Tuhan mengambil lagi ilmu yang menyebabkan anda terkenal itu, anda akan menjadi orang biasa lagi, malah lebih bermanfaat daun yang kering)
Showing posts with label Misteri. Show all posts
Showing posts with label Misteri. Show all posts
Thursday, June 20, 2019
Sejarah Asal Usul Danau Toba
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
Asal Usul Danau Toba
Di Sumatera Utara terdapat danau yang sangat besar dan ditengah-tengah danau tersebut terdapat sebuah pulau. Danau itu bernama Danau Toba sedangkan pulau ditengahnya dinamakan Pulau Samosir. Konon danau tersebut berasal dari kutukan dewa.
Di sebuah desa di wilayah Sumatera, hidup seorang petani. Ia seorang petani yang rajin bekerja walaupun lahan pertaniannya tidak luas. Ia bisa mencukupi kebutuhannya dari hasil kerjanya yang tidak kenal lelah. Sebenarnya usianya sudah cukup untuk menikah, tetapi ia tetap memilih hidup sendirian.
Di suatu pagi hari yang cerah, petani itu memancing ikan di sungai. “Mudah-mudahan hari ini aku mendapat ikan yang besar,” gumam petani tersebut dalam hati. Beberapa saat setelah kailnya dilemparkan, kailnya terlihat bergoyang-goyang. Ia segera menarik kailnya. Petani itu bersorak kegirangan setelah mendapat seekor ikan cukup besar.
Ia takjub melihat warna sisik ikan yang indah. Sisik ikan itu berwarna kuning emas kemerah-merahan. Kedua matanya bulat dan menonjol memancarkan kilatan yang menakjubkan. “Tunggu, aku jangan dimakan! Aku akan bersedia menemanimu jika kau tidak jadi memakanku.” Petani tersebut terkejut mendengar suara dari ikan itu. Karena keterkejutannya, ikan yang ditangkapnya terjatuh ke tanah. Kemudian tidak berapa lama, ikan itu berubah wujud menjadi seorang gadis yang cantik jelita. “Bermimpikah aku?,” gumam petani.
“Jangan takut pak, aku juga manusia seperti engkau. Aku sangat berhutang budi padamu karena telah menyelamatkanku dari kutukan Dewata,” kata gadis itu. “Namaku Puteri, aku tidak keberatan untuk menjadi istrimu,” kata gadis itu seolah mendesak. Petani itupun mengangguk. Maka jadilah mereka sebagai suami istri. Namun, ada satu janji yang telah disepakati, yaitu mereka tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul Puteri dari seekor ikan. Jika janji itu dilanggar maka akan terjadi petaka dahsyat.
Setelah sampai di desanya, gemparlah penduduk desa melihat gadis cantik jelita bersama petani tersebut. “Dia mungkin bidadari yang turun dari langit,” gumam mereka. Petani merasa sangat bahagia dan tenteram. Sebagai suami yang baik, ia terus bekerja untuk mencari nafkah dengan mengolah sawah dan ladangnya dengan tekun dan ulet. Karena ketekunan dan keuletannya, petani itu hidup tanpa kekurangan dalam hidupnya. Banyak orang iri, dan mereka menyebarkan sangkaan buruk yang dapat menjatuhkan keberhasilan usaha petani. “Aku tahu Petani itu pasti memelihara makhluk halus! ” kata seseorang kepada temannya. Hal itu sampai ke telinga Petani dan Puteri. Namun mereka tidak merasa tersinggung, bahkan semakin rajin bekerja.
Setahun kemudian, kebahagiaan Petani dan istri bertambah, karena istri Petani melahirkan seorang bayi laki-laki. Ia diberi nama Putera. Kebahagiaan mereka tidak membuat mereka lupa diri. Putera tumbuh menjadi seorang anak yang sehat dan kuat. Ia menjadi anak manis tetapi agak nakal. Ia mempunyai satu kebiasaan yang membuat heran kedua orang tuanya, yaitu selalu merasa lapar. Makanan yang seharusnya dimakan bertiga dapat dimakannya sendiri.
Lama kelamaan, Putera selalu membuat jengkel ayahnya. Jika disuruh membantu pekerjaan orang tua, ia selalu menolak. Istri Petani selalu mengingatkan Petani agar bersabar atas ulah anak mereka. “Ya, aku akan bersabar, walau bagaimanapun dia itu anak kita!” kata Petani kepada istrinya. “Syukurlah, kanda berpikiran seperti itu. Kanda memang seorang suami dan ayah yang baik,” puji Puteri kepada suaminya.
Memang kata orang, kesabaran itu ada batasnya. Hal ini dialami oleh Petani itu. Pada suatu hari, Putera mendapat tugas mengantarkan makanan dan minuman ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja. Tetapi Putera tidak memenuhi tugasnya. Petani menunggu kedatangan anaknya, sambil menahan haus dan lapar. Ia langsung pulang ke rumah. Di lihatnya Putera sedang bermain bola. Petani menjadi marah sambil menjewer kuping anaknya. “Anak tidak tau diuntung ! Tak tahu diri ! Dasar anak ikan!”, umpat si Petani tanpa sadar telah mengucapkan kata pantangan itu.
Setelah petani mengucapkan kata-katanya, seketika itu juga anak dan istrinya hilang lenyap. Tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang sangat deras dan semakin deras. Desa Petani dan desa sekitarnya terendam semua. Air meluap sangat tinggi dan luas sehingga membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya membentuk sebuah danau. Danau itu akhirnya dikenal dengan nama Danau Toba. Sedangkan pulau kecil di tengahnya dikenal dengan nama Pulau Samosir.
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
Sejarah Gunung Srandil Cilacap
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
Goa gunung Srandil merupakan bukti sejarah yang luar biasa di mata masyarakat Indonesia, dan juga di mata dunia. Selain keunikan dan keindahanya, tempat ini merupakan tempat wisata yang populer. Disamping wisata alam dan budaya juga terdapat wisata spiritual atau religius antara lain di gunung srandil dan selok.
Gunung srandil merupakan salah satu bukit yang ada di Glempang pasir Kecamatan Adipala jarak antara obyek wisata dengan Kota Cilacap 30 Km kearah timur laut dan relatif mudah ditempuh dengan kendaraan penumpang bus umum jurusan Cilacap-Jatijajar - Kebumen atau kendaraan pribadi karena jalannya sudah beraspal dan dekat dengan jalan lintas selatan-selatan.
Gunung Srandil setiap hari dikunjungi orang untuk berziarah oleh karena tempat tersebut tidak hanya dikenal oleh masyarakat sekitar saja tetapi sampai keluar Jawa seperti Sumatra, Kalimantan, Bali. dan Sulawesi, maka yang berkunjung tujuannya bermacam-macam. Para peziarah biasanya berkunjung atau bertapa pada Malam Jumat Kliwon atau Selasa Kliwon pada Bulan Syura.
Konon menurut cerita penghuni pertama Gunung Srandil adalah Sultan Mukhriti putra kedua dari Dewi Sari Banon Ratu Sumenep Jawa Timur.
Kedatangan Sultan itu untuk bertapa namun Sultan Mukhriti murca (menghilang) yang ada tinggal petilasannya yang terletak di sebelah timur yang di kenal dengan Embah Gusti Agung Sultan Mukhriti.
Selain itu juga ada legenda rakyat yang pertama bermukim di gunung Srandil adalah dua orang bernama Kunci Sari dan Dana Sari, mereka adalah prajurit Pangeran Diponegoro yang tidak mau menyerah kepada bala tentara Belanda. Mereka melarikan diri ke Gunung Srandil untuk bersembunyi dan meninggal di sini . Makam kedua prajurit tersebut berada di sebelah timur Gunung Srandil dalam satu komplek yang dipagar keliling yang kemudian hari, Kunci Sari dikenal dengan nama Sukma Sejati
Di Gunung Srandil banyak petilasan orang-orang yang dianggap mempunyai kedigdayaan yang linuwih atau kemampuan melebihi orang lain yang dikenal sebagai tokoh- tokoh orang sakti mandraguna. Dari kemampuannya, kesaktiannya itu maka tempat-tempat yang di singgahi dianggap keramat dan disakralkan.
Adapun petilasan-petilasan yang ada di Gunung Srandil adalah Mbah Kanjeng Gusti Agung, Nyai Dewi Tanjung Sekarsari, Kaki semar Tunggul Sabdojati Dayo amongrogo, Juragan Dampo Awang, Kanjeng Gusti Agung Akhmat atau Petilasan Langlang Buwana yang berada diatas bukit dan petilasan Hyang Sukma Sejati.
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
Wednesday, June 19, 2019
Kronologi sejarah wisata ritual Gunung Kawi
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
Kronologi sejarah wisata ritual Gunung Kawi dimulai pada tahun 1830, setelah Pangeran Diponegoro menyerah pada Belanda. Banyak pengikutnya dan pendukungnya yang melarikan diri ke arah bagian timur pulau Jawa yaitu Jawa Timur. Di antaranya selaku penasehat spiritual Pangeran Diponegoro yang bernama Eyang Djoego atau Kyai Zakaria. Beliau pergi ke berbagai daerah di antaranya Pati, Begelen, Tuban, lalu pergi ke arah Timur Selatan (Tenggara) ke daerah Malang yaitu Kepanjen.
Pengambaranya mencapai daerah Kesamben Blitar, tepatnya di dusun Djoego, Desa Sanan, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar. Diperkirakan beliau sampai di Dusun Djoego sekitar ± tahun 1840, beliau di dusun Djoego ditemani sesepuh Desa Sanan bernama Ki Tasiman. Setelah beliau berdiam d dusun Djoego Desa Sanan beberapa tahun antara dekade tahun 1840-1850 maka datanglah murid-muridnya yang juga putra angkat beliau yang bernama R.M. Jonet atau yang lebih dikenal dengan R.M. Iman Soedjono, beliau ini adalah salah satu dari para senopati Pangeran Diponegoro yang ikut melarikan diri ke daerah timur pulau jawa yaitu Jawa Timur, dalam pengembaraanya beliau telah menemukan seorang guru dan juga sebagai ayah angkat di daerah Kesamben, Kabupaten Blitar tepatnya didusun Djoego Desa Sanan, yaitu Panembahan Eyang Djoego atau Kyai Zakaria, kemudian R.M. Iman Soedjono berdiam di dusun Djoego untuk membantu Eyang Djoego dalam mengelola Padepokan Djoego.
Pada waktu itu Padepokan Djoegotelah berkembang, banyak pengunjung menjadi murid Kanjeng Eyang Djoego. Beberapa tahun kemudian ± tahun 1850-1860, datanglah murid R.M. Iman Soedjono yang bernama Ki Moeridun dari Warungasem Pekalongan. Demikianlah setelah R.M.Iman Soedjono dan Ki Moeridun berdiam di Padepokan Djoego, beberapa waktu kemudian diperintahkan pergi ke Gunung Kawi di lereng sebelah selatan, untuk membuka hutan lereng selatan Gunung Kawi. Kanjeng Eyang Djoego berpesan bahwa di tempat pembukaan hutan itulah beliau ingin dikramatkan (dimakamkan), beliau juga berpesan bahwa di desa itulah kelak akan menjadi desa yang ramai dan menjadi tempat pengungsian (imigran).
