sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
Yen sira kasinungan ngelmu kang marakake akeh wong seneng, aja sira malah rumangsa pinter, jalaran menawa Gusti mundhut bali ngelmu kang marakake sira kaloka iku, sira uga banjur kaya wong sejene, malah bisa aji godhong jati aking.(Bila anda mendapat anugrah ilmu yang membuat banyak orang senang, janganlah kamu merasa pintar, sebab apabila Tuhan mengambil lagi ilmu yang menyebabkan anda terkenal itu, anda akan menjadi orang biasa lagi, malah lebih bermanfaat daun yang kering)
Tuesday, August 23, 2011
< Ketika Agama Menjadi Berhala
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
Pada mulanya,
Hanya ada firman yang saling bersahutan disepanjang jejak sejarah manusia. Hasil kontak spiritual hati dengan pusat Jagat Raya. Tuhan! Tapi begitu firman dibukukan dia menjadi teks menjadi daging menjadi tanah di muka bumi. Maka sejarah kematian firman terukir dalam sejarah agama. Dipuja dibela disembah hingga lupa makna terdalam dari firman. Maka terukirlah jejak berdarah di sepanjang sejarah agama. Memperebutkan Agama, sorga, dan Tuhan. Saling hujat caci maki saling tebas saling hunus pedang atas nama agama merajalela.
Tapi Tuhan tiada peduli…
Hukum alam spiritual tetap bekerja tanpa dapat ditipu.
Seonggok daging mati, setumpuk kutipan dan nyanyian teks dan ayat mati tak kuasa menjangkau Tuhan. Kecuali hanya pada hati yang tunduk pasrah.
Lebur menyerahkan diri.
Di kaki langit di haribaan Tuhan.Wahyu itu sakral, karena itu domain Tuhan ! Tetapi pemahaman kita terhadap wahyu tidaklah sakral, karena itu domain manusia ! Semua gagasan dan kreatifitas yang ada didunia ini selalu bersumber dari dunia itu sendiri, oleh karena itu tidak boleh dikatakan sakral !,hanya Tuhan yang sakral !. Sakralisasi terhadap pemahaman agama adalah bentuk dari “berpartisipasi didalam keTuhanan”. Manusia yang mensosialisasikan serta melembagakan hasrat hasrat subyektifnya cenderung salah dalam menilai kualitas dan validitas amal perbuatannya. Mereka akan terjebak didalam detail detail kehidupan dan tidak pernah mendapatkan keseluruhannya.Akibatnya, akan terjadi parsialisasi terhadap realitas dan fragmentasi terhadap kebenaran. Ujung ujungnya sudah pasti, yaitu berhalaisme !, manusia akan menyembah kebenaran kebenaran subyektif mereka masing masing. Inilah yang dinamakan dengan konsep “syirik” didalam Islam, sebuah kejahatan yang paling merusak dan tak termaafkan.
Belajar agama dari “tangan kedua” selalu mengandung resiko, Pemahaman atas wahyu adalah wilayah ilmu pengetahuan yang bersifat “membumi”, sementara, bisa diverifikasi, dikritik dan diuji secara objektif. Agama itu seperti sungai yang mengalir, yang selalu menampung aliran anak anak sungai yang dilaluinya. Bisa jadi aliran anak sungai yang mencampuri ini menimbulkan polusi, tetapi bisa jadi juga menambah manfaat. Tugas umat beragama adalah terus menerus mencermati ini, agar aliran anak sungai yang menyebabkan polusi menjadi buih serta hilang terbawa arus air, sedangkan yang bermanfaat mengendap menjadi mineral mineral yang dibutuhkan umat manusia.
