Tuesday, January 8, 2019

ASAL USUL KELUARGA RADEN SOEMODIHARDJO SERTA TIDAK DIBERLAKUKANNYA GELAR BANGSAWAN

sepatu orthopadi orthoshoping.com sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita kelainan kaki pada balita arrow
Ads orthoshop info
sepatu orthopadi orthoshoping.com sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita kelainan kaki pada balita arrow
Ads orthoshop info


ASAL USUL KELUARGA RADEN SOEMODIHARDJO
SERTA TIDAK DIBERLAKUKANNYA
GELAR BANGSAWAN


MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pengantar Ilmu Sejarah
yang dibina oleh Bapak Prof. Dr. Hariyono, M.Pd dan
Ibu Indah W.P. Utami, S.Pd., S.Hum., M.Pd.



oleh
Muhammad Nashrulloh
130732607185










UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
Desember  2013



KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pemurah, karena berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai dengan yang diharapkan. Dalam makalah ini kami membahas “ Asal Usul Keluarga Raden Soemodihardjo serta Tidak Diberlakukannya Gelar Bangsawan “. Makalah ini dalam rangka penyusunan makalah kelompok.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen matakuliah Pengantar Ilmu Sejarah Bapak Prof. Dr. Hariyono, M.Pd. dan Ibu Indah W.P.Utami, S.Pd., S.Hum., M.Pd.  yang telah membimbing penyusun sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menambah kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah “Asal Usul Keluarga Raden Soemodihardjo serta Tidak Diberlakukannya Gelar Bangsawan “ ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.


                                                                        Malang, 28 November 2013

                                                                                    Penyusun



A.      Latar Belakang
Keluarga berdasarkan asal - usul kata yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara dalam salah satu buku, beliau mengatakan bahwa keluarga berasal dari bahasa Jawa yang terbentuk dari dua kata yaitu kawula dan warga. Di dalam bahasa Jawa Kuno kawula berarti hamba dan warga berarti anggota. Secara bebas dapat diartikan bahwa keluarga adalah setiap anggota /  hamba yang merasakan sebagai satu kesatuan yang utuh sebagai bagian dari dirinya dan dirinya juga merupakan bagian dari warga lainnya secara keseluruhan.
Keluarga adalah dimana seseorang masih memiliki ubungan darah. Keluarga dapat didefinisikan sebagai sekelompok orang yang bertempat tinggal di satu rumah atau tempat lain yang masih memiliki hubungan kekeluargaan atau kekerabatan melalui perkawinan, adopsi dan lainnya.
Keluarga didefinisikan dengan beberapa cara pandang. Keluarga dapat dipandang sebagai tempat pemenuhan kebutuhan biologis bagi anggotanya. Cara pandang dari sudut psikologis keluarga adalah tempat berinteraksi dan berkembangnya kepribadian anggota keluarga. Secara ekonomi keluarga dianggap sebagai unit yang produktif dalam menyediakan materi bagi anggotanya dan secara sosial adalah sebagai unit yang bereaksi terhadap lingkungan lebih luas ( Supratini, 2004:21 ).
Menurut Duvall dalam Supratini (2004:22) mengemukakan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi dan kelahiran, yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial setiap anggota.
Begitu banyak tentang definisi keluarga menurut beberapa ahli. Pengertian keluarga tidaklah begitu penting, yang terpenting adalah bagaimana kita bisa menjaga keluarga, memeprtahankan keluarga dan memberikan kasih sayang ataupun perhatian kepada anggota keluarga yang satu dengan yang lainnya.


Begitupula dengan lingkungan keluarga keraton. Lingkungan keluarga keraton atau bangsawan lainnya adalah sama. Hal yang membedakan adalah gelar bangsawan yang diberikan. Keluarga bangsawan juga mempunyai permasalahan - permasalahan sama halnya dengan keluarga biasa yang bukan keturunan dari bangsawan.
Salah satu permasalahannya adalah tidak adanya nama gelar kebangsawanan yang diberikan kepada cicit - cicitnya atau canggahnya di zaman era globlasisasi ini. Maka dari itu penulis tertarik untuk menulis sejarah dari keluarga penulis yaitu keluarga Raden Soemodihardjo dan alasan dari sesepuh penulis tentang tidak adanya pemberian gelar kebangsawanan kepada cicit atau canggahnya  


B.       Rumusan Masalah
  1. Bagaimana asal usul keluarga Raden Soemodihardjo ?
  2. Mengapa tidak diberlakukannya gelar Raden dan Rara pada keturunan Raden Soemodihardjo ?