Dengan demikian maka berangkatlah R.M. Iman Soedjono bersama Ki Moeridun disertai beberapa murid Eyang Djoego berjumlah ± 40 orang, di antaranya : Mbah Suro Wates, Mbah Kaji Dulsalam (Birowo), Mbah Saiupan (Nyawangan), Mbah Kaji Kasan Anwar (Mendit-Malang), Mbah Suryo Ngalam Tambak Segoro, Mbah Tugu Drono, Ki Kromorejo, Ki Kromosari, Ki Haji Mustofa, Ki Haji Mustoha, Mbah Dawud, Mbah Belo, Mbah Wonosari, Den Suryo, Mbah Tasiman, Mbah Tundonegoro, Mbah Bantinegoro, Mbah Sainem, Mbah Sipat / Tjan Thian (kebangsaan Cina), Mbah Cakar Buwono, Mbah Kijan / Tan Giok Tjwa (asal Ciang Ciu Hay Teng- RRC). Maka berangkatlah R.M. Iman Soedjono dengan Ki Moeridun dan dibekali dua buah pusaka “Kudi Caluk dan Kudi Pecok” dengan membawa bekal secukupnya beserta tokoh-tokoh yang telah disebutkan namanya ditambah 20 orang sebagai penderek (pengikut), dan sebagai orang yang dipercaya untuk memimpin rombongan dan pembukaan hutan dipercayakan pada Mbah Wonosari.
Setelah segala kebutuhan pembekalan lengkap maka, berangkatlah rombongan itu untuk babat hutan lereng sebelah selatan Gunung Kawi dengan pimpinan Mbah Wonosari. Setelah sampai dilereng selatan Gunung Kawi, rombongan beristirahat kemudian melanjutkan babat hutan dan bertemu dengan batu yang banyak dikerumuni semut sampai pertumpang-tumpang kemudian tempat itu dinamakan Tumpang Rejo. Setelah itu perjalanan diteruskan ke arah utara. Di sebuah jalan menanjak (jurang) dekat dengan pohon Lo (sebangsa pohon Gondang), mereka berhenti dan membuat Pawon (perapian). Lama-kelamaan menjadi menjadi sebuah dusun yang dinamakan Lopawon. Kemudian mereka melanjutkan babat hutan menuju arah utara sampai ke sebuah hutan dan bertemu sebuah Gendok (barang pecah belah untuk merebus jamu) yang terbuat dari tembaga, sehingga lama-kelamaan dinamakan dusun Gendogo. Setelah itu melenjutkan perjalanan ke arah barat dan beristirahat dengan memakan bekal bersama-sama kemudian melihat pohon Bulu (sebangsa pohon apak/beringin) tumbuh berjajar dengan pohon nangka. Kemudian hutan itu disebut dengan Buluangko dan sekarang disebut dengan hutan Blongko. Selesai makan bekal perjalanan dilanjutkan kearah barat sampai disebuah Gumuk (bukit kecil) yang puncaknya datar lalu dibabat untuk tempat darung (tempat untuk beristirahat dan menginap selama melakukan pekerjaan babat hutan, tempat istirahat sementara), kemudian tempat itu ditanami dua buah pohon kelapa. Anehnya pohon kelapa yang satu tumbuh bercabang dua dan yang satunya tumbuh doyong/tidak tegak ke atas, sehingga tempat itu dinamakan Klopopang (pohon kelapa yang bercabang dua). Kemudian, setelah mendapatkan tempat istirahat (darung) pembabatan hutan diteruskan ke arah selatan sampai di daerah tugu (sekarang merupakan tempat untuk menyadran yang dikenal dengan nama Mbah Tugu Drono) dan diteruskan ke timur sampai berbatasan dengan hutan Bulongko, kemudian naik keutara sampai sungai yang sekarang ini dinamakan Kali Gedong, lalu kebarat sampai dekat dengan sumbersari.
Selesai semuanya kemudian membuat rumah untuk menetap juga sebagai padepokan, di rumah itulah R.M. Iman Soedjono dengan Ki Moeridun beserta seluruh anggota rombongan berunding untuk memberi nama tanah babatan itu. Karena yang memimpin pembabatan hutan itu bernama Ki Wonosari, kemudian disepakati nama daerah babatan itu bernama dusun Wonosari. Karena pembabatan hutan dilereng selatan Gunung Kawi dianggap selesai, maka diutuslah salah satu pendereknya (pengikut) untuk pulang ke dusun Djoego, Desa Sanan Kesamben, untuk melapor kepada Eyang Djoego bahwa pembabatan hutan dilereng selatan Gunung Kawi telah selesai dilakukan. Setelah mendengar laporan dari utusan R.M. Iman Soedjono tersebut maka berangkatlah Kanjeng Eyang Djoego ke dusun Wonosari di lereng selatan Gunung Kawi yang baru selesai.
Untuk memberikan petunjuk-petunjuk dan mengatur siapa saja yang harus menetap di dusun Wonosari dan siapa saja yang harus pulang ke Dusun Djoego dan juga beliau berpesan bahwa bila beliau wafat agar dimakamkan (kramatkan) di sebuah bukit kecil (Gumuk) yang diberi nama Gumuk Gajah Mungkur. Dengan adanya petunjuk itu lalu dibuatlah sebuah taman sari yang letaknya berada ditengah antara padepokan dan Gumuk Gajah Mungkur yang dulu terkenal dengan nama tamanan (sekarang tempat berdirinya masjid Agung Iman Soedjono). Tokoh-tokoh yang menetap di dusun Wonosari diantaranya ialah : Kanjeng Eyang R.M. Iman Soedjono, Ki Moeridun, Mbah Bantu Negoro, Mbah Tuhu Drono, Mbah Kromo Rejo, Mbah Kromo Sasi, Mbah Sainem, Kyai Haji Mustofa, Kyai Haji Muntoha, Mbah Belo, Mbah Sifat / TjanThian, Mbah Suryo Ngalam Tambak Segoro, Mbah Kijan / Tan Giok Tjwa.
Demikian di antaranya yang tinggal di Dusun Wonosari yang baru jadi, yang lain ikut Kanjeng Eyang Djoego ke Dusun Djoego, Desa Sanan, Kesamben, Blitar. Dengan demikian Kanjeng Eyang Djoego sering melakukan perjalanan bolak-balik dari dusun Djoego–Sanan–Kesamben ke Dusun Wonosari Gunung Kawi, untuk memberikan murid-muridnya wejangan dan petunjuknya yang berada di Wonosari Gunung Kawi.
Pada hari Senin Pahing tanggal Satu Selo Tahun 1817 M, Kanjeng Eyang Djoego wafat. Jenasahnya dibawa dari Dusun Djoego Kesamben ke dusun Wonosari Gunung Kawi, untuk dimakamkan sesuai permintaan beliau yaitu di gumuk (bukit) Gajah Mungkur di selatan Gunung Kawi, kemudian tiba di Gunung Kawi pada hari Rabu Wage malam, dan dikeramat (dimakamkan) pada hari Kamis Kliwon pagi.
Dengan wafatnya Kanjeng Eyang Djoego pada hari Senin Pahing, maka pada setiap hari Senin Pahing diadakan sesaji dan selamatan oleh Kanjeng Eyang R.M. Iman Soedjono. Apabila, hari Senin Pahing tepat pada bulan Selo (bulan Jawa ke sebelas), maka selamatan diikuti oleh seluruh penduduk Desa Wonosari yang dilakukan pada pagi harinya. Kegiatan ini sampai sekarang terkenal dengan nama Barikan.
Sejak meninggalnya Kanjeng EyangDjoego, Dusun Wonosari menjadi banyak pengunjung, dan banyak pula para pendatang yang menetap di Dusun Wonosari. Dikala itulah datang serombongan pendatang untuk ikut babat hutan (membuka lahan di hutan). Oleh Eyang R.M. Iman Soedjono diarahkan ke barat Dusun Wonosari rombongan pendatang itu berasal dari babatan Kapurono yang dipimpin oleh : Mbah Kasan Sengut (daerah asal Bhangelan),Mbah Kasan Mubarot (tetap menetap di babatan Kapurono), Mbah Kasan Murdot (ikut Mbah Kasan Sengut),Mbah Kasan Munadi (ikut Mbah Kasan Sengut).
Rombongan itu juga diikuti temannya bernama Mbah Modin Boani yang berasal dari Bangkalan Madura, bersama temannya Mbah Dul Amat juga berasal dari Madura, juga diikuti Mbah Ngatijan dari Singosari beserta teman-temannya.
Dengan demikian Dusun Wonosari bertambah luas dan penduduknya bertambah banyak pula. Dengan bertambah luasnya dusun dan bertambah banyaknya jumlah penduduk, maka diadakan musyawarah untuk mengangkat seorang pamong yang bisa menjadi panutan masyarakat dalam mengelola dusunnya yang masih baru itu. Maka ditunjuklah salah seorang abdi Mbah Eyang R.M.Iman Soedjono yang bernama Mbah Warsiman sebagai bayan. Dengan demikian Mbah Warsiman merupakan pamong pertama dari Dusun Wonosari.
Pada masa Mbah Eyang R.M. ImanSoedjono antara tahun 1871-1876, datang seorang wanita berkebangsaan Belanda bernama Ny. Scuhuller (seorang putri Residen Kediri) datang ke Wonosari Gunung Kawi untuk berobat kepada Eyang R.M Iman Soedjono. Setelah sembuh Ny. Schuller tidak pulang ke Kediri melainkan menetap di Wonosari dan mengabdi pada Eyang R.M. Iman Soedjono sampai beliau wafat pada tahun 1876. Setelah sepeninggal Eyang R.M. Iman Soedjono, Ny Schuller kemudian pulang ke Kediri.
Pada tahun 1931 datang seorang Tiong Hwa yang bernama Ta Kie Yam (Pek Yam) untuk berziarah di Gunung Kawi. Pek Yam merasa tenang hidup di Gunung Kawi dan akhirnya dia menetap didusun Wonosari untuk ikut mengabdi kepada Kanjeng Eyang (Mbah Djoego dan R.M. Soedjono) dengan cara membangun jalan dari pesarehan sampai kebawah dekat stamplat. Pek Yam pada waktu itu dibantu oleh beberapa orang temannya dari Surabaya dan juga ada seorang dari Singapura. Setelah jalan itu jadi, kemudian dilengkapi dengan beberapa gapura, mulai dari stanplat sampai dengan sarehan. Pada hari Rabu Kliwon tahun 1876 Masehi, Kanjeng Eyang R.M. Iman Soedjono wafat, dan dimakamkan berjajar dengan makam Kanjeng Mbah Djoego di Gumuk GajahMungkur. Sejak meninggalnya Eyang R.M. Iman Soejono, Dusun Wonosari bertambah ramai.
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
Misteri Gunung Kawi Jawa Timur
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
Konon, barang siapa melakukan ritual dengan rasa kepasrahan dan pengharapan yang tinggi maka akan terkabul permintaannya, terutama menyangkut masalah kekayaan. Mitos seputar pesugihan Gunung kawi ini diyakini banyak orang, terutama oleh mereka yang sudah merasakan "berkah" berziarah ke Gunung Kawi. Namun bagi kalangan rasionalis-positivis, hal ini merupakan isapan jempol belaka.
Biasanya lonjakan pengunjung yang melakukan ritual terjadi pada hari Jumat Legi(hari pemakaman Eyang Jugo) dan tanggal 12 bulan Suro (memperingati wafatnya Eyang Sujo). Ritual dilakukan dengan meletakkan sesaji, membakar dupa, dan bersemedi selama berjam-jam, berhari-hari, bahkan hingga berbulan-bulan.
Di dalam bangunan makam, pengunjung tidak boleh memikirkan sesuatu yang tidak baik serta disarankan untuk mandi keramas sebelum berdoa di depan makam. Hal ini menunjukkan simbol bahwa pengunjung harus suci lahir dan batin sebelum berdoa.
Selain pesarean sebagai fokus utama tujuan para pengunjung, terdapat tempat-tempat lain yang dikunjungi karena 'dikeramatkan' dan dipercaya mempunyai kekuatan magis untuk mendatangakan keberuntungan, antara lain:
1. Rumah Padepokan Eyang Sujo
Rumah padepokan ini semula dikuasakan kepada pengikut terdekat Eyang Sujo yang bernama Ki Maridun. Di tempat ini terdapat berbagai peninggalan yang dikeramatkan milik Eyang Sujo, antara lain adalah bantal dan guling yang berbahan batang pohon kelapa, serta tombak pusaka semasa perang Diponegoro.
