sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
Yen sira kasinungan ngelmu kang marakake akeh wong seneng, aja sira malah rumangsa pinter, jalaran menawa Gusti mundhut bali ngelmu kang marakake sira kaloka iku, sira uga banjur kaya wong sejene, malah bisa aji godhong jati aking.(Bila anda mendapat anugrah ilmu yang membuat banyak orang senang, janganlah kamu merasa pintar, sebab apabila Tuhan mengambil lagi ilmu yang menyebabkan anda terkenal itu, anda akan menjadi orang biasa lagi, malah lebih bermanfaat daun yang kering)
Wednesday, October 17, 2012
Menyelami Sedikit Filosofi Mozi
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
Menyelami Sedikit Filosofi Mozi
Ivan Taniputera
17 Oktober 2012
Hari ini saya ingin sedikit menyelami ajaran Mozi.
"Mozi berkata: Agar dapat menyelesaikan segala hal apapun seseorang haruslah mempunyai standar. Tiada seorangpun dapat menyelesaikan sesuatu tanpa mempunyai standar. Seorang berbudi menyelesaikan tugas mereka ssebagai jenderal dan penasihat pastilah mempunyai standarnya. Bahkan para tukang atau seniman dalam melaksanakan tugas mereka juga memiliki standar (acuan). Seorang tukang membuat benda segi empat berdasarkan pada segi empat, membuat benda lingkaran juga menggunakan jangka; mereka menggambarkan garis lurus dengan menggunakan pengaris tukang kayu; serta menyelidiki tegak lurusnya sesuatu dengan bantuan bandul. Seluruh tukang entah ia terlatih ataupun tak terlatih, menerapkan lima standar. Hanya yang terlatih saja yang akurat [hasil kerjanya]. Kendati seorang pekerja tak terlatih belum mencapai ketepatan dalam pekerjaannya, maka mereka akan lebih baik dalam melakukan sesuatu dengan menggunakan standar ketimbang sebaliknya. Jadi seluruh tukang mengikuti berbagai standar acuan dalam bekerja.
Kini, pemerintah kekaisaran dan negara-negara besar tidak lagi mematuhi standar-standarnya. Ini memperlihatkan bahwa para gubernur bahkan kurang pandai dibandingkan tukang."
Ini merupakan uraian Mozi yang sangat menarik. Pertama-tama dengan menggunakan dunia pertukangan sebagai contoh, hal itu memperlihatkan bahwa Mozi sangat dekat dengan dunia teknik. Di sini diperlihatkan mengenai pentingnya bagi kita menggunakan suatu standar dan mematuhi standar tersebut. Karena saya mempunyai latar belakang teknik mesin, maka saya menyadari betapa pentingnya standar tersebut. Dalam dunia teknik mesin di Jerman, kita mengenal apa yang dinamakan DIN (Deutsche Institut fuer Normen) atau Lembaga Standar Jerman. DIN mengatur ukuran berbagai komponen mesin agar dapat selaras satu sama lain. Seluruh ukuran telah ditentukan dengan teliti, umpamanya ukuran baut, mur, roda gigi, rantai, sabuk, bearing, pasak, dan lain sebagainya.
Mengapa perlu ada standar? Supaya segalanya tidak kacau. Selain itu, menurut Mozi adanya standar diperlukan agar bahkan seorang yang kurang piawai sekalipun dapat terbantu dalam melaksanakan tugasnya. Kendati seorang belum berpengalaman maka ia dapat terbantu dengan adanya serangkaian standar ataupun panduan dalam bekerja. Lebih baik bagi seseorang yang belum berpengalaman mematuhi standar ketimbang tidak sama sekali.
Segenap profesi memiliki standarnya masing-masing. Tanpa mengikuti standar ini keadaan akan menjadi kacau dan tidak selaras satu sama lain. Standar ini ibaratnya merupakan "penyamaan bahasa." Manusia semenjak zaman purba sebenarnya telah berupaya menciptakan suatu standar, misalnya standar panjang, massa, dan waktu.
Pada kutipan di atas, Mozi mengkritik pula pemerintah yang dipandangnya tidak lagi mematuhi standar mereka. Jika demikian, apakah para tukang masih lebih pandai dibandingkan para penyelenggara pemerintahan? Mari kita renungkan bersama.
"Mozi berkata: Agar dapat menyelesaikan segala hal apapun seseorang haruslah mempunyai standar. Tiada seorangpun dapat menyelesaikan sesuatu tanpa mempunyai standar. Seorang berbudi menyelesaikan tugas mereka ssebagai jenderal dan penasihat pastilah mempunyai standarnya. Bahkan para tukang atau seniman dalam melaksanakan tugas mereka juga memiliki standar (acuan). Seorang tukang membuat benda segi empat berdasarkan pada segi empat, membuat benda lingkaran juga menggunakan jangka; mereka menggambarkan garis lurus dengan menggunakan pengaris tukang kayu; serta menyelidiki tegak lurusnya sesuatu dengan bantuan bandul. Seluruh tukang entah ia terlatih ataupun tak terlatih, menerapkan lima standar. Hanya yang terlatih saja yang akurat [hasil kerjanya]. Kendati seorang pekerja tak terlatih belum mencapai ketepatan dalam pekerjaannya, maka mereka akan lebih baik dalam melakukan sesuatu dengan menggunakan standar ketimbang sebaliknya. Jadi seluruh tukang mengikuti berbagai standar acuan dalam bekerja.
Kini, pemerintah kekaisaran dan negara-negara besar tidak lagi mematuhi standar-standarnya. Ini memperlihatkan bahwa para gubernur bahkan kurang pandai dibandingkan tukang."
Ini merupakan uraian Mozi yang sangat menarik. Pertama-tama dengan menggunakan dunia pertukangan sebagai contoh, hal itu memperlihatkan bahwa Mozi sangat dekat dengan dunia teknik. Di sini diperlihatkan mengenai pentingnya bagi kita menggunakan suatu standar dan mematuhi standar tersebut. Karena saya mempunyai latar belakang teknik mesin, maka saya menyadari betapa pentingnya standar tersebut. Dalam dunia teknik mesin di Jerman, kita mengenal apa yang dinamakan DIN (Deutsche Institut fuer Normen) atau Lembaga Standar Jerman. DIN mengatur ukuran berbagai komponen mesin agar dapat selaras satu sama lain. Seluruh ukuran telah ditentukan dengan teliti, umpamanya ukuran baut, mur, roda gigi, rantai, sabuk, bearing, pasak, dan lain sebagainya.
Mengapa perlu ada standar? Supaya segalanya tidak kacau. Selain itu, menurut Mozi adanya standar diperlukan agar bahkan seorang yang kurang piawai sekalipun dapat terbantu dalam melaksanakan tugasnya. Kendati seorang belum berpengalaman maka ia dapat terbantu dengan adanya serangkaian standar ataupun panduan dalam bekerja. Lebih baik bagi seseorang yang belum berpengalaman mematuhi standar ketimbang tidak sama sekali.
Segenap profesi memiliki standarnya masing-masing. Tanpa mengikuti standar ini keadaan akan menjadi kacau dan tidak selaras satu sama lain. Standar ini ibaratnya merupakan "penyamaan bahasa." Manusia semenjak zaman purba sebenarnya telah berupaya menciptakan suatu standar, misalnya standar panjang, massa, dan waktu.
Pada kutipan di atas, Mozi mengkritik pula pemerintah yang dipandangnya tidak lagi mematuhi standar mereka. Jika demikian, apakah para tukang masih lebih pandai dibandingkan para penyelenggara pemerintahan? Mari kita renungkan bersama.
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.