C.      Tujuan
  1. Untuk mendeskripsikan asal usul keluarga Raden Soemodihardjo.
  2. Untuk mendeskripsikan alasan tidak diberlakukannya gelar raden dan rara pada keturunan Raden Soemodihardjo.

D.      Metode Penelitian
Metode penelitian sejarah yang penulis gunakan dalam penulisan historiogafi ini adalah heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi.
1.      Pemilihan Topik.
Penulis memilih topik yang berjudul Asal Usul Keluarga Raden Soemodihardjo serta Tidak Diberlakukannya Gelar Bangsawan. Karena penulis ingin menceritakan kembali bagaimana silsilah atau asal usul dari keluarga Raden Soemodihardjo yang merupakan eyang buyut dari penulis dan alasan tidak diberikannya gelar kebangsawanan untuk cicit dan canggah dari Raden Soemodihardjo karena banyak yang mempertanyakan akan hal itu. Maka dari itu penulis tertarik untuk menuliskan sejarah Raden Soemodihardjo ini.
2.      Heuristik.
Dalam penulisan historiografi ini penulis mendapatkan sumber sumber sejarah melalui metode wawancara dengan cicit dari Raden Soemodiharjo dan beberapa canggah dari Raden Soemodihardjo. Selain itu penulis juga mengumpulkan beberapa dokumen penting yang relevan dan yang mampu memberikan keaslian dalam penulisan sejarah khususnya historiografi keluarga ini.
3.      Kritik / Verifikasi
Penulis mewawancarai kepada cucu dari Raden Soemodiharjo dan beberapa cicit dari beliau untuk menambah keabsahan dalam penulisan sejarah ini, dan penulis mengumpulkan dokumen - dokumen yang penting yang relevan.
4.      Interpretasi
Menurut penulis pemberian gelar bangsawan merupakan tugas yang berat, karena menjadi panutan bagi warga - warga sekitar. Dan banyak yang mempertanyakan mengapa cicit dan canggah dari Raden Soemodihardjo tidak diberikan gelar bangsawan
5.      Historiografi
Pada bab 1 penulis menjelaskan tentang bagaimana cara penulis dalam mengumpulkan sumber - sumber terkait mengenai masalah yang akan ditulis oleh penulis dengan cara wawancara dan mengumpulakn dokumen - dokumen penting yang mampu memperkuat keabsahan dari makalah ini.
Sedangkan bab 2 menjelaskan tentang bagaimana asal usul dari keluarga Raden Soemodihardjo dan alasan tidak diberlakukannya gelar bangsawan kepada cicit dan canggah dari Raden Soemodihardjo.






Kyai Tumenggung Poeponegoro merupakan eyang buyut dari Raden Soemodihardjo. Disini penulis akan melampirkan sedikit informasi yang penulis tahu dari narasumber mengenai Kyai Tumenggung Poeponegoro ini. Semasa hidupnya Kyai Tumenggung Poesponegoro menjabat sebagai Bupati Gresik pertama. Dan Kyai Tumenggung Poesponegoro ini menikah dengan seorang putri Keraton Solo ( Mataram ) dan mempunyai seorang putra yang bernama Dayeng Sareyan.
Kyai Tumenggung Poesponegoro wafat di Gresik, Jawa Timur dan di makamkan di makam kerabat atau keluarga Bupati ( makam kuno ) di belakang Taman Makam Pahlawan Gresik, dekat dengan makam Syeh Maulana Malik Ibrahim ( wali songo ). Silsilah lengkap dari beliau dapat dilihat pada tulisan dinding di makam Gresik.
Sekarang kita berbicara tentang Dayeng Serayan yang merupakan istri dari Kyai Tumenggung Poesponegoro. Semasa hidupnya Dayeng Sareyan adalah seorang senapatinya Trunojoyo. Dan mempunyai anak laki laki yang bernama Raden Soemowito, yang kemudian menjabat sebagai penghulu di Jepara, Jawa Tengah. Raden Soemowito mempunyai anak yang bernama Raden Ajeng Taroem yang menjadi istri dari Kanjeng Tjibrosoemo di Tuban, Jawa Timur dan mempunyai putra laki laki yang setelah dewasa bernama Kyai Soemodiwongso.
Kyai Soemodiwongso mempunyai lima putra dan narasumber tidak ingat siapa nama istri dari Kyai Soemodiwongso ini. Putra - putra Kyai Soemodiwongso adalah
1.      Raden Soemodiwiryo        : tinggal di Sawahan Blitar, Jawa Timur.
2.      Raden Soemowikromo      : tinggal di Sentong Blitar, Jawa Timur.
3.      Raden Ajeng Basinah        : wafat.
4.      Raden Ajeng Basiroh        : wafat.
5.      Raden Ajeng Cempluk      : menikah dengan Mas Kertosoemito.