2. Guci Kuno
Dua buah guci kuno merupakan peninggalan Eyang Jugo. Pada jaman dulu guci kuno ini dipakai untuk menyimpan air suci untuk pengobatan. Masyarakat sering menyebutnya dengan nama 'janjam'. Guci kuno ini sekarang diletakkan di samping kiri pesarean. Masyarakat meyakini bahwa dengan meminum air dari guci ini akan membuat seseorang menjadi awet muda.
3. Pohon Dewandaru
Di area pesarean, terdapat pohon yang dianggap akan mendatangkan keberuntungan. Pohon ini disebut pohon dewandaru, pohon kesabaran. Pohon yang termasuk jenis cereme Belanda ini oleh orang Tionghoa disebut sebagai shian-to atau pohon dewa. Eyang Jugo dan Eyang Sujo menanam pohon ini sebagai perlambang daerah ini aman.
Untuk mendapat 'simbol perantara kekayaan', para peziarah menunggu dahan, buah dan daun jatuh dari pohon. Begitu ada yang jatuh, mereka langsung berebut. Untuk memanfaatkannya sebagai azimat, biasanya daun itu dibungkus dengan selembar uang kemudian disimpan ke dalam dompet.
Namun, untuk mendapatkan daun dan buah dewandaru diperlukan kesabaran. Hitungannya bukan hanya, jam, bisa berhari-hari, bahkan berbulan-bulan. Bila harapan mereka terkabul, para peziarah akan datang lagi ke tempat ini untuk melakukan syukuran.
Siapakah sesungguhnya Eyang Jugo dan Eyang Sujo?
Yang dimakamkan dalam satu liang lahat di pesarean Gunung Kawi ini? Menurut Soeryowidagdo (1989), Eyang Jugo atau Kyai Zakaria II dan Eyang Sujo atau Raden Mas Iman Sudjono adalah bhayangkara terdekat Pangeran Diponegoro. Pada tahun 1830 saat perjuangan terpecah belah oleh siasat kompeni, dan Pangeran Diponegoro tertangkap kemudian diasingkan ke Makasar, Eyang Jugo dan Eyang Sujo mengasingkan diri ke wilayah Gunung Kawi ini.
Semenjak itu mereka berdua tidak lagi berjuang dengan mengangkat senjata, tetapi mengubah perjuangan melalui pendidikan. Kedua mantan bhayangkara balatentara Pangeran Diponegoro ini, selain berdakwah agama islam dan mengajarkan ajaran moral kejawen, juga mengajarkancara bercocok tanam, pengobatan, olah kanuragan serta ketrampilan lain yang berguna bagi penduduk setempat. Perbuatan dan karya mereka sangat dihargai oleh penduduk di daerah tersebut, sehingga banyak masyarakat dari daerah kabupaten Malang dan Blitar datang ke padepokan mereka untuk menjadi murid atau pengikutnya.
Setelah Eyang Jugo meninggal tahun 1871, dan menyusul Eyang Iman Sujo tahun 1876, para murid dan pengikutnya tetap menghormatinya. Setiap tahun, para keturunan, pengikut dan juga para peziarah lain datang ke makam mereka melakukan peringatan. Setiap malam Jumat Legi, malam eninggalnya Eyang Jugo, dan juga peringatan wafatnya Eyang Sujo etiap tanggal 1 bulanSuro (muharram), di tempat ini selalu diadakan erayaan tahlil akbar dan upacara ritual lainnya. Upacara ini iasanya dipimpin oleh juru kunci makam yang masih merupakan para keturunan Eyang Sujo.
Tidak ada persyaratan khusus untuk berziarah ke tempat ini, hanya membawa bunga sesaji, dan menyisipkan uang secara sukarela. Namun para peziarah yakin, semakin banyak mengeluarkan uang atau sesaji, semakin banyak berkah yang akan didapat. Untuk masuk ke makam keramat, para peziarah bersikap seperti hendak menghadap raja, mereka berjalan dengan lutut.
Hingga dewasa ini pesarean tersebut telah banyak dikunjungi oleh berbagai kalangan dari berbagai lapisan masyarakat. Mereka bukan saja berasal dari daerah Malang, Surabaya, atau daerah lain yang berdekatan dengan lokasi pesarean, tetapi juga dari berbagai penjuru tanah air. Heterogenitas pengunjung seperti ini mengindikasikan bahwa sosok kedua tokoh ini adalah tokoh yang kharismatik dan populis.
Namun di sisi lain, motif para pengunjung yang datang ke pesarean ini pun sangat beragam pula. Ada yang hanya sekedar berwisata, mendoakan leluhur, melakukan penelitian ilmiah, dan yang paling umum adalah kunjungan ziarah untuk memanjatkan doa agar keinginan lekas terkabul.
Wisata Ziarah Pesugihan Gunung Kawi
Pepatah populer di kalangan warga Tionghoa ini bisa menjelaskan kenapa GunungKawi di Desa Wonosari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur, sangat populer. Kawi bukan gunung tinggi, hanya sekitar 2.000 meter, juga tidak indah. Tapi gunung ini menjadi objek wisata utama masyarakat Tionghoa.
Tiap hari ratusan orang Tionghoa, termasuk orang pribumi naik ke Gunung Kawi. Masa liburan plus cuti bersama Lebaran ini sangat ramai. Karena terkait dengan kepercayaan Jawa, Kejawen, maka kunjungan biasanya dikaitkan dengan hari-hari pasaran Jawa: Jumat Legi, Senin Pahing, Syuro, dan Tahun Baru.
Penginapan lebih dari 10 buah, dengan tarif Rp 30.000 hingga Rp 200.000. Restoran Tionghoa yang menawarkan sate babi dan makanan tidak halal (buat muslim) cukup banyak. Tukang ramal nasib. Penjual kembang untuk nyekar. Penjual alat-alat sembahyang khas Tionghoa. Belum lagi warung nasi dan sebagainya.
Kalau masuk makam dua makam tokoh yang telah dijelaskan diatas, pengunjung harus membeli kembang. Sebelumnya, bayar retribusi untuk Desa Wonosari Rp 2.000. Lalu, menyerahkan KTP (kartu tanda penduduk) atau identitas lain pada satpam untuk didaftar nama dan alamat. Sumbang lagi uang tapi sukarela. Jangan kaget kalau anda menjumpai banyak sumbangan atau retribusi di aset wisata Kabupaten Malang ini.
Saat masuk ke kompleks Gunung Kawi, hampir 99 persen warga keturunan Tionghoa. Anak-anak, remaja, profesional muda, hingga kakek-nenek. Orang-orang itu bersembahyang layaknya di kelenteng. Masuk ke makam, jalan keliling makam, sambil membuat gerakan menyembah macam di kelenteng. Tidak ada arahan atau instruksi, mereka semua melakukan gerakan-gerakan itu.
Hampir tidak ada Tionghoa itu yang beragama Islam. Kok begitu menghormati dan sembahyangan di depan makam Imam Soedjono dan Mbah Djoego? Apa mereka tahu siapa yang dimakamkan di situ? Belum lagi kalau kita bahas secara teologi Islam atau Kristiani tentang boleh tidaknya melakukan ritual di Gunung Kawi.
Para pemandu wisata di Gunung Kawi berusaha tidak menyinggung kepercayaan atau agama orang lain. Selain sensitif, mereka tak ingin bisnis mereka terganggu. Harus diakui, warga Desa Wonosari mendapat banyak berkah dari objek wisata Gunung Kawi. Tak sedikit penduduk mengais rezeki di kawasan Gunung Kawi mulai pemandu wisata, penjual bunga, warung, satpam, parkir, dan sebagainya.
Selain berdoa sendiri-sendiri, Yayasan Gunung Kawi menawarkan paket ritual tiga kali sehari: pukul 10.00, pukul 15.00, pukul 21.00. Ritual ini dipimpin dukun atau tukang doa setempat, namun harus pakai sesajen untuk selamatan. Siapa yang mau ikut harus mendaftar dulu di loket.
Tarif barang-barang selamatan ditulis jelas di loket yang bagus. Ada dua tipe selamatan agar keinginan anda (dapat rezeki, usaha lancar) tercapai. Bagi mereka yang percaya.
- Pesugihan Gunung Kawi
- Pengunjung antre membeli keperluan ritual.
Apa saja item selamatan? Berikut beberapa item yang umum digunakan :
* Minyak tanah
* Solar
* Minyak goreng
* Beras
* Kambing
* Sapi
* Ayam
* Wayang kulit
* Ruwatan, dll
Melihat nilai rupiah itu, benar-benar membuat kita geleng-geleng kepala. Berdoa kok mahal amat? Apa ada jaminan jadi kaya? Apa Tuhan perlu begitu banyak sayur, makanan, daging, wayang kulit, ruwatan...? Kalau kita miskin, tak punya uang, apa harus utang untuk membeli barang-barang itu?
Di luar kompleks makam, ada Kelenteng Kwan Im. Lilin-lilin merah, besar, terus bernyala. Puluhan warga Tionghoa secara bergantian berdoa di sana. Disana juga ada ciamsi, ajang meramal nasib ala Tionghoa.
Sekitar enam kilometer dari kompleks makam ada pertapaan Gunung Kawi. Jalannya bagus. Kompleks ini pun penuh dengan ornamen Tionghoa. Di ruang utama ada tiga dukun yang siap menerima kedatangan tamu, berdoa agar rezeki lancar. Tapi sebelum itu si dukun membeberkan tarif selamatan yang jutaan rupiah seperti tertera di daftar harga di atas.
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
cerita rakyat Jaka Tarub
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
Legenda Jaka Tarub adalah salah satu cerita rakyat yang diabadikan dalam naskah populer Sastra Jawa Baru, Babad Tanah Jawi.
Alur cerita Legenda Jaka Tarub Lengkap
Legenda Jaka Tarub memiliki banyak versi, namun versi yang "standar", sebagaimana tertera pada Babad Tanah Jawi, memiliki alur sebagai berikut.
Jaka Tarub adalah seorang pemuda gagah yang memiliki kesaktian. Ia sering keluar masuk hutan untuk berburu di kawasan gunung keramat. Di gunung itu terdapat sebuah telaga. Tanpa sengaja, ia melihat dan kemudian mengamati tujuh bidadari sedang mandi di telaga tersebut. Karena terpikat, Jaka Tarub mengambil selendang yang tengah disampirkan milik salah seorang bidadari. Ketika para bidadari selesai mandi, mereka berdandan dan siap kembali ke kahyangan. Salah seorang bidadari, karena tidak menemukan selendangnya, tidak mampu kembali dan akhirnya ditinggal pergi oleh kawan-kawannya karena hari sudah beranjak senja. Jaka Tarub lalu muncul dan berpura-pura menolong. Bidadari yang bernama Nawangwulan itu bersedia ikut pulang ke rumah Jaka Tarub karena hari sudah senja.
Legenda Jaka Tarub Lengkap
Singkat cerita, keduanya lalu menikah. Dari pernikahan ini lahirlah seorang putri yang dinamai Nawangsih. Sebelum menikah, Nawangwulan mengingatkan pada Jaka Tarub agar tidak sekali-kali menanyakan rahasia kebiasaan dirinya kelak setelah menjadi isteri. Rahasia tersebut adalah bahwa Nawangwulan selalu menanak nasi menggunakan hanya sebutir beras dalam penanak nasi namun menghasilkan nasi yang banyak. Jaka Tarub yang penasaran tidak menanyakan tetapi langsung membuka tutup penanak nasi. Akibat tindakan ini, kesaktian Nawangwulan hilang. Sejak itu ia menanak nasi seperti umumnya wanita biasa.
Akibat hal ini, persediaan gabah di lumbung menjadi cepat habis. Ketika persediaan gabah tinggal sedikit, Nawangwulan menemukan selendangnya, yang ternyata disembunyikan suaminya di dalam lumbung.
