sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
Yen sira kasinungan ngelmu kang marakake akeh wong seneng, aja sira malah rumangsa pinter, jalaran menawa Gusti mundhut bali ngelmu kang marakake sira kaloka iku, sira uga banjur kaya wong sejene, malah bisa aji godhong jati aking.(Bila anda mendapat anugrah ilmu yang membuat banyak orang senang, janganlah kamu merasa pintar, sebab apabila Tuhan mengambil lagi ilmu yang menyebabkan anda terkenal itu, anda akan menjadi orang biasa lagi, malah lebih bermanfaat daun yang kering)
Wednesday, January 1, 2014
FAKTOR MANUSIA I: ORA NJARAG
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
FAKTOR MANUSIA I: ORA NJARAG
Ivan Taniputera
1 Januari 2014
Ini adalah artikel saya yang pertama setelah pergantian tahun menuju 2014. Oleh karenanya izinkanlah saya mengucapkan Selamat Tahun Baru 2014 bagi para pembaca.
Para praktisi metafisika biasanya hanya membicarakan mengenai faktor Langit dan faktor Bumi, tetapi tidak atau sangat jarang membicarakan mengenai faktor Manusia-nya. Ada sebagian orang yang menyerahkan faktor Manusia ini pada ranah keagamaan saja, yakni untuk membentuk perilaku baik. Meskipun demikian, faktor Manusia ini tidak hanya sebatas berperilaku baik saja, melainkan sangat luas dan tidak kalah pentingnya dibandingkan faktor Langit dan faktor Bumi.
Pada prinsipnya jika menghendaki kesentausaan hidup, maka seseorang hendaknya sanggup memaksimalkan faktor Langit, Bumi, dan Manusia. Faktor Manusia itu sebenarnya dapat kita gali dari segala sesuatu yang ada di sekitar kita, termasuk pengalaman-pengalaman hidup semua orang yang kita ketahui. Jadi tidak harus dari buku atau penuturan orang-orang bijaksana.
Di kesempatan kali ini, saya akan membahas mengenai prinsip yang disebut "ora njarag." Ini adalah penggalan kalimat dalam bahasa Jawa. Istilah "njarag" berarti "melakukan sesuatu yang sudah diketahui merugikan dengan sengaja." Sebagai contoh adalah seorang anak kecil yang mengetahui bahwa berhujan-hujanan dapat mengakibatkan penyakit. Kendati demikian, anak itu tetap bermain hujan, sehingga akhirnya jatuh sakit. Anak itu telah "njarag" sehingga jatuh sakit.
Berikut ini adalah kisah yang benar-benar nyata. Seseorang harus pergi pada saat malam hari untuk suatu keperluan. Ibunya menyarankan agar ia menggunakan mobil saja, karena bepergian pada malam hari rawan menjadi korban kejahatan. Namun, orang itu malah lebih suka menggunakan sepeda motor, padahal sebenarnya ia lebih tahu bahwa lebih aman mengendarai mobil. Akibatnya, orang itu dirampok di tengah jalan. Dengan demikian, kita boleh mengetahui orang itu telah "njarag" walau pun telah diberitahu bahayanya.
Masih terdapat banyak lagi kasus semacam itu.
Setelah merenungkan hal ini, kita hendaknya menyadari bahwa "ora njarag" dapat mengurangi risiko kita mengalami kemalangan. Bila menjalankan prinsip ini dengan teguh, kesentosaan hidup kita lebih terjamin. Inilah salah satu cara memaksimalkan faktor Manusia.
Untuk artikel-artikel bermanfaat lainnya silakan bergabung dengan https://www.facebook.com/groups/339499392807581/
Para praktisi metafisika biasanya hanya membicarakan mengenai faktor Langit dan faktor Bumi, tetapi tidak atau sangat jarang membicarakan mengenai faktor Manusia-nya. Ada sebagian orang yang menyerahkan faktor Manusia ini pada ranah keagamaan saja, yakni untuk membentuk perilaku baik. Meskipun demikian, faktor Manusia ini tidak hanya sebatas berperilaku baik saja, melainkan sangat luas dan tidak kalah pentingnya dibandingkan faktor Langit dan faktor Bumi.
Pada prinsipnya jika menghendaki kesentausaan hidup, maka seseorang hendaknya sanggup memaksimalkan faktor Langit, Bumi, dan Manusia. Faktor Manusia itu sebenarnya dapat kita gali dari segala sesuatu yang ada di sekitar kita, termasuk pengalaman-pengalaman hidup semua orang yang kita ketahui. Jadi tidak harus dari buku atau penuturan orang-orang bijaksana.
Di kesempatan kali ini, saya akan membahas mengenai prinsip yang disebut "ora njarag." Ini adalah penggalan kalimat dalam bahasa Jawa. Istilah "njarag" berarti "melakukan sesuatu yang sudah diketahui merugikan dengan sengaja." Sebagai contoh adalah seorang anak kecil yang mengetahui bahwa berhujan-hujanan dapat mengakibatkan penyakit. Kendati demikian, anak itu tetap bermain hujan, sehingga akhirnya jatuh sakit. Anak itu telah "njarag" sehingga jatuh sakit.
Berikut ini adalah kisah yang benar-benar nyata. Seseorang harus pergi pada saat malam hari untuk suatu keperluan. Ibunya menyarankan agar ia menggunakan mobil saja, karena bepergian pada malam hari rawan menjadi korban kejahatan. Namun, orang itu malah lebih suka menggunakan sepeda motor, padahal sebenarnya ia lebih tahu bahwa lebih aman mengendarai mobil. Akibatnya, orang itu dirampok di tengah jalan. Dengan demikian, kita boleh mengetahui orang itu telah "njarag" walau pun telah diberitahu bahayanya.
Masih terdapat banyak lagi kasus semacam itu.
Setelah merenungkan hal ini, kita hendaknya menyadari bahwa "ora njarag" dapat mengurangi risiko kita mengalami kemalangan. Bila menjalankan prinsip ini dengan teguh, kesentosaan hidup kita lebih terjamin. Inilah salah satu cara memaksimalkan faktor Manusia.
Untuk artikel-artikel bermanfaat lainnya silakan bergabung dengan https://www.facebook.com/groups/339499392807581/
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
Labels:
Metafisika
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.