Kali ini penulis akan membahas atau menguraikan secara singkat tentang  informasi mengenai anak - anak dari Kyai Soemodiwongso yang penulis sebutkan sebelumnya. Pertama adalah Raden Soemodiwiryo, Raden Soemodiwiryo wafat di Blitar, Jawa Timur pada tanggal 2 Oktober 1902 di hari Kamis Legi pukul 07.00. beliau mempunyai anak tiga yang bernama Raden Soemowisastro, Raden Ajeng Koenah, Raden Ajeng Yatimah
Putra yang kedua dari Kyai Soemodiwongso adalah Raden Soemowikromo, Raden Soemowikromo ini wafat di Blitar, Jawa Timur juga pada tanggal 13 Agustus 1887 hari Senin Legi pukul 23.00. Beliau mempunyai putra 5 orang yaitu Raden Sarpat ( Raden Soemodihardjo ), Raden Ajeng Asniah ( wafat ), Raden Ajeng Asmi ( wafat ), Raden Ajeng Asim ( Raden Soemodiputro ),  dan yang terakhir adalah Raden Asaan ( Raden Soemowardoyo ).
Dan sekarang penulis akan membahas tentang Raden Sarpat atau Raden Soemodihardjo yang sesuai dengan pembahasan yang penulis angkat dalam makalah ini. Raden Soemodihardjo dilahirkan di Desa Sentong ( Kunden ) Blitar, Jawa Timur pada hari Jumat Kliwon pada tanggal 29 April 1856. Raden Soemodihardjo wafat pada hari Selasa Paing ( menurut tanggalan jawa ) tanggal 17 September 1946 pukul 23.30 di Lumajang dalam usia 90 tahun. Berbicara tentang istri beliau, beliau ( Raden Soemodiharjo ) mempunyai isteri 4 orang, tetapi beliau bukan menikah dalam arti poligami, melainkan istri beliau wafat. Dari ke-4 istri Raden Soemodihardjo ini mempunyai anak yang banyak, yaitu berjumlah 27 orang anak. Berikut lebih rincinya mengenai jumlah anak dari setiap istrinya. Dari istri pertama yang bernama Fatimah, dari pernikahan pertama ini Raden Soemodihardjo mempunyai 4 orang anak. Istri kedua yang bernama Sarijah, pernikahan kali ini dikaruniai 5 orang anak. Pernikahan ketiga dengan Kasmi dikaruniai 7 orang anak, dan yang terakhir atau istri yang keempat bernama Manisih mempunyai anak yang cukup banyak yaitu 11 orang anak. Jadi jumlah semua anak dari raden Soemodihardjo sebanyak 27 orang anak.
Raden Soemodihardjo semasa hidupnya mempunyai banyak pengalaman khususnya pengalaman kerja, banyak sekali berbagai macam pekerjaan yang beliau tekuni, berikut ini beberapa pekerjaan yang pernah beliau jalani, tanggal 9 Agustus 1882 beliau menjabat sebagai manteri guru di Turen, Malang, Jawa Timur. Kemudian pada tanggal 13 Oktober 1885 beliau juga menjabat sebagai manteri guru tetapi di daerah Pasuruan, Jawa Timur. Pada tanggal 22 Desember 1890 beliau tetap menjabat sebagai manteri guru di daerah Grati, Pasuruan, Jawa Timur. Kemudian pada tanggal 20 Oktober 1902 beliau menjabat di manteri guru di Kaliondo, Surabaya, Jawa Timur. Setelah itu beliau juga tetap menjabat sebagai manteri guru di daerah kraksaan, Lumajang, Jawa Timur pada tanggal 23 November 1907, tanggal 11 Oktober 1918 beliau menjabat sebagai manteri guru juga di daerah Bayeman Pasuruan, Jawa Timur. Pada tanggal 2 September 1921 beliau pensiun sebagai manteri guru dengan Beslit No. 30548 tanggal 10 Agustus 1921, selanjutnya menetap di Gocekan, Pasuruan, Jawa Timur. Dan yang terakhir ini tidak diketahui tanggalnya, tapi pada tahun 1927 Raden Soemodihardjo ini diangkat lagi menjadi seorang manteri guru parkikelir di sekolah P.G.B di Kampung Baru Bangil sampai pada tahun 1932.