Nawangwulan yang marah mengetahui kalau suaminya yang telah mencuri benda tersebut mengancam meninggalkan Jaka Tarub. Jaka Tarub memohon istrinya untuk tidak kembali ke kahyangan. Namun tekad Nawangwulan sudah bulat. Hanya saja, pada waktu-waktu tertentu ia rela datang ke marcapada untuk menyusui bayi Nawangsih.
Pernikahan Nawangsih
Jaka Tarub kemudian menjadi pemuka desa bergelar Ki Ageng Tarub, dan bersahabat dengan Brawijaya raja Majapahit. Pada suatu hari Brawijaya mengirimkan keris pusaka Kyai Mahesa Nular supaya dirawat oleh Ki Ageng Tarub.
Utusan Brawijaya yang menyampaikan keris tersebut bernama Ki Buyut Masahar dan Bondan Kejawan, anak angkatnya. Ki Ageng Tarub mengetahui kalau Bondan Kejawan sebenarnya putra kandung Brawijaya. Maka, pemuda itu pun diminta agar tinggal bersama di desa Tarub.
Sejak saat itu Bondan Kejawan menjadi anak angkat Ki Ageng Tarub, dan diganti namanya menjadi Lembu Peteng. Ketika Nawangsih tumbuh dewasa, keduanya pun dinikahkan.
Setelah Jaka Tarub meninggal dunia, Lembu Peteng alias Bondan Kejawan menggantikannya sebagai Ki Ageng Tarub yang baru. Nawangsih sendiri melahirkan seorang putra, yang setelah dewasa bernama Ki Getas Pandawa.
Ki Ageng Getas Pandawa kemudian memiliki putra bergelar Ki Ageng Sela, yang merupakan kakek buyut Panembahan Senapati, pendiri Kesultanan Mataram.
Kisah ini berputar pada kehidupan tokoh utama yang bernama Jaka Tarub ("pemuda dari Tarub"). Setelah dewasa ia digelari Ki Ageng Tarub. Ki Ageng Tarub adalah tokoh yang dianggap sebagai leluhur dinasti Mataram, dinasti yang menguasai politik tanah Jawa - sebagian atau seluruhnya - sejak abad ke-17 hingga sekarang. Menurut sumber masyarakat di desa Widodaren, Gerih, Ngawi, peristiwa ini terjadi di desa tersebut. Sebagai bukti masyarakat setempat percaya karena terdapat petilasan makam Jaka Tarub di desa tersebut. Rata-rata masyarakat setempat yang sudah lanjut usia tahu jalan cerita Jaka Tarub dengan 7 bidadari. Nama desa Widodaren itu dipercayai masyarakat setempat berasal dari kata widodari yang berarti dalam bahasa Indonesia adalah bidadari. Di desa ini juga terdapat sendang yang konon dulu adalah tempat para bidadari mandi dan Jaka Tarub mengambil selendang salah satu bidadari.
Analisis Kisah Jaka Tarub
Artikel Sejarah Lainnya :
Babad Tanah Jawi adalah naskah sejarah Kesultanan Mataram. Pemberitaan tentang Panembahan Senapati dan para penggantinya memang mendekati fakta sejarah. Akan tetapi kisah-kisah sebelum Panembahan Senapati cenderung bersifat khayal, terutama seputar Kerajaan Majapahit.
Ada yang berpendapat, Kesultanan Mataram didirikan oleh keluarga petani, bukan keluarga bangsawan. Oleh karena itu, demi mendapat legitimasi dan pengakuan dari rakyat Jawa, diciptakanlah tokoh-tokoh mitos yang serba istimewa sebagai leluhur raja-raja Mataram.
Dalam hal ini, tokoh Nawangsih yang dinikahi Bondan Kejawan disebut sebagai wanita istimewa. Nawangsih merupakan anak campuran antara manusia dan bidadari. Kisah ini mengingatkan pada tokoh Ken Arok dalam Pararaton. Pihak Majapahit juga ingin menunjukkan bahwa leluhur mereka, yaitu Ken Arok adalah manusia istimewa setengah dewa.
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
Desa Gandusari Kuwarasan penuh cerita
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
Menyusuri sejarah terbentuknya suatu Pemerintahan desa sebenarnya cukup sulit, selain tidak adanya bukti-bukti tertulis juga minimnya sumber-sumber yang bisa dijadikan petunjuk untuk menguak sejarah terbentuknya sebuah pemerintahan desa.Tulisan ini berusaha untuk menguak sekelumit tentang sejarah asal mula terbentuknya Desa Gandusari yang diambil dari beberapa sumber yang sebenarnya secara ilmiah belum bisa disebut sebagai sumber sejarah namun mungkin lebih “layak” disebut sebagai legenda.Tidak ada bukti sejarah yang bisa dijadikan dasar baik bukti tertulis maupun bentuk yang lain, satu-satunya sumber adalah cerita secara turun temurun dari generasi ke generasi, namun mudah-mudahan ini dapat sedikit menjadi gambaran untuk melihat ke belakang tentang desa Gandusari.
Berdasar dari cerita yang tersebar secara turun temurun bahwa dahulunya wilayah yang sekarang menjadi Desa Gandusari adalah sebuah Hutan Belantara yang tidak ada penghuninya. Tersebutlah seorang Bangsawan dari Kerajaan Mataram bernama Dipa Wedana datang ke wilayah ini dan melakukan Babad Alas atau membuka hutan menjadi sebuah daerah pemukiman. Ia datang bersama saudaranya yang bernama Singa Wedana yang melakukan Babad Alas di daerah yang sekarang menjadi wilayah Desa Bendungan dan Serut. Sementara Dipa Wedana melakukan babad di wilayah yang sekarang menjadi Desa Banjareja dan Gandusari. Setelah meninggal Dipa Wedana dimakamkan di Desa Banjareja tepatnya di Pemakaman Dukuh Pacor sementara Singa Wedana dimakamkan di Desa Bendungan. Tidak ada satupun bukti yang mengarah kepada kapan waktu terjadinya Babad Alas ini sehingga tidak bisa diketahui sejak tahun berapa Pemerintahan Desa Gandusari terbentuk.
Di sisi lain pada perkiraan abad X datanglah ke Desa Gandusari seorang Ulama asal Tegalsari bernama Syaikh Idris Ismail. Beliau adalah murid dari Syaikh Ahmad Maulana Maulin. Syaikh Idris Ismail ini diperintahkan oleh gurunya untuk melakukan khalwat (tapa) di daerah Gunung Kidang (sekarang wilayah sekitar Desa Sekayu, Kecamatan Buayan) dengan diberi pesan untuk mengikuti arah perginya seekor hewan apapun yang nanti hinggap ketika melakukan khalwat. Setelah beberapa waktu berkhalwat akhirnya hinggaplah seekor belalang di pundaknya. Sesuai pesan dari gurunya diapun mengikuti arah terbangnya belalang tersebut yang ternyata berhenti di daerah yang sekarang menjadi Desa Pondok Gebangsari. Diceritakan bahwa wilayah ini adalah wilayah dengan ketersediaan air yang sangat kurang sehingga Syaikh Idris Ismail memutuskan untuk pindah ke wilayah Gandusari.
Atas permintaan warga dan juga sesuai dengan misinya Syaikh Idris Ismailpun berdakwah menyebarkan Agama Islam di Gandusari. Untuk memperlancar usahanya ini beliau meminta kepada warga untuk dibuatkan masjid dan juga tempat tinggal. Wargapun menyetujui dan dibangunlah sebuah masjid dan rumah untuk tempat tinggal Syaikh Idris Ismail. Sampai saat ini masjid tersebut masih megah berdiri dan menjadi masjid kebanggaan masyarakat Desa Gandusari dengan nama Masjid “Baitul Mu’minin”.
http://corojowo.blogspot.com/2015/01/sejarah-desa-gandusari-kuwarasan.html
Dalam kurun waktu abad yang sama dengan masuknya Syaikh Idris Ismail ke Gandusari inilah diketahui adanya seorang Kepala Pemerintahan atau Kepala Desa di Gandusari yang diyakini sebagai Kepala Desa Gandusari yang pertama bernama Jayus. Tidak diketahui sejak kapan dan berapa lama beliau memerintah di Gandusari. Kepala Desa ke dua adalah Wiryodiharjo seorang warga asal desa Ori. Sepeninggal beliau pemerintahan desa dipegang oleh puteranya bernama Sardiyo yang merupakan Kepala Desa Ke- 3.
Kepala Desa ke-4 bernama Bahri yang berasal dari Serut, namun ternyata kepemimpinannya tidak didukung oleh sebagian warga dan beliau hanya memerintah selama 3 hari. Pemerintahan kemudian dipegang oleh Dulah Khaeri yang berasal dari desa Kuwarasan. Beliau adalah Kepala Desa ke-5 yang juga tidak cukup lama memegang pemerintahan yaitu selama kurang lebih 2 tahun. Tanpa diketahui secara pasti penyebabnya beliau dicopot dari jabatannya oleh Pemerintah Kecamatan Kuwarasan waktu itu.
Kepala Desa ke-6 bernama Gandu Sasmito warga asal Desa Kalipurwo yang memerintah sampai kira-kira tahun 1947. Karena tindakannya yang suka memeras warganya sendiri dan sikapnya yang memihak kepada penjajah Belanda dia ditangkap dan dibunuh oleh Tentara Pejuang Kemerdekaan waktu itu.Selama kurang lebih 5 tahun Desa Gandusari vakum tidak mempunyai Kepala Desa sampai akhirnya pada tahun 1952 terpilihlah seorang Kepala Desa bernama Joyo Suwito yang berasal dari Desa Kedung Ampel Kecamatan Gombong, beliau memerintah sampai tahun 1973 dan merupakan Kepala Desa ke-7.
http://corojowo.blogspot.com/2015/01/sejarah-desa-gandusari-kuwarasan.html
Kepala Desa ke-8 adalah Harjo Suwito warga asli dari Ori dan memerintah dari tahun 1974 – 1986. Selama kurang lebih 3 tahun Pemerintah Desa dipegang oleh Sekdes (Carik) waktu itu sampai pada tahun 1989 diadakan Pemilihan Kepala Desa dan terpilihlah Amir Khaerudin yang memegang jabatan selama 2 periode yaitu sampai tahun 2006 setelah pada pemilihan kepala desa berikutnya beliau terpilih kembali dan merupakan calon tunggal. Beliau adalah Kepala Desa ke-9 dan merupakan Kepala Desa pertama yang asli warga Desa Gandusari karena bahkan Kepala desa berikutnya (ke 10) Bambang Pujiman yang memerintah sampai tahun 2013 adalah bukan asli warga Desa Gandusari yang tidak lain berasal dari Desa Pejagoan Kebumen. Kepala Desa Selanjutnya (ke 11) yaitu Bapak Waliman menjabat mulai Juni 2013 - Sekarang (Januari 2015) masih menjabat sebagai Kepala Desa.
Demikian sekelumit tentang sejarah Desa Gandusari yang dengan melihat sumber dan referensi yang ada belumlah dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, namun mudah-mudahan hal ini tidak mengurangi rasa patriotik dari para pembaca khususnya warga Desa Gandusari baik yang berdomisili di Gandusari maupun yang saat ini berada di perantauan atau bahkan sudah bermutasi kependudukan namun masih mempunyai rasa memiliki terhadap Desa Gandusari.
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
cerita rakyatTangkuban Perahu - History of Tangkuban Perahu
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
Pada suatu waktu di Jawa barat, Indonesia tinggal seorang raja yang bijaksana yang memiliki seorang putri cantik. Namanya Dayang Sumbi. Dia suka menenun sangat banyak. Setelah dia menenun kain ketika salah satu alat nya jatuh ke tanah. Dia sangat lelah pada saat itu sehingga dia terlalu malas untuk mengambilnya. Kemudian dia hanya berteriak dengan keras.
