sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
Yen sira kasinungan ngelmu kang marakake akeh wong seneng, aja sira malah rumangsa pinter, jalaran menawa Gusti mundhut bali ngelmu kang marakake sira kaloka iku, sira uga banjur kaya wong sejene, malah bisa aji godhong jati aking.(Bila anda mendapat anugrah ilmu yang membuat banyak orang senang, janganlah kamu merasa pintar, sebab apabila Tuhan mengambil lagi ilmu yang menyebabkan anda terkenal itu, anda akan menjadi orang biasa lagi, malah lebih bermanfaat daun yang kering)
Thursday, March 20, 2014
Situs Gapura Gunung Gedang
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
Oleh: Ferry Riyandika
Situs Gunung Gedang terletak 200 meter ke utara dari Candi Wringinbranjang. Gapura menghadap ke selatan dan berorientasi ke utara, berdenah persegi dengan ukuran membujur 1,5 meter dan ukuran melintang 2,55 meter, ukuran batu gapura rata-rata 40x26x15 cm, sisi timur dan baratnya diperlengkapi dengan pagar atau sayap terbuat dari batu yang sama yaitu batu andesit yang masing-masing berukuran panjang 45 cm dengan lebar 24 cm (satu batu). Pintu gapura berukuran lebar 1,2 meter dengan ambang bawah berpermukaan cekung membentuk profil kurawal (?) yang dilengkapi ceruk poros daun pintu, dan dinding lorong tersisa empat lapis batu setinggi 63 cm. Gapura ini diperlengkapi dengan 11 anak tangga dengan lebar satuannya 2,7 meter dan pipi tangga memiliki ukuran lebar 40 cm. Di reruntuhan sisa struktur gapura juga terdapat batu ambang (kemungkinan atas) dalam keadaan patah yang dilengkapi dengan ceruk polos daun pintu.
Pada 56 meter dari gapura ke utara terdapat sisa susunan batu andesit I, setinggi dua lapis. Ukuran batu rata-rata 40 x 28 x 13 cm. 2 meter ke utara dari struktur susunan batu andesit terdapat sisa struktur batu andesit II yang berdenah persegi dengan ukuran 3,05 x 2,85 x 0,41 (tiga lapis) meter diatas permukaan tanah. Pada lapis batu pertama dan kedua dihiasi oleh pelipit, sebuah lapik arca berukuran panjang 1,7 meter, lebar 1 meter, dan tebal 0,47 meter berhiaskan ornamen naga pada sisi kanan-kirinya yang menyatu dengan dinding utara (belakang) bangunan. Pada bagian tengah permukaan lapik diperlengkapi ceruk yang berukuran 13 x 13 x 13 cm yang dikelilingi lingkaran yang berdiameter 55 cm. Bagian depan lapik terdapat undakkan setinggi 20 cm dan lebar 19 cm. Diatas dinding terdapat batu-batu yang ditumpuk.
Di sebelah barat bangunan ini kira-kira 22 meter terdapat tumpukan batu yang memanjang ke utara-selatan, diantara batu tersebut terdapat sebiji batu ambang dengan ceruk poros daun pintu dalam keadaan terpotong. Selain itu terdapat empat buah batu berbentuk limas terpancung (umpak) di sekeliling sisa struktur gapura, sehingga dapat diperkirakan merupakan penyangga tiang yang berbahan yang mudah aus.
Di sebelah timur bangunan tengah kira-kira 22 meter terdapat tinggalan lepas berupa yoni, miniatur candi, umpak, bongkahan batu candi yang berserakan dan sebagainya.
Menurut Harian Santiko, pada masa Majapahit bangunan suci atau candi memiliki ciri khusus yaitu berundak dan salah satu bagian tubuh tidak dijumpai lagi, berdasarkan ciri-cirinya candi pada masa Majapahit memiliki dua jenis yaitu:
a.Bangunan berundak teras tiga, dengan satu atau dua tangga yang menghubungkan ketiga teras tersebut, badan candi dengan garbhagrha terletak di atas teras ketiga menggeser ke kebelakang dari titik pusat, dan tiga relung untuk menempatkan arca di dinding luar ketiga sisi. Atap tidak ditemukan lagi, kemungkinan bertingkat seperti atap Meru di Bali.
b.Bangunan yang berada dilereng-lereng gunung, sering menempel dilereng tersebut. Bangunan biasanya terdiri dari tiga teras satu batur rendah diatas teras ketiga (teratas). Diatas batur tersebut terdapat 1-3 altar, atau 2 altar dan 1 miniatur candi, tanpa arca. Tepat ditengah-tengah teras terdapat tangga naik menuju altar tersebut. Pada beberapa bangunan suci ini terdapat altar kecil dihalaman, tepat berhadapan dengan tangga, mungkin dimaksudkan aling-aling atau altar kelir (Santiko, 1995: 5)
Dilihat dari bangunannya Situs Gunung Gedang dan Kronogramnya merupakan situs masa Majapahit yang setidaknya memiliki tiga teras. Teras pertama adalah Candi Wringinbranjang, teras kedua berupa gapura, struktur susunan batu andesit berjenjang dan ditemukan empat buah umpak, kemungkinan gapura Situs Wringin berbentuk gapura paduraksa yang kemungkinan pagarnya berbentuk sayap, sedangkan teras ketiga berupa sisa susunan batu andesit I dan sisa susunan batu andesit II yang berbentuk persegi, dimana pada susunan batu andesit II berbentuk persegi ditemukan lapik arca yang berhiaskan ornamen naga dan lapisan pada dua lapisan paling atas dihiasi pelipit. Dilihat dari fungsinya Situs Wringinbranjang merupakan tempat Krsyan pada masa Kerajaan Majapahit.