Berbicara tentang tempat tinggal beliau, beliau tidak hanya menetap di tempat itu saja, melainkan beliau berpindah - pindah mengikuti tempat pekerjaannya. Pada tahun 1927 - 1942 beliau bertempat tinggal di Bangil ( Ledok Kidul, Kidul dalem, Sukolipuro ). Pada tahun 1942 - 1943 beliau bertempat tinggal di bayeman Pasuruan , Jawa Timur. Kemudian pada tahun 1943 - 1944 beliau masih bertempat tinggal di Pasuruan, namun di daerah Kebonsari, dan yang terakhir pada tahun 1944 sampai beliau wafat, Raden Soemodihardjo ini bertempat tinggal di Lumajang, Jawa Timur.
Mengenai anak - anak dari Raden Soemodihardjo yang berjumlah 27 orang anak ini, penulis akan menjelaskan sedikit dari informasi yang penulis dapat dari narasumber atau bisa disebut dengan ringkasan riwayat hidup putra - putri Raden Soemodihardjo.
Berikut ini nama putra putri dari Raden Soemodihardjo :
1.      R. Soetomo Satimin ( al. Tjokrodirejo ).
Raden Soetomo alias Satimin alias Tjokrodirejo ini lahir pada hari Senin Wage pada tanggal 4 November 1877 di kampung Pekalongan Probolinggo, Jawa Timur.
Beliau wafat pada hari Rabu Paing ( menurut tanggalan jawa ), pada tanggal 22 April 1936 di Ledok Lor Bangil, Jawa Timur.
Beliau mempunyai putera alias cucu dari Raden Soemodihardjo, berikut ini nama anak dari R. Soetomo adalah
1)      R. Soedanoko                    ( wafat )
2)      R. Soetomo                       ( wafat )
3)      Rr. Soedarti                       ( wafat )
4)      R. Soedjadi                       ( wafat )
5)      R. Soekalpo                       ( wafat )
6)      Rr. Soepiyah                      ( wafat )
7)      Rr. Soemarmi                    ( wafat )
8)      R. Soediarso                      ( wafat )
9)      R. Ibnu Salam                   ( wafat )
10)   Rr. Soepartinah                ( wafat )
11)   R. Soebandi                      ( pensiunan pegawai BTN Surabaya )
12)   Rr. Soekartini                   ( wafat ) pegawai kantor telepon Bangil.
13)   Rr. Soekartidjah               ( wafat )
14)   R. Soepil                           ( wafat ) pegawai bank di Bangil.
15)   Rr. Soekarmi                    ( wafat )
16)   R. Soekarto                      ( wafat 1987 ) pensiunan pegawai BRI  Malang.    
2.      Raden Rara Soertiyatoen
Raden Rara Soertiyatoen lahir pada hari Minggu Pahing, tanggal 12 September 1880 di Probolinggo, Jawa Timur.
Beliau meninggal pada tanggal 21 Pebruari 1881 saat usianya masih lima setengah bulan dan meninggal di Probolinggo, Jawa Timur.
3.      Raden Moerdjadi
Raden Moerdjadi lahir pada hari Jumat Legi tanggal 29 Desember 1881 di Probolinggo, Jawa Timur.
Beliau wafat pada hari Kamis tanggal 9 Maret 1882 di Probolinggo, Jawa Timur saat beliau masih berumur 3 bulan. 
4.      Raden Soekriyan alias Djoyokoesoemo
Beliau lahir di hari Minggu Kliwon tanggal 28 Januari 1883 di Turen, Malang.
Beliau wafat di hari Sabtu tanggal 13 Pebruari 1943 di Mangkubumen Tengah no. 9 Solo, Jawa Tengah dalam usia 60 tahun dan dimakamkan di desa Bonoloyo Solo.