"Siapa di sana? Ambilkan alat saya. Saya akan memberikan kado istimewa. Jika Anda perempuan, saya akan menganggap Anda sebagai adikku. Jika Anda adalah laki-laki, aku akan menikahimu”
http://corojowo.blogspot.com/2015/01/legenda-tangkuban-perahu-history-of.html
Tiba-tiba seekor anjing jantan, namanya adalah Tumang, datang. Dia membawakan alat jatuh. Dayang Sumbi sangat terkejut. Dia menyesali kata-katanya, tapi dia tidak bisa menyangkalnya. Jadi dia harus menikahi Tumang dan meninggalkan ayahnya. Kemudian mereka tinggal di sebuah desa kecil. Beberapa bulan kemudian mereka memiliki seorang putra. Namanya Sangkuriang. Dia adalah seorang anak laki-laki tampan dan sehat.
Sangkuriang sangat suka berburu. Dia sering pergi berburu ke hutan menggunakan panahnya. Ketika ia pergi berburu Tumang selalu bersamanya. Di masa lalu ada banyak rusa di Jawa sehingga Sangkuriang sering diburu untuk rusa.
http://corojowo.blogspot.com/2015/01/legenda-tangkuban-perahu-history-of.html
Suatu hari Dayang Sumbi ingin memiliki hati rusa sehingga dia meminta Sangkuriang untuk berburu rusa. Kemudian Sangkuriang pergi ke hutan dengan panah dan anjing yang setia Tumang. Tapi setelah beberapa hari di hutan Sangkuriang tidak bisa menemukan rusa apapun. Mereka semua menghilang. Sangkuriang lelah dan putus asa. Dia tidak ingin mengecewakan ibunya sehingga ia membunuh Tumang. Dia tidak tahu bahwa Tumang adalah ayahnya. Di rumah ia memberi hati Tumang untuk ibunya.
Namun Dayang Sumbi tahu bahwa itu adalah hati Tumang itu. Dia sangat marah bahwa dia tidak bisa mengendalikan emosinya. Dia memukul Sangkuriang di kepalanya. Sangkuriang terluka. Ada bekas luka di kepalanya. Dia juga ditolak anaknya. Sangkuriang meninggalkan ibunya dalam kesedihan.
Bertahun-tahun berlalu dan Sangkuriang menjadi seorang pemuda yang kuat. Dia berjalan di mana-mana. Suatu hari ia tiba di desanya sendiri, tapi dia tidak menyadari hal itu. Di sana ia bertemu Dayang Sumbi. Pada saat Dayang Sumbi diberi keindahan abadi oleh Allah sehingga dia tetap muda selamanya. Keduanya tidak saling mengenal. Jadi mereka jatuh cinta dan kemudian mereka memutuskan untuk menikah.
Tapi kemudian diakui Dayang Sumbi mengetahui bekas luka di kepala Sangkuriang. Dia tahu bahwa Sangkuriang adalah putranya. Itu tidak mungkin bagi mereka untuk menikah. Dia mengatakan dia tapi dia tidak percaya padanya. Dia berharap bahwa mereka segera menikah. Jadi Dayang Sumbi memberikan kondisi yang sangat sulit. Dia ingin Sangkuriang untuk membangun sebuah danau dan perahu dalam satu malam! Dia bilang dia membutuhkan itu untuk bulan madu.
Sangkuriang setuju. Dengan bantuan jin dan roh Sangkuriang mencoba untuk membangun danau. Pada tengah malam ia selesai dengan membangun bendungan di sungai Citarum. Lalu ia mulai membuat perahu. Itu hampir fajar ketika ia hampir selesai. Sementara itu Dayang Sumbi terus mengawasi. Dia sangat khawatir ketika dia tahu ini. Jadi dia membuat lampu di timur. Kemudian roh berpikir bahwa itu sudah fajar. Sudah waktunya bagi mereka untuk pergi. Mereka meninggalkan Sangkuriang sendiri. Tanpa bantuan mereka dia tidak bisa menyelesaikan perahu.
Sangkuriang sangat marah. Dia menendang perahu. Kemudian kapal terbalik dan menjadi Gunung Tangkuban Perahu. Ini berarti perahu terbalik. Dari jauh terlihat seperti perahu terbalik.
History of Tangkuban Perahu
Once upon a time in west Java, Indonesia lived a wise king who had a beautiful daughter. Her name was Dayang Sumbi. She liked weaving very much. Once she was weaving a cloth when one of her tool fell to the ground. She was very tired at the time so she was too lazy to take it. Then she just shouted outloud.
‘Anybody there? Bring me my tool. I will give you special present. If you are female, I will consider you as my sister. If you are male, I will marry you
Suddenly a male dog, its name was Tumang, came. He brought her the falling tool. Dayang Sumbi was very surprised. She regretted her words but she could not deny it. So she had to marry Tumang and leave her father. Then they lived in a small village. Several months later they had a son. His name was Sangkuriang. He was a handsome and healthy boy.
Sangkuriang liked hunting very much. He often went hunting to the wood using his arrow. When he went hunting Tumang always with him. In the past there were many deer in Java so Sangkuriang often hunted for deer.
http://corojowo.blogspot.com/2015/01/legenda-tangkuban-perahu-history-of.html
One day Dayang Sumbi wanted to have deer’s heart so she asked Sangkuriang to hunt for a deer. Then Sangkuriang went to the wood with his arrow and his faithful dog Tumang. But after several days in the wood Sangkuriang could not find any deer. They were all disappeared. Sangkuriang was exhausted and desperate. He did not want to disappoint her mother so he killed Tumang. He did not know that Tumang was his father. At home he gave Tumang’s heart to her mother.
But Dayang Sumbi knew that it was Tumang’s heart. She was so angry that she could not control her emotion. She hit Sangkuriang at his head. Sangkuriang was wounded. There was a scar in his head. She also repelled her son. Sangkuriang left her mother in sadness.
Many years passed and Sangkuriang became a strong young man. He wandered everywhere. One day he arrived at his own village but he did not realized it. There he met Dayang Sumbi. At the time Dayang Sumbi was given an eternal beauty by God so she stayed young forever. Both of them did not know each other. So they fell in love and then they decided to marry.
But then Dayang Sumbi recognized a scar on his Sangkuriang’s head. She knew that Sangkuriang was his son. It was impossible for them to marry. She told him but he did not believe her. He wished that they marry soon. So Dayang Sumbi gave a very difficult condition. She wanted Sangkuriang to build a lake and a boat in one night! She said she needed that for honeymoon.
http://corojowo.blogspot.com/2015/01/legenda-tangkuban-perahu-history-of.html
Sangkuriang agreed. With the help of genie and spirits Sangkuriang tried to build them. By midnight he had finished the lake by building a dam in Citarum river. Then he started building the boat. It was almost dawn when he nearly finished it. Meanwhile Dayang Sumbi kept watching on them. She was very worried when she knew this. So she made lights in the east. Then the spirits thought that it was already dawn. It was time for them to leave. They left Sangkuriang alone. Without their help he could not finish the boat.
Sangkuriang was very angry. He kicked the boat. Then the boat turned out to be Mount Tangkuban Perahu. It means boat upside down. From a distant it looks like a boat upside down.
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
Tuesday, June 18, 2019
Gunung Slamet Gunung yang memiliki empat kawah yang semuanya aktif
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
Gunung Slamet ( 3.428 mdpl ) adalah gunung tertinggi di Jawa Tengah dan gunung tertinggi kedua di Pulau Jawa setelah Gunung Semeru. Gunung ini terletak di perbatasan Kabupaten Brebes, Banyumas, Purbalingga, Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalang di Propinsi Jawa Tengah.
Gunung yang memiliki empat kawah yang semuanya aktif ini jalur pendakiannya yang standar adalah dari Bambangan, Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Purbalingga. Selain itu bisa juga lewat jalur Baturraden, atau dari desa Gambuhan, desa Jurangmangu dan desa Gunungsari Kabupaten Pemalang.
Gunung ini dikenal cukup sulit karena hampir di sepanjang rute pendakian tidak ditemukan air, walaupun ada itu juga merupakan genangan air. Kepada pendaki sangat disarankan untuk membawa persediaan air yang cukup dari bawah.
Faktor lain adalah kabut. Kabut di Gunung Slamet sangat mudah berubah - ubah dan pekat. Tetapi Jika anda melewati jalur Bambangan, mungkin masalah air tidak terlalu sulit. Memang para pendaki harus banyak membawa air dari bawah, tetapi sesampainya di pos V atau tepatnya di pos Samhyang Rangkah akan terdapat sungai kecil yang letaknya tepat berada di bawah pos V.
Selain rute Bambangan, ada pula rute pendakian melewati Dukuh Liwung. Dari pos 1 sampai pos 5 membutuhkan waktu sekitar 8 jam. Dan ada mata air di pos 2 dan 3.
Menurut cerita, Slamet dalam bahasa Indonesia artinya “selamat”. Setidaknya sejak jaman kakek buyut hingga sekarang gunung tersebut tidak pernah “terbatuk - batuk” apalagi meletus. Keberadaan gunung yang memberikan rasa aman dan tenang selama ini seakan memberikan “keselamatan” bagi masyarakat di sekitarnya.
Ada semacam anggapan dimasyarakat bahwa jika sejak dulu Gunung Slamet tersebut sering meletus atau lainnya maka mungkin sejak dulu pula gunung tersebut tidak akan dinamakan Gunung Slamet. Itulah mengapa gunung tersebut dinamakan Gunung Slamet hingga sekarang.
Meski hanya cerita mitos, namun akibat yang dibayangkan sungguh mengerikan. Mitos menceritakan apabila meletusnya Gunung Slamet akan “membelah” Pulau Jawa menjadi dua bagian. Entah itu karena timbulnya rekahan besar yang membentang dari utara ke selatan ( dan air laut mengalir masuk hingga menyatu ) atau karena masing - masing wilayah di barat dan timur bergeser saling menjauh.
Letaknya yang hampir tepat ditengah - tengah antara batas pantai utara dan pantai selatan, serta dikelilingi setidaknya 5 wilayah kabupaten yang berbatasan langsung ( Brebes, Tegal, Pemalang, Banyumas, Purbalingga ) dan 2 wilayah yang tidak langsung ( Kabupaten Cilacap, Kota Tegal ) dimana jika kita lihat di peta akan membentuk suatu garis lurus yang membelah Pulau Jawa.
Tak terbayangkan akibatnya jika memang akhirnya Gunung Slamet benar - benar meletus apalagi dengan letusan yang sangat besar, semua wilayah tersebut masuk dalam jangkuan semburan ( minimal debu atau awan panas ).
Gunung yang memiliki empat kawah yang semuanya aktif ini jalur pendakiannya yang standar adalah dari Bambangan, Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Purbalingga. Selain itu bisa juga lewat jalur Baturraden, atau dari desa Gambuhan, desa Jurangmangu dan desa Gunungsari Kabupaten Pemalang.
Gunung ini dikenal cukup sulit karena hampir di sepanjang rute pendakian tidak ditemukan air, walaupun ada itu juga merupakan genangan air. Kepada pendaki sangat disarankan untuk membawa persediaan air yang cukup dari bawah.
Faktor lain adalah kabut. Kabut di Gunung Slamet sangat mudah berubah - ubah dan pekat. Tetapi Jika anda melewati jalur Bambangan, mungkin masalah air tidak terlalu sulit. Memang para pendaki harus banyak membawa air dari bawah, tetapi sesampainya di pos V atau tepatnya di pos Samhyang Rangkah akan terdapat sungai kecil yang letaknya tepat berada di bawah pos V.
Selain rute Bambangan, ada pula rute pendakian melewati Dukuh Liwung. Dari pos 1 sampai pos 5 membutuhkan waktu sekitar 8 jam. Dan ada mata air di pos 2 dan 3.
Menurut cerita, Slamet dalam bahasa Indonesia artinya “selamat”. Setidaknya sejak jaman kakek buyut hingga sekarang gunung tersebut tidak pernah “terbatuk - batuk” apalagi meletus. Keberadaan gunung yang memberikan rasa aman dan tenang selama ini seakan memberikan “keselamatan” bagi masyarakat di sekitarnya.