Kita selalu hidup di hilir sejarah, tentu saja hulu sungai agama airnya lebih jernih, namun waktu tidak bisa diputar mundur. Aliran anak sungai tradisi, kebudayaan, politik dan kekuasaan adalah keniscayaan yang terus menerus dihadapi oleh umat beragama. Semua umat beragama mengakui Keesaan Tuhan, kenapa kita tidak pegangan ini saja ? Faham tauhid juga faham tentang Keesaan Tuhan, tauhid berarti Esa ! Persatuan! Bersatu bukan berarti seragam ! Bersatu berarti berbeda beda namun tidak berantem alias perang bin gebuk gebukan !
http://kandjengpangerankaryonagoro.blogspot.com/
Hanya ada firman yang saling bersahutan disepanjang jejak sejarah manusia. Hasil kontak spiritual hati dengan pusat Jagat Raya. Tuhan! Tapi begitu firman dibukukan dia menjadi teks menjadi daging menjadi tanah di muka bumi. Maka sejarah kematian firman terukir dalam sejarah agama. Dipuja dibela disembah hingga lupa makna terdalam dari firman. Maka terukirlah jejak berdarah di sepanjang sejarah agama. Memperebutkan Agama, sorga, dan Tuhan. Saling hujat caci maki saling tebas saling hunus pedang atas nama agama merajalela.
Tapi Tuhan tiada peduli…
Hukum alam spiritual tetap bekerja tanpa dapat ditipu.
Seonggok daging mati, setumpuk kutipan dan nyanyian teks dan ayat mati tak kuasa menjangkau Tuhan. Kecuali hanya pada hati yang tunduk pasrah.
Lebur menyerahkan diri.
Di kaki langit di haribaan Tuhan.Wahyu itu sakral, karena itu domain Tuhan ! Tetapi pemahaman kita terhadap wahyu tidaklah sakral, karena itu domain manusia ! Semua gagasan dan kreatifitas yang ada didunia ini selalu bersumber dari dunia itu sendiri, oleh karena itu tidak boleh dikatakan sakral !,hanya Tuhan yang sakral !. Sakralisasi terhadap pemahaman agama adalah bentuk dari “berpartisipasi didalam keTuhanan”. Manusia yang mensosialisasikan serta melembagakan hasrat hasrat subyektifnya cenderung salah dalam menilai kualitas dan validitas amal perbuatannya. Mereka akan terjebak didalam detail detail kehidupan dan tidak pernah mendapatkan keseluruhannya.Akibatnya, akan terjadi parsialisasi terhadap realitas dan fragmentasi terhadap kebenaran. Ujung ujungnya sudah pasti, yaitu berhalaisme !, manusia akan menyembah kebenaran kebenaran subyektif mereka masing masing. Inilah yang dinamakan dengan konsep “syirik” didalam Islam, sebuah kejahatan yang paling merusak dan tak termaafkan.
Belajar agama dari “tangan kedua” selalu mengandung resiko, Pemahaman atas wahyu adalah wilayah ilmu pengetahuan yang bersifat “membumi”, sementara, bisa diverifikasi, dikritik dan diuji secara objektif. Agama itu seperti sungai yang mengalir, yang selalu menampung aliran anak anak sungai yang dilaluinya. Bisa jadi aliran anak sungai yang mencampuri ini menimbulkan polusi, tetapi bisa jadi juga menambah manfaat. Tugas umat beragama adalah terus menerus mencermati ini, agar aliran anak sungai yang menyebabkan polusi menjadi buih serta hilang terbawa arus air, sedangkan yang bermanfaat mengendap menjadi mineral mineral yang dibutuhkan umat manusia.
Kita selalu hidup di hilir sejarah, tentu saja hulu sungai agama airnya lebih jernih, namun waktu tidak bisa diputar mundur. Aliran anak sungai tradisi, kebudayaan, politik dan kekuasaan adalah keniscayaan yang terus menerus dihadapi oleh umat beragama. Semua umat beragama mengakui Keesaan Tuhan, kenapa kita tidak pegangan ini saja ? Faham tauhid juga faham tentang Keesaan Tuhan, tauhid berarti Esa ! Persatuan! Bersatu bukan berarti seragam ! Bersatu berarti berbeda beda namun tidak berantem alias perang bin gebuk gebukan !
http://kandjengpangerankaryonagoro.blogspot.com/
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.