Situs Gunung Gedang terletak 200 meter ke utara dari Candi Wringinbranjang. Gapura menghadap ke selatan dan berorientasi ke utara, berdenah persegi dengan ukuran membujur 1,5 meter dan ukuran melintang 2,55 meter, ukuran batu gapura rata-rata 40x26x15 cm, sisi timur dan baratnya diperlengkapi dengan pagar atau sayap terbuat dari batu yang sama yaitu batu andesit yang masing-masing berukuran panjang 45 cm dengan lebar 24 cm (satu batu). Pintu gapura berukuran lebar 1,2 meter dengan ambang bawah berpermukaan cekung membentuk profil kurawal (?) yang dilengkapi ceruk poros daun pintu, dan dinding lorong tersisa empat lapis batu setinggi 63 cm. Gapura ini diperlengkapi dengan 11 anak tangga dengan lebar satuannya 2,7 meter dan pipi tangga memiliki ukuran lebar 40 cm. Di reruntuhan sisa struktur gapura juga terdapat batu ambang (kemungkinan atas) dalam keadaan patah yang dilengkapi dengan ceruk polos daun pintu.
Gapura Situs Gunung Gedang
Ambang Pintu Candi
Pada 56 meter dari gapura ke utara terdapat sisa susunan batu andesit I, setinggi dua lapis. Ukuran batu rata-rata 40 x 28 x 13 cm. 2 meter ke utara dari struktur susunan batu andesit terdapat sisa struktur batu andesit II yang berdenah persegi dengan ukuran 3,05 x 2,85 x 0,41 (tiga lapis) meter diatas permukaan tanah. Pada lapis batu pertama dan kedua dihiasi oleh pelipit, sebuah lapik arca berukuran panjang 1,7 meter, lebar 1 meter, dan tebal 0,47 meter berhiaskan ornamen naga pada sisi kanan-kirinya yang menyatu dengan dinding utara (belakang) bangunan. Pada bagian tengah permukaan lapik diperlengkapi ceruk yang berukuran 13 x 13 x 13 cm yang dikelilingi lingkaran yang berdiameter 55 cm. Bagian depan lapik terdapat undakkan setinggi 20 cm dan lebar 19 cm. Diatas dinding terdapat batu-batu yang ditumpuk.
lapik arca yang terdapat ornamen naga di kanan kirinya
Angka tahun 1330 Saka (1408 Masehi)
Miniatur candi
Di sebelah barat bangunan ini kira-kira 22 meter terdapat tumpukan batu yang memanjang ke utara-selatan, diantara batu tersebut terdapat sebiji batu ambang dengan ceruk poros daun pintu dalam keadaan terpotong. Selain itu terdapat empat buah batu berbentuk limas terpancung (umpak) di sekeliling sisa struktur gapura, sehingga dapat diperkirakan merupakan penyangga tiang yang berbahan yang mudah aus.
Di sebelah timur bangunan tengah kira-kira 22 meter terdapat tinggalan lepas berupa yoni, miniatur candi, umpak, bongkahan batu candi yang berserakan dan sebagainya.
Menurut Harian Santiko, pada masa Majapahit bangunan suci atau candi memiliki ciri khusus yaitu berundak dan salah satu bagian tubuh tidak dijumpai lagi, berdasarkan ciri-cirinya candi pada masa Majapahit memiliki dua jenis yaitu:
a.Bangunan berundak teras tiga, dengan satu atau dua tangga yang menghubungkan ketiga teras tersebut, badan candi dengan garbhagrha terletak di atas teras ketiga menggeser ke kebelakang dari titik pusat, dan tiga relung untuk menempatkan arca di dinding luar ketiga sisi. Atap tidak ditemukan lagi, kemungkinan bertingkat seperti atap Meru di Bali.
b.Bangunan yang berada dilereng-lereng gunung, sering menempel dilereng tersebut. Bangunan biasanya terdiri dari tiga teras satu batur rendah diatas teras ketiga (teratas). Diatas batur tersebut terdapat 1-3 altar, atau 2 altar dan 1 miniatur candi, tanpa arca. Tepat ditengah-tengah teras terdapat tangga naik menuju altar tersebut. Pada beberapa bangunan suci ini terdapat altar kecil dihalaman, tepat berhadapan dengan tangga, mungkin dimaksudkan aling-aling atau altar kelir (Santiko, 1995: 5)
Dilihat dari bangunannya Situs Gunung Gedang dan Kronogramnya merupakan situs masa Majapahit yang setidaknya memiliki tiga teras. Teras pertama adalah Candi Wringinbranjang, teras kedua berupa gapura, struktur susunan batu andesit berjenjang dan ditemukan empat buah umpak, kemungkinan gapura Situs Wringin berbentuk gapura paduraksa yang kemungkinan pagarnya berbentuk sayap, sedangkan teras ketiga berupa sisa susunan batu andesit I dan sisa susunan batu andesit II yang berbentuk persegi, dimana pada susunan batu andesit II berbentuk persegi ditemukan lapik arca yang berhiaskan ornamen naga dan lapisan pada dua lapisan paling atas dihiasi pelipit. Dilihat dari fungsinya Situs Wringinbranjang merupakan tempat Krsyan pada masa Kerajaan Majapahit.
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.