Ada semacam anggapan dimasyarakat bahwa jika sejak dulu Gunung Slamet tersebut sering meletus atau lainnya maka mungkin sejak dulu pula gunung tersebut tidak akan dinamakan Gunung Slamet. Itulah mengapa gunung tersebut dinamakan Gunung Slamet hingga sekarang.
Meski hanya cerita mitos, namun akibat yang dibayangkan sungguh mengerikan. Mitos menceritakan apabila meletusnya Gunung Slamet akan “membelah” Pulau Jawa menjadi dua bagian. Entah itu karena timbulnya rekahan besar yang membentang dari utara ke selatan ( dan air laut mengalir masuk hingga menyatu ) atau karena masing - masing wilayah di barat dan timur bergeser saling menjauh.
Letaknya yang hampir tepat ditengah - tengah antara batas pantai utara dan pantai selatan, serta dikelilingi setidaknya 5 wilayah kabupaten yang berbatasan langsung ( Brebes, Tegal, Pemalang, Banyumas, Purbalingga ) dan 2 wilayah yang tidak langsung ( Kabupaten Cilacap, Kota Tegal ) dimana jika kita lihat di peta akan membentuk suatu garis lurus yang membelah Pulau Jawa.
Tak terbayangkan akibatnya jika memang akhirnya Gunung Slamet benar - benar meletus apalagi dengan letusan yang sangat besar, semua wilayah tersebut masuk dalam jangkuan semburan ( minimal debu atau awan panas ).
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
Biografi Dewi Lanjar Biografi Dewi Lanjar Lengkap
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
Versi 1
Biografi Dewi Lanjar Lengkap
Dewi Lanjar sampai sekarang masih merupakan legenda yang hidup di dalam masyarakat dan masih berpengaruh dalam jiwa masyarakat terutama di Pekalongan. Dalam segala peristiwa sering kali dihubungkan dengan Dewi Lanjar, apabila ada anak yang sedang bermain-main di pantai hilang tentu mereka berpendapat bahwa si anak itu dibawa Dewi Lanjar. Dan bilamana dapat diketemukan kembali tentulah si anak menyatakan dirinya tersesat disuatu daerah atau suatu kraton yang penghuni-penghuninya juga seperti kita-kita ini. Mereka mempunyai kegiatan membatik, berdagang, menukang, nelayan dan lain-lain yang tidak ubahnya seperti didalam kota saja. Daerah tersebut dikuasai oleh seorang Putri yang cantik ialah Dewi Lanjar.
Diceritakan pada jaman dahulu di suatu tempat Kota Pekalongan hiduplah seorang putri yang sangat cantik jelita, sampai sekarang masih menjadi pembicaraan penduduk, tempat yang terkenal dengan nama Dewi Rara Kuning. Adapun tempat tinggalnya tiada dapat diketahui secara pasti.
Dalam menempuh gelombang hidupnya Dewi Rara Kuning mengalami penderitaan yang sangat berat, sebab dalam usia yang sangat muda ia sudah menjadi janda. Suaminya meninggal dunia setelah beberapa waktu melangsungkan pernikahannya. Maka dari itulah Dewi Rara Kuning kemudian terkenal dengan sebutan Dewi Lanjar. ( Lanjar sebutan bagi seorang perempuan yang bercerai dari suaminya dalam usia yang masih muda dan belum mempunyai anak ). Sejak ditinggal suaminya itu Dewi Lanjar hidupnya sangat merana dan selalu memikirkan suaminya saja. Hal yang demikian itu berjalan beberapa waktu lamanya, tetapi lama kelamaan Dewi Lanjar sempat berpikir kembali bahwa kalau dibiarkan demikian terus akan tidak baik akibatnya. Maka dari itulah ia kemudian memutuskan untuk pergi meninggalkan kampung halamannya, merantau sambil menangis hatinya yang sedang dirundung malang.
Legenda Ratu Pantai Utara Dewi Lanjar
Tersebutlah, perjalanan Dewi Lanjar sampai disebuah sungai yaitu sungai Opak. Di tempat ini kemudian bertemu dengan Raja Mataram bersama Mahapatih Singaranu yang sedang bertapa ngapung di atas air sungai itu. Dalam pertemuan itu Dewi Lanjar mengutarakan isi hatinya serta pula mengatakan tidak bersedia untuk menikah lagi. Panembahan Senopati dan Mahapatih Singoranu demi mendengar tuturnya tergaru dan merasa kasihan. Oleh karena itu dinasehatinya agar bertapa di Pantai Selatan serta pula menghadap kepada Ratu Kidul. Setelah beberapa saat lamanya, mereka berpisahan serta melanjutkan perjalanan masing-masing, Panembahan dan Senopati beserta patihnya melanjutkan bertapa menyusuri sungai Opak sedangkan Dewi Lanjar pergi kearah Pantai Selatan untuk menghadap Ratu Kidul.
Dikisahkan bahwa Dewi Lanjar sesampainya di Pantai Selatan mencari tempat yang baik untuk bertapa. Karena ketekunan dan keyakinan akan nasehat dari Raja Mataram itu akhirnya Dewi Lanjar dapat moksa ( hilang ) dan dapat bertemu dengan Ratu Kidul.
Dalam pertemuan itu Dewi Lanjar memohon untuk dapat menjadi anak buahnya, dan Ratu Kidul tiada keberatan. Pada suatu hari Dewi Lanjar bersama jin – jin diperintahkan untuk mengganggu dan mencegah Raden Bahu yang sedang membuka hutan Gambiren ( kini letaknya disekitar jembatan anim Pekalongan dan desa Sorogenen tempat Raden Bahu membuat api ) tetapi karena kesaktian Raden Bahu, yang diperoleh dari bertapa Ngalong ( seperti Kalong / Kelelawar ), semua godaan Dewi Lanjar dan jin – jin dapat dikalahkan bahkan tunduk kepada Raden Bahu. Karena Dewi Lanjar tiada berhasil menunaikan tugas maka ia memutuskan tidak kembali ke Pantai Selatan, akan tetapi kemudian memohon ijin kepada Raden Bahu untuk dapat bertempat tinggal di Pekalongan. Oleh Raden Bahu disetujui bahkan pula oleh Ratu Kidul. Dewi Lanjar diperkenankan tinggal dipantai utara Jawa Tengah terutama di Pekalongan. Konon letak keraton Dewi Lanjar terletak dipantai Pekalongan disebelah sungai Slamaran.
sumber : facebook
versi 2
Legenda Dewi Lanjar Biografi Dewi Lanjar Lengkap
Dewi Lanjar hingga saat ini masih tetap adalah legenda yang hidup didalam orang-orang serta masih tetap punya pengaruh dalam jiwa orang-orang terlebih di Pekalongan. Dalam semua momen kerapkali dikaitkan dengan Dewi Lanjar, jika ada anak yang tengah bermain-main di pantai hilang pasti mereka memiliki pendapat bahwa si anak itu dibawa Dewi Lanjar. Serta bilamana bisa di ketemukan kembali tentulah si anak menyebutkan dianya tersesat disuatu daerah atau satu kraton yang penghuni-penghuninya juga seperti kita-kita ini. Mereka memiliki aktivitas membatik, berdagang, menukang, nelayan serta lain-lainyang tak gantinya seperti di dalam kota saja. Daerah itu dikuasai oleh seseorang Putri yang cantik bernama Dewi Lanjar.
Diceritakan pada masa dulu di satu tempat Kota Pekalongan hiduplah seseorang putri yang sangatlah cantik jelita bernama Dewi Rara Kuning. Adapun rumahnya masih tetap simpang siur, tak ada yang tahu dengan cara pasti. Dalam meniti kehidupnya Dewi Rara Kuning alami penderitaan yang sangatlah berat, karena dalam umur yang sangatlah muda ia telah jadi janda. Suaminya wafat dunia sesudah sekian waktu menyelenggarakan pernikahannya. Jadi dari tersebut Dewi Rara Kuning lalu populer dengan sebutan Dewi Lanjar. (Lanjar sebutan untuk seseorang wanita yang bercerai dari suaminya dalam umur yang masih tetap muda serta belum memiliki anak). Mulai sejak ditinggal mati suaminya itu Dewi Lanjar hidupnya sangatlah merana serta senantiasa pikirkan suaminya saja. Hal yang sekian itu jalan sekian waktu lamanya, namun lama kelamaan Dewi Lanjar pernah memikirkan kembali bahwa bila dilewatkan sekian selalu tidak akan baik mengakibatkan. Jadi dari tersebut ia lalu mengambil keputusan untuk pergi meninggalkan kampung halamannya, merantau sembari menangis hatinya yang tengah dilanda malang.
Dicertakan, perjalanan Dewi Lanjar hingga disebuah sungai yang bernama kali Opak. Ditempat ini ia bersua Raja Mataram berbarengan Mahapatih Singaranu yang tengah bertapa mengapung diatas air sungai itu. Dalam pertemuan itu Dewi Lanjar mengungkapkan isi hatinya dan juga menyampaikan tak bersedia untuk menikah lagi. Panembahan Senopati serta Mahapatih Singoranu untuk mendengar katanya terharu serta terasa iba. Oleh karenanya dinasehatinya supaya bertapa di Pantai Selatan dan juga menghadap pada Ratu Kidul. Sesudah sekian waktu lamanya, mereka berpisahan dan meneruskan perjalanan semasing, Panembahan Senopati beserta patihnya meneruskan bertapa menyusuri kali Opak sedang Dewi Lanjar pergi kearah Pantai Selatan untuk menjumpai Ratu Kidul.
Diceritakan bahwa Dewi Lanjar setelah tiba di Pantai Selatan mencari tempat yang baik untuk bertapa. Lantaran ketekunan serta kepercayaan bakal saran dari Raja Mataram itu pada akhirnya Dewi Lanjar bisa moksa (hilang) serta bisa bersua dengan Ratu Kidul. Dalam pertemuan itu Dewi Lanjar memohon agar bisa jadi anak buahnya, serta Ratu Kidul tidak ada keberatan. Disuatu hari Dewi Lanjar berbarengan jin – jin diperintahkan untuk mengganggu serta menghindar Raden Bahurekso yang tengah buka rimba Gambiran (saat ini letaknya di sekitar jembatan anim Pekalongan serta desa Sorogenen tempat Raden Bahurekso bikin api) namun lantaran kesaktian Raden Bahurekso, yang didapat dari bertapa Ngalong (seperti Kalong/Kelelawar), seluruhnya godaan Dewi Lanjar serta jin – jin bisa ditaklukkan bahkan juga tunduk pada Raden Bahurekso. Lantaran Dewi Lanjar gagal menunaikan pekerjaan jadi ia mengambil keputusan tak kembali ke Pantai Selatan, namun lalu memohon ijin pada Raden Bahurekso agar bisa bertempat tinggal di Pekalongan. Oleh Raden Bahurekso di setujui bahkan juga juga oleh Ratu Kidul. Dewi Lanjar diperbolehkan tinggal dipantai utara Jawa Tengah terlebih di Pekalongan.
Konon letak keraton Dewi Lanjar terdapat dipantai Pekalongan disamping sungai Slamaran. Tempat wisata SLAMARAN INDAH adalah Daerah pesisir yang memberi rasa sejuk serta nyaman. Terdapat disamping timur Pantai Pasir Kencana dibatasi oleh muara Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan.
sumber : nyirorokidultanpatumbal
versi 3
Ratu Laut Utara
Ratu Laut Utara adalah sosok legenda penguasa laut utara pulau Jawa, khususnya di utara Pekalongan, Jawa Tengah. Dalam kepercayaan masyarakat Pekalongan, nama Ratu Laut Utara yang sebenarnya adalah Dewi Lanjar. Lanjar adalah sebutan bagi wanita yang bercerai dengan suaminya dalam usia yang masih muda dan belum mempunyai anak.
