Saturday, August 11, 2012

Batik....Eforia Sesaat?

sepatu orthopadi orthoshoping.com sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita kelainan kaki pada balita arrow
Ads orthoshop info
sepatu orthopadi orthoshoping.com sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita kelainan kaki pada balita arrow
Ads orthoshop info
       Baru-baru ini Pemerintah memperkenalkan logo baru untuk Batik Indonesia. Meskipun baru di-launching minggu2 lalu, tetapi landasan hukumnya udah ada 2 tahun sebelum batik mendapat pengakuan dari UNESCO tgl. 2 Oktober 2009, yaitu melalui peraturan Menteri Perindustrian Nomor 74/M-IND/PER/9/2007 tentang penggunaan logo Batikmark. Ya baguslah...tapi Anda nggak akan menemukan istilah 'batikmark' dalam kamus bahasa inggris...jadi malah mirip istilah plesetan ala Jogja yah?!....whatever lah..bukan itu yang mau saya bahas.

       Sesaat setelah mendapat pengakuan dari UNESCO jika batik identik dengan rakyat Indonesia, ada kenaikan permintaan pasar lebih 60% sehinggga industri2 kecil batik lokal bisa bangkit lagi setelah belasan-puluhan tahun mati suri. Demam batik pun melanda negeri ini. Tapi baru berselang 3 tahun...apa yang terjadi?. "Batik" (dalam tanda kutip) asal negeri Uncle Mao (wuih istilah saya keren yah?! Mao Zedong maksudnya) mendominasi Indonesia. Nah..lho?!.  Masyarakat belum mendapat edukasi yang tepat antara batik dengan tekstil motif batik. Semua baju yang ada motif batiknya disebut baju batik. Dengan uang cuman 20ribuan aja kita dah bisa pakai baju batik 'rasa Tiongkok'. Sedang kain batik bikinan lokal paling murah 27ribu per-lembar (panjang 2,15meter) jenis batik cap kualitas biasa. Kalo mau dihitung meteran ya jatuhnya sekitar Rp. 12.600,- per-meternya. Batik Indonesia lebih mahal??...ya kalo Anda pernah menyaksikan sendiri bagaimana selembar kain batik itu dibuat..pasti pendapat Anda akan lain. Rata-rata upah buruh pembatik di pedesaan berkisar 4rb-8rb perhari....lebih mahal sebungkus rokok kan?. Uang segitu masih harus dicukup-cukupkan untuk kebutuhan keluarga, makan, biaya sekolah dan berobat ketika sakit (berobat di Puskesmas aja 3rb untuk beberapa butir vitamin B dan obat kuning 'CTM' mulai dari sakit panu ampe batuk-pilek ya obatnya itu2 juga). Belum lagi kalo dibandingin dengan laju kenaikan harga2 kebutuhan pokok yang bisa lebih cepat dari seorang 'Jeorge Lorenzo' sekalipun!. Yah...cuman sebentar banget kita menikmati kegembiraan pengakuan batik oleh dunia setelah sebelumnya pake acara 'berantem' dulu sama negeri-negeri tetangga yang memiliki klaim yang sama. Tapi pada akhirnya negeri ' The Legend of Condor Heroes' lah yang memetik keuntungan. Dan pelaku usaha kecil batik lokal kembali gigit jari. Sejak era Marie Elka Pangestu (sampai sekarang diganti menteri yang guanteng itu), peran menteri perdagangan kita lebih mirip Atase Perdagangan China di Indonesia. Kacian pak MS Hidayat yang mati-matian mempertahankan eksistensi industri kecil dalam negeri.



Walau bagaimanapun, saya akan tetep setia menggunakan batik lokal karena nilai artistiknya jauh lebih tinggi ketimbang harganya dan biar anak2 buruh batik itu tetap bisa bersekolah. Bule aja suka dengan batik kita, justru kita yang cuman 'bule KW' malah mengabaikannya.

Apapun yang terjadi, my business must go on......ngeeng...ngeeeng.....wuzz...wuzzz....wuuuuiiiirrrrrrr........

best regards,
sepatu orthopadi orthoshoping.com sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita kelainan kaki pada balita arrow
Ads orthoshop info

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.