Beliau tidak mempunyai keturunan ataupun putra. Dan jabatan terakhir beliau adalah sebagai Beheerder Pegadaian di Prambanan Solo ( Zaman Jepang ).
5.      Raden Samenoen alias Soemosastro
Beliau lahir pada hari Selasa Pon tanggal 16 Desember 1884 di Turen, Malang.
6,7. Raden Rara Soepinah dan Raden Rara Soepiyah
Beliau ini adalah anak kembar yang lahir di hari Senin Legi tanggal 31 Agustus 1885 di Turen, Malang. Dan kemudian keduanya meninggal dalam usia yang masih relatif singkat yaitu 13 hari.
  1. Raden Soekalpa
Beliau lahir hari Rabu Pon tanggal 3 Juli 1889 di Pasuruan, Jawa Timur. Selanjutnya beliau wafat dalam usia satu setengah tahun di Dawe Grati.
  1. Raden Soedarsono alias Sosrodarsono
Beliau ini lahir hari Jumat Kliwon tanggal 5 Pebruari 1892 di Dawesari Grati Pasuruan, Jawa Timur. Dan meninggal pada tahun 1956 di Mangkubumen Solo dalam usia 64 tahun.
Beliau mempunyai 3 putra yaitu Raden Ilham Pratopo, Rara Pramestuti Iskawari Boediningsih, dan yang ketiga adalah raden Prabowo Trisno Edhy.
Sedikit informasi mengenai Raden Soedarsono yang penulis tahu dari narasumber yaitu di zaman pemerintahan Belanda, beliau bekerja sebagai Opzichter Pestbestryding di Magelang, Jawa Tengah, dan kemudian menjadi Commies Gubernur di Solo. Kemudian pada zaman Jepang beliau dipindahkan ke Klaten - Solo. Dan pada zaman Republik Indonesia beliau pensiun dan menetap di Mangkubumen Tengah no. 9 hingga meninggal. Tahun 1941 sampai dengan 1944 Raden Soedihardjono mengikuti / dalam asuhan beliau.
10.  Raden Rara Soemoharti
Beliau lahir pada hari Kamis Pon tanggal 29 Desember 1893 di Dawesari Grati Pasuruan dan meninggal pada tanggal 20 November 1897 di Dawesari Grati Pasuruan.
11.  Raden Soedomo alias Soemohardjo Noer Soedomo
Lahir hari Minggu Legi tanggal 6 Mei 1894 di Dawesari Grati Pasuruan. Beliau menikah dengan Ma. Moerdiati putri M. Tjitrowidjoyo pada tanggal 20 Juni 1923 dan mempunyai 4 anak yaitu Drs. Raden Soeyono Soedomo, Rara Soeyati Soedomo ( menikah dengan Mas Soebronto ), Rara Srimurtini Nurastuti ( menikah dengan Dr. Soeharto Herdjan ), dan yang terakhir Ir. Raden Gatoet Soedomo.
Berikut ini adalah riwayat singkat tentang Radaen Soedomo :
a.       Pada tahun 1920 beliau sebagai dokter dan bertugas di Lawang.
b.      Tahun 1923 beliau sebagai dokter bertugas di Lubuk Pakam ( Sumatera ).
c.       Tahun 1927 beliau tetap menjadi dokter dan bertugas di Magelang.
d.      Dan yang terakhir pada tahun 1946 beliau sebagai dokter Karesidenan Malang. Dan kemudian pindah ke Jakarta di Kementrian Kesehatan. Setelah pensiun beliau kembali ke Malang dan diangkat lagi sebagai dokter partikelir di H.V.A Pare Kediri.
12.  Raden Soeseloardjo
Beliau lahir hari Sabtu Legi tanggal 25 April 1896 di Dawesari Grati Pasuruan. Beliau mempunyai 4 anak yaitu Rara Laely, Raden Wahyuardjo, Rara Soeselowati, Raden Wahyudi.
13.  Raden Soerya
Lahir di hari Selasa Pahing tanggal 27 Desember 1898 di Dawesari Grati, dan meninggal tanggal 24 Oktober 1904 di Kalianyar Surabaya.
  1. Raden Rara Soeyarti