Legenda Ratu Laut Utara
Masyarakat Pekalongan pada khususnya masih memiliki kepercayaan kental terhadap sosok Dewi Lanjar. Misalnya jika ada anak hilang saat bermain di pantai, masyarakat percaya bahwa anak tersebut dibawa oleh Dewi Lanjar. Konon letak keraton Dewi Lanjar terletak di pantai Pekalongan sebelah sungai Slamaran.
Dewi Lanjar
Pada zaman dahulu di Pekalongan hiduplah seorang putri cantik bernama Dewi Rara Kuning. Ia telah menjadi janda di usia yang sangat muda karena suaminya meninggal beberapa waktu setelah pernikahan mereka. Itulah sebabnya Dewi Rara Kuning kemudian terkenal dengan sebutan Dewi Lanjar. Karena hal tersebut, Dewi Lanjar memutuskan untuk meninggalkan kampung halamannya agar tidak terus-menerus dirudung duka.
Setibanya di sungai Opak, ia bertemu Raja Mataram Panembahan Senopati bersama Mahapatih Singaranu yang sedang bertapa mengapung di atas air sungai. Dewi Lanjar mengutarakan isi hatinya dan berkata tidak akan menikah lagi. Panembahan Senopati dan Mahapatih Singoranu merasa kasihan kemudian menasehatinya agar bertapa di Pantai Selatan menghadap Ratu Kidul. Selanjutnya mereka berpisah, Panembahan Senopati beserta patihnya melanjutkan bertapa menyusuri sungai Opak sedangkan Dewi Lanjar menuju Pantai Selatan. Ia bertapa dengan tekun kemudian moksa dan bertemu dengan Ratu Kidul.
Dalam pertemuan itu, Dewi Lanjar memohon menjadi anak buah Kanjeng Ratu Kidul, Ratu Kidul tidak keberatan. Suatu hari, Dewi Lanjar bersama pasukan jin diperintahkan untuk mengganggu dan mencegah Raden Bahu yang sedang membuka hutan Gambiren (kini berada di sekitar jembatan anim Pekalongan dan desa Sorogenen). Namun, Raden Bahu tidak terpengaruh semua godaan Dewi Lanjar dan pasukan jinnya. Karena tidak berhasil menunaikan tugas, Dewi Lanjar memutuskan untuk tidak kembali ke Pantai Selatan, tetapi memohon izin kepada Raden Bahu untuk dapat bertempat tinggal di Pekalongan. Hal tersebut disetujui baik oleh Raden Bahu maupun oleh Ratu Kidul. Dewi Lanjar diperkenankan tinggal dipantai utara Jawa Tengah terutama di Pekalongan.
sumber : wikipedia
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
Sejarah Segitiga Bermuda (history of the bermuda triangel)
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
Segitiga Bermuda (bahasa Inggris: Bermuda Triangle), kadang-kadang disebut juga Segitiga Setan adalah sebuah wilayah lautan di Samudra Atlantik seluas 1,5 juta mil2 atau 4 juta km2 yang membentuk garis segitiga antara Bermuda, wilayah teritorial Britania Raya sebagai titik di sebelah utara, Puerto Riko, teritorial Amerika Serikat sebagai titik di sebelah selatan dan Miami, negara bagian Florida, Amerika Serikat sebagai titik di sebelah barat.
Segitiga bermuda sangat misterius. Sering ada isu paranormal di daerah tersebut yang menyatakan alasan dari peristiwa hilangnya kapal yang melintas. Ada pula yang mengatakan bahwa sudah menjadi gejala alam bahwa tidak boleh melintasi wilayah tersebut. Bahkan ada pula yang mengatakan bahwa itu semua akibat ulah makhluk luar angkasa
Sejarah Segitiga Bermuda
Pada masa pelayaran Christopher Colombus, ketika melintasi area segitiga Bermuda, salah satu awak kapalnya mengatakan melihat “cahaya aneh berkemilau di cakrawala”. Beberapa orang mengatakan telah mengamati sesuatu seperti meteor. Dalam catatannya ia menulis bahwa peralatan navigasi tidak berfungsi dengan baik selama berada di area tersebut.
Berbagai peristiwa kehilangan di area tersebut pertama kali didokumentasikan pada tahun 1951 oleh E.V.W. Jones dari majalah Associated Press. Jones menulis artikel mengenai peristiwa kehilangan misterius yang menimpa kapal terbang dan laut di area tersebut dan menyebutnya ‘Segitiga Setan’. Hal tersebut diungkit kembali pada tahun berikutnya oleh Fate Magazine dengan artikel yang dibuat George X. Tahun 1964, Vincent Geddis menyebut area tersebut sebagai ‘Segitiga Bermuda yang mematikan’, setelah istilah ‘Segitiga Bermuda’ menjadi istilah yang biasa disebut. Segitiga bermuda merupakan suatu tempat dimana di dasar laut tersebut terdapat sebuah piramid besar mungkin lebih besar dari piramid yang ada di Kairo Mesir. Piramid tersebut mempunyai jarak antara ujung piramid dan permukaan laut sekitar 500 m, di ujung piramid tersebut terdapat dua rongga lubang lebih besar.
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
Cerita Rakyat Keong Mas
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
Cerita Rakyat Keong Mas Lengkap. Alkisah pada jaman dahulu kala hiduplah seorang pemuda bernama Galoran. Ia termasuk orang yang disegani karena kekayaan dan pangkat orangtuanya. Namun Galoran sangatlah malas dan boros. Sehari-hari kerjanya hanya menghambur-hamburkan harta orangtuanya, bahkan pada waktu orang tuanya meninggal dunia ia semakin sering berfoya-foya. Karena itu lama kelamaan habislah harta orangtuanya. Walaupun demikian tidak membuat Galoran sadar juga, bahkan waktu dihabiskannya dengan hanya bermalas-malasan dan berjalan-jalan. Iba warga kampung melihatnya. Namun setiap kali ada yang menawarkan pekerjaan kepadanya, Galoran hanya makan dan tidur saja tanpa mau melakukan pekerjaan tersebut. Namun akhirnya galoran dipungut oleh seorang janda berkecukupan untuk dijadikan teman hidupnya. Hal ini membuat Galoran sangat senang ; “Pucuk dicinta ulam pun tiba”, demikian pikir Galoran.
Janda tersebut mempunyai seorang anak perempuan yang sangat rajin dan pandai menenun, namanya Jambean. Begitu bagusnya tenunan Jambean sampai dikenal diseluruh dusun tersebut. Namun Galoran sangat membenci anak tirinya itu, karena seringkali Jambean menegurnya karena selalu bermalas-malasan.
Cerita Rakyat Keong Mas Lengkap
Rasa benci Galoran sedemikian dalamnya, sampai tega merencanakan pembunuhan anak tirinya sendiri. Dengan tajam dia berkata pada istrinya : ” Hai, Nyai, sungguh beraninya Jambean kepadaku. Beraninya ia menasehati orangtua! Patutkah itu ?” “Sabar, Kak. Jambean tidak bermaksud buruk terhadap kakak” bujuk istrinya itu. “Tahu aku mengapa ia berbuat kasar padaku, agar aku pergi meninggalkan rumah ini !” seru nya lagi sambil melototkan matanya. “Jangan begitu kak, Jambean hanya sekedar mengingatkan agar kakak mau bekerja” demikian usaha sang istri meredakan amarahnya. “Ah .. omong kosong. Pendeknya sekarang engkau harus memilih .. aku atau anakmu !” demikian Galoran mengancam.
Sedih hati ibu Jambean. Sang ibu menangis siang-malam karena bingung hatinya. Ratapnya : ” Sampai hati bapakmu menyiksaku jambean. Jambean anakku, mari kemari nak” serunya lirih. “Sebentar mak, tinggal sedikit tenunanku” jawab Jambean. “Nah selesai sudah” serunya lagi. Langsung Jambean mendapatkan ibunya yang tengah bersedih. “Mengapa emak bersedih saja” tanyanya dengan iba. Maka diceritakanlah rencana bapak Jambean yang merencanakan akan membunuh Jambean. Dengan sedih Jambean pun berkata : ” Sudahlah mak jangan bersedih, biarlah aku memenuhi keinginan bapak. Yang benar akhirnya akan bahagia mak”. “Namun hanya satu pesanku mak, apabila aku sudah dibunuh ayah janganlah mayatku ditanam tapi buang saja ke bendungan” jawabnya lagi. Dengan sangat sedih sang ibu pun mengangguk-angguk. Akhirnya Jambean pun dibunuh oleh ayah tirinya, dan sesuai permintaan Jambean sang ibu membuang mayatnya di bendungan. Dengan ajaib batang tubuh dan kepala Jambean berubah menjadi udang dan siput, atau disebut juga dengan keong dalam bahasa Jawanya. Legenda Keong Mas Lengkap, Cerita Keong Mas Lengkap, Legenda Keong Mas, Cerita Rakyat Keong Mas, Cerita Rakyat Keong Mas Lengkap, Asal Usul Keong Mas, Asal Usul Cerita Keong Mas, Awal Mula Legenda Keong Mas, Kumpulan Cerita Rakyat Lengkap, Kumpulan Cerita Legenda Lengkap
Tersebutlah di Desa Dadapan dua orang janda bersaudara bernama Mbok Rondo Sambega dan Mbok Rondo Sembadil. Kedua janda itu hidup dengan sangat melarat dan bermata pencaharian mengumpulkan kayu dan daun talas. Suatu hari kedua bersaudara tersebut pergi ke dekat bendungan untuk mencari daun talas. Sangat terpana mereka melihat udang dan siput yang berwarna kuning keemasan. “Alangkah indahnya udang dan siput ini” seru Mbok Rondo Sambega “Lihatlah betapa indahnya warna kulitnya, kuning keemasan. Ingin aku bisa memeliharanya” serunya lagi. “Yah sangat indah, kita bawa saja udang dan keong ini pulang” sahut Mbok Rondo Sembadil. Maka dipungutnya udang dan siput tersebut untuk dibawa pulang.
Kumpulan Sejarah Lainnya : Sejarah Danau Toba, Sejarah Kota Surabaya Lengkap, Sejarah Kabupaten Blora Jawa Timur, Legenda Ratu Laut Selatan Lengkap
Kemudian udang dan siput tersebut mereka taruh di dalam tempayan tanah liat di dapur. Sejak mereka memelihara udang dan siput emas tersebut kehidupan merekapun berubah. Terutama setiap sehabis pulang bekerja, didapur telah tersedia lauk pauk dan rumah menjadi sangat rapih dan bersih. Mbok Rondo Sambega dan Mbok Rondo Sembadil juga merasa keheranan dengan adanya hal tersebut. Sampai pada suatu hari mereka berencana untuk mencari tahu siapakah gerangan yang melakukan hal tersebut.
Suatu hari mereka seperti biasanya pergi untuk mencari kayu dan daun talas, mereka berpura-pura pergi dan kemudian setelah berjalan agak jauh mereka segera kembali menyelinap ke dapur. Dari dapur terdengar suara gemerisik, kedua bersaudara itu segera mengintip dan melihat seorang gadis cantik keluar dari tempayan tanah liat yang berisi udang dan Keong Emas peliharaan mereka. “tentu dia adalah jelmaan keong dan udang emas itu” bisik Mbok Rondo Sambega kepada Mbok Rondo Sembadil. “Ayo kita tangkap sebelum menjelma kembali menjadi udang dan Keong Emas” bisik Mbok Rondo Sembadil.
Dengan perlahan-lahan mereka masuk ke dapur, lalu ditangkapnya gadis yang sedang asik memasak itu. “Ayo ceritakan lekas nak, siapa gerangan kamu itu” desak Mbok Rondo Sambega “Bidadarikah kamu ?” sahutnya lagi. “bukan Mak, saya manusia biasa yang karena dibunuh dan dibuang oleh orang tua saya, maka saya menjelma menjadi udang dan keong” sahut Jambean lirih. “terharu mendengar cerita Jambean kedua bersaudara itu akhirnya mengambil Keong Emas sebagai anak angkat mereka. Sejak itu Keong Emas membantu kedua bersaudara tersebut dengan menenun. Tenunannya sangat indah dan bagus sehingga terkenallah tenunan terebut keseluruh negeri, dan kedua janda bersaudara tersebut menjadi bertambah kaya dari hari kehari. Legenda Keong Mas Lengkap, Cerita Keong Mas Lengkap, Legenda Keong Mas, Cerita Rakyat Keong Mas, Cerita Rakyat Keong Mas Lengkap, Asal Usul Keong Mas, Asal Usul Cerita Keong Mas, Awal Mula Legenda Keong Mas, Kumpulan Cerita Rakyat Lengkap, Kumpulan Cerita Legenda Lengkap
Sampailah tenunan tersebut di ibukota kerajaan. Sang raja muda sangat tertarik dengan tenunan buatan Jambean atau Keong Emas tersebut. Akhirnya raja memutuskan untuk meninjau sendiri pembuatan tenunan tersebut dan pergi meninggalkan kerajaan dengan menyamar sebagai saudagar kain. Akhirnya tahulah raja perihal Keong Emas tersebut, dan sangat tertarik oleh kecantikan dan kerajinan Keong Emas. Raja menitahkan kedua bersaudara tersebut untuk membawa Jambean atau Keong Emas untuk masuk ke kerajaan dan meminang si Keong Emas untuk dijadikan permaisurinya. Betapa senang hati kedua janda bersaudara tersebut.
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
Cerita Rakyat: Cindelaras
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
Cerita Rakyat Lengkap Cindelaras. Cindelaras adalah cerita rakyat yang berasal dari Jawa Timur. Kisah ini menceritakan tentang seorang anak laki-laki yang bernama Cindelaras dan ayam jantannya. Cindelaras mempunyai ayam yang tidak terkalahkan. Ayam inilah yang mempertemukan Cindelaras dan Raden Putra, ayah dari Cindelaras.
Suatu hari hiduplah seorang raja yang bernama Raden Putra beserta kedua istrinya. Raden Putra memimpin kerajaan Jenggala. Istri muda Raden Putra merasa iri kepada istri tua karena ia merasa bahwa ia lebih layak menjadi permaisuri. Istri muda mendapat ide untuk mengambil posisi permaisuri dari istri tua Raden Putra. Ia bekerja sama dengan dukun untuk mejatuhkan istri tua dari posisi permaisuri.
Cerita Rakyat Lengkap Cindelaras
Istri muda berpura-pura jatuh sakit. Mengetahui istri muda jatuh sakit, Raden Putra mencari dukun yang dapat menyembuhkan penyakit istri muda. Dukun yang dicari pun tiba di istana. Dukun itu rupanya dukun yang disuruh oleh istri muda untuk membuat pernyataan palsu tentang penyebab dari pernyakit yang diderita istri muda. Dukun itu mengatakan bahwa istri muda sakit karena tidak disukai oleh seseorang dan orang itu meracuni makanan istri muda. Orang itu adalah istri tua Raden Putra. Raden Putra marah dan menyuruh patih untuk membawa permaisuri ke hutan dan membunugnya di sana.
Namun, patih percaya bahwa permaisuri tidak melakukan hal itu dan ia juga tahu kelicikan dari istri muda. Patih tidak membunuh istri tua melainkan melepaskannya di hutan. Patih mengatakan kepada permaisuri untuk dapat bertahan hidup di hutan. Permaisuri pun berterima kasih atas kebaikan hati patih dan ia pun bertahan hidup di hutan. Suatu hari istri tua Raden Putra melahrikan seorang putra yang diberi nama Cindelaras. Ia adalah anak laki-laki yang cerdas dan pandai bergaul. Ia berteman dengan para penghuni hutan.
Suatu hari Cindelaras sedang bermain di hutan, tiba-tiba seekor elang menjatuhkan telur. Telur itu pecah dan keluarlah seekor ayam dengan suara yang aneh. Anak ayam mengatakan bahwa Cindelaras adalah anak Raden Putra. Cindelaras menceritakan kejadian tersebut pada ibunya.Namun, ibunya mengatakan bahwa Cindelaras adalah orang biasa dan bukan keturunan raja. Ia berusaha mencegah agar Cindelaras tidak mengetahui hal itu. Namun, akhirnya ibu memberitahu kebenaran tersebut kepada Cindelaras. Cinderalas pun berniat untuk berangkat ke kerajaan Jenggala.
Di tengah perjalanan, Cindelaras bertemu dengan orang-orang yang sedang menyaksikan sabung ayam. Cindelaras menantang para pemilik ayam yang sedang bertaruh di sana dan mereka menerima tantang Cindelaras. Rupanya tidak satu pun ayam yang bisa mengalahkan ayam Cindelaras. Ayam Cindelaras pun terkenal sebagai ayam yang tidak terkalahkan. Berita ini terdengar sampai ke istana Raden Putra. Raden Putra mengundang Cinderlaras untuk datang ke istana serta menantang ayam Cindelaras. Raden Putra bertaruh bahwa jika ayamnya kalah maka ia akan menyerahkan seluruh kekayaannya. Akan tetapi, jika ayam Cindelaras yang kalah maka Cindelaras harus rela kepalanya dipenggal. Cindelaras pun menyetujui hal itu.
Pertarungan antara ayam Cindelaras dan ayam Raden Putra pun berlangsung. Ayam Cindelaras pun memenangkan pertandingan tersebut. Ayam itu kemudian mengeluarkan suara aneh yang mengatakan bahwa Cindelaras adalah anak dari Raden Putra. Raden Putra pun kaget mendengar hal itu. Ia bertanya kepada Cindelaras membenarkan hal itu. Tidak lama kemudian, istri tua Raden Putra datang dan menjelaskan bahwa cindelaras adalah anak Raden Putra. Raden Putra pun menyesal atas keputusan yang telah ia buat. Ia pun menghukum istri muda serta dukun yang memfitnah istri tua Raden Putra.
Kerajaan Jenggala dipimpin oleh seorang raja yang bernama Raden Putra. Ia didampingi oleh seorang permaisuri yang baik hati dan seorang selir yang memiliki sifat iri dan dengki. Raja Putra dan kedua istrinya tadi hidup di dalam istana yang sangat megah dan damai. Hingga suatu hari selir raja merencanakan sesuatu yang buruk pada permaisuri raja. Hal tersebut dilakukan karena selir Raden Putra ingin menjadi permaisuri.
Lihat juga informasi menarik lainnya : Sejarah Negara Jepang, Sejarah NKRI Lengkap, Sejarah Negara Afganistan
Selir baginda lalu berkomplot dengan seorang tabib istana untuk melaksanakan rencana tersebut. Selir baginda berpura-pura sakit parah. Tabib istana lalu segera dipanggil sang Raja. Setelah memeriksa selir tersebut, sang tabib mengatakan bahwa ada seseorang yang telah menaruh racun dalam minuman tuan putri. “Orang itu tak lain adalah permaisuri Baginda sendiri,” kata sang tabib. Baginda menjadi murka mendengar penjelasan tabib istana. Ia segera memerintahkan patih untuk membuang permaisuri ke hutan dan membunuhnya.
Sang Patih segera membawa permaisuri yang sedang mengandung itu ke tengah hutan belantara. Tapi, patih yang bijak itu tidak mau membunuh sang permaisuri. Rupanya sang patih sudah mengetahui niat jahat selir baginda. “Tuan putri tidak perlu khawatir, hamba akan melaporkan kepada Baginda bahwa tuan putri sudah hamba bunuh,” kata patih. Untuk mengelabui raja, sang patih melumuri pedangnya dengan darah kelinci yang ditangkapnya. Raja merasa puas ketika sang patih melapor kalau ia sudah membunuh permaisuri.
Setelah beberapa bulan berada di hutan, sang permaisuri melahirkan seorang anak laki-laki. Anak itu diberinya nama Cindelaras. Cindelaras tumbuh menjadi seorang anak yang cerdas dan tampan. Sejak kecil ia sudah berteman dengan binatang penghuni hutan. Suatu hari, ketika sedang asyik bermain, seekor rajawali menjatuhkan sebutir telur ayam. Cindelaras kemudian mengambil telur itu dan bermaksud menetaskannya. Setelah 3 minggu, telur itu menetas menjadi seekor anak ayam yang sangat lucu. Cindelaras memelihara anak ayamnya dengan rajin. Kian hari anak ayam itu tumbuh menjadi seekor ayam jantan yang gagah dan kuat. Tetapi ada satu yang aneh dari ayam tersebut. Bunyi kokok ayam itu berbeda dengan ayam lainnya. “Kukuruyuk… Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra…”, kokok ayam itu
Cindelaras sangat takjub mendengar kokok ayamnya itu dan segera memperlihatkan pada ibunya. Lalu, ibu Cindelaras menceritakan asal usul mengapa mereka sampai berada di hutan. Mendengar cerita ibundanya, Cindelaras bertekad untuk ke istana dan membeberkan kejahatan selir baginda. Setelah di ijinkan ibundanya, Cindelaras pergi ke istana ditemani oleh ayam jantannya. Ketika dalam perjalanan ada beberapa orang yang sedang menyabung ayam. Cindelaras kemudian dipanggil oleh para penyabung ayam. “Ayo, kalau berani, adulah ayam jantanmu dengan ayamku,” tantangnya. “Baiklah,” jawab Cindelaras. Ketika diadu, ternyata ayam jantan Cindelaras bertarung dengan perkasa dan dalam waktu singkat, ia dapat mengalahkan lawannya. Setelah beberapa kali diadu, ayam Cindelaras tidak terkalahkan.
Berita tentang kehebatan ayam Cindelaras tersebar dengan cepat hingga sampai ke Istana. Raden Putra akhirnya pun mendengar berita itu. Kemudian, Raden Putra menyuruh hulubalangnya untuk mengundang Cindelaras ke istana. “Hamba menghadap paduka,” kata Cindelaras dengan santun. “Anak ini tampan dan cerdas, sepertinya ia bukan keturunan rakyat jelata,” pikir baginda. Ayam Cindelaras diadu dengan ayam Raden Putra dengan satu syarat, jika ayam Cindelaras kalah maka ia bersedia kepalanya dipancung, tetapi jika ayamnya menang maka setengah kekayaan Raden Putra menjadi milik Cindelaras.
Dua ekor ayam itu bertarung dengan gagah berani. Tetapi dalam waktu singkat, ayam Cindelaras berhasil menaklukkan ayam sang Raja. Para penonton bersorak sorai mengelu-elukan Cindelaras dan ayamnya. “Baiklah aku mengaku kalah. Aku akan menepati janjiku. Tapi, siapakah kau sebenarnya, anak muda?” Tanya Baginda Raden Putra. Cindelaras segera membungkuk seperti membisikkan sesuatu pada ayamnya. Tidak berapa lama ayamnya segera berbunyi. “Kukuruyuk… Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra…,” ayam jantan itu berkokok berulang-ulang. Raden Putra terperanjat mendengar kokok ayam Cindelaras. “Benarkah itu?” Tanya baginda keheranan. “Benar Baginda, nama hamba Cindelaras, ibu hamba adalah permaisuri Baginda.”
Bersamaan dengan itu, sang patih segera menghadap dan menceritakan semua peristiwa yang sebenarnya telah terjadi pada permaisuri. “Aku telah melakukan kesalahan,” kata Baginda Raden Putra. “Aku akan memberikan hukuman yang setimpal pada selirku,” lanjut Baginda dengan murka. Kemudian, selir Raden Putra pun di buang ke hutan. Raden Putra segera memeluk anaknya dan meminta maaf atas kesalahannya Setelah itu, Raden Putra dan hulubalang segera menjemput permaisuri ke hutan.. Akhirnya Raden Putra, permaisuri dan Cindelaras dapat berkumpul kembali. Setelah Raden Putra meninggal dunia, Cindelaras menggantikan kedudukan ayahnya. Ia memerintah negerinya dengan adil dan bijaksana.
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
Subscribe to:
Posts (Atom)