Lahir di Dawesari Grati Pasuruan hari Senin Pon tanggal 14 Oktober 1901. Beliau menikah dengan M. Satmoko putranya M. Tjitrowidjoyo. Adapun M. Satmoko adalah kakak dari Ma. Moerdiati yang menikah dengan Dr. Raden Soedomo.
Putra - putrinya Rara Soeryati adalah Raden Haryono Satmoko, Rara Hartini Satmoko  ( menikah dengan Dr. Soemarsono ), Rara Harpini Satmoko, dan Dr. Raden Hartono Satmoko.
15.  Raden Soediarto
Lahir hari Sabtu pahing tanggal 31 Desember 1904 di Kalianyar Surabaya dan meninggal di Dawesari Grati Pasuruan.
  1. Raden Rara Soediarti
Lahir tanggal 4 Juli 1907 Kraksaan dan meninggal dalam usia 1 bulan.
  1. Raden Moehammad Soedihardjo.
Beliau lahir di hari Sabtu Pahing tanggal 5 November 1910 di Kraksaan dan meninggal pada tanggal 21 Juli 1946 di Jatisari Grati Pasuruan.
Beliau menikah tiga kali namun tidak dikaruniai seorang anak. Semasa hidupnya beliau menjadi marinir ( Angkatan Laut ) di Kapal “ Zeven Provincien “ yang pada waktu itu di bom oleh Belanda di Cirebon karena anak buah kapal melakukan pemberontakan kepada pihak Belanda.
  1. Raden Soediongko
Beliau lahir di hari Senin Pon tanggal 5 Mei 1913 dan meninggal di Pasuruan, beliau dimakamkan di Boegoel Pasuruan. Almarhum mempunyai seoran puteri bernama Rara Herawati atau yang biasa dipanggil Titiek.
Riwayat hidup beliau, beliau tamat di H.I.S ( sekolah zaman Belanda ) di Bangil pada tahun 1930, dan meneruskan ke MULO di Malang. Kemudian tahun 1932 beliau juga sebagai Hulpschryver di Kawedanan Gempol, kemudian di Pasuruan. Beliau juga pernah menjadi tentara pada tahun 1945 yaitu Tentara Republik Indonesia dengan pangkat Letnan II di bagian Zenie Div. VII di Malang. Pada tahun 1947 beliau keluar dari tentara dan kembali ke kantor Pengadilan Negeri di Malang dengan pangkat Ajudan Jaksa. Dan pada tahun 1948 beliau diangkat menjadi jaksa Pengadilan Negeri di Pasuruan. Kemudian beliau sempat sakit keras dan dirawat inap atau biasa disebut opname di Rumas Sakit Celaket Malang pada tahun 1949.
  1. Raden Rara Soediari
Raden Rara Soediari ini lahir pada hari Jumat Kliwon tanggal 12 November 1915 di Kraksaan. Beliau ini menikah dengan Mng. Soekotyo Moektiwibowo, yang merupakan putra dari Mng. Poerbokoesoemo ( Surabaya ) dan mempunyai anak 10 orang yaitu Rara Muktiari ( menikah dengan Soemadi Hardjokoesoemo di Surabya ), Rara Muktiharnani ( menikah dengan Soebekti Atmokoesoemo ), Raden Haripoernomo, Raden Harisanyoto, Raden Harisantoso, Rara Muktiharini ( menikah dengan Hantyo Soekadar ), Raden Harisutyahyo, Raden Hariharumadi, Rara Muktisufreni ( menikah dengan Soemadi P.S di Surabaya ), dan yang terakhir Rara Muktilestari
Alamat rumah Raden Rara Soediari ini bertempat di Jalan Potroagung 34 Surabaya.
  1. Raden Soediadji
Beliau lahir di Kraksaan hari Rabu Kliwon pada tanggal 21 November 1917, dan meninggal di Malang, Jawa Timur dengan meninggalkann 3 putra yaitu Raden Adipoernomo ( pegawai Hutama Karya di Madiun ), Rara Soelastri, Raden Aditjahyono.
Alamat rumah Raden Soediadji ini bertempat tinggal di Jalan Bareng Kartini gang III, Malang.
  1. Raden Rara Soediasih
Lahir hari Selasa Wage tanggal 30 Desember 1919 di Pasuruan, Jawa Timur. Beliau menikah dengan M. Diadi, tapi M. Diadi ini meninggal pada tahun 1947, akhirnya Raden Rara Soediasih ini menikah lagi dengan M. Adiwiyono dan M. Adiwiyono ini meninggal pada tahun 1964, beliau ini merupakan pegawai DAMRI di Surabaya, dari pernikahan tersebut tidak dikaruniai keturunan atau anak.
Alamat rumah beliau ini mengikuti rumah dari Raden Adipoernomo di Madiun. Raden Rara Soediasih meninggal di Jetis, Malang yang merupakan rumah dari Surastini pada tanggal 13 Oktober 2004 pukul 18.05 WIB.
  1. Raden Soedihardjono
Lahir di hari Jumat Pon tanggal 12 Mei 1922 di Bayeman Pasuruan. Beliau meninggal di hari Jumat Wage pada tanggal 18 Maret 1967 di Rumah Sakit Karangmenjangan Surabaya, kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Surabaya yang merupakan di depan T.H.R dengan pankat pada saat itu adalah menjabat sebagai Kapten TNI Angkatan Darat.
Beliau menikah dengan Soewarsini, Soewarsini ini lahir di Blitar. Dari pernikahan tersebut beliau dikaruniai 11 anak yaitu
a.       Raden Budi Santoso
b.      Raden Budi Rahardjo, beliau ini merupakan Pamen TNI Angkatan Laut.
c.       Raden Budi Utomo, beliau merupakan pegawai BRI cabang Malang.
d.      Raden Risdiyanto
e.       Rara Budi Rahayu
f.       Raden Budi Hardjoko, beliau merupakan pegawai BCA di Mojokerto.
g.      Raden Budi Harsono, beliau bekerja sebagai pegawai BRI cabang Blitar.
h.      Rara Budi Prihastuti
i.        Rara Budi Agustini, beliau ini menjadi pegawai pelayaran di Surabaya.
j.        Rara Budi Purwaningsih
k.      Rara Budi Mihastuti Sufreni, merupakan pegawai BRI di Malang.
Alamat rumah raden Soedihardjono ini lahir di Jalan Kecapiring no. 85 Blitar, Jawa Timur.
Pada tahun 1937 beliau sekolah di H.I.S der P.G.B Bangil yang merupakann sekolah zaman Belanda, pada tahun 1943 beliau kursus di I.M.I.E.W Afd. Instr. Maker dan pada tahun 1943 juga beliau bekerja di Kagayama Butai, kemudian pindah ke Rikuyu Sokyoku, beliau ini mengikuti dalam asuhan Raden Soedarsono di Solo pada tahun 1942 sampai tahun 1943. Beliau juga masuk Tentara Republik Indonesia ( TRI ) pada tahun 1946 dengan pangkat sebagai Sersan II yang selanjutnya penggantian TRI menjadi TNI, namun penggantian nama itu beliau tetap di militer yaitu di TNI Angkatan Darat hingga wafat pada tahun 1967
  1. Rara Soediasri
  2. Rara Soekarsi
  3. Raden Lasiyono
Ketiga anak dari Raden Soemodihardjo ini tidak diketahui karena umurnya kurang dari 1 tahun, dan penulis keterbatasan narasumber. Narasumber tidak tahu menahu tentang ke-3 anak ini.
  1. Raden Rara Wiloejengsih alias Soerasmi
Beliau lahir di Bangil, Jawa Timur hari rabu Kliwon pada tanggal 7 Mei 1930, karena menderita sakit keras pada tahun 1931 kemudian beliau ini diambil anak oleh M. Saimin yang merupakan stoker kereta api atau masih saudara dari Ibu Rembyung orang tua dari Nyonya Raden Soedihardjono. Beliau pernah sekolah di H.I.S ( sekolah zaman Belanda ) dan dulu beliau bekerja di PHB ( Dinas Perhubungan ).
Raden Rara Soerasmi ini menikah dengan M. Sumiran pada tahun 1950 dikaruniai 5 orang anak yaitu
a.       Raden Sukrawinarna, beliau menikah dengan Artiningsih dengan dikaruniai 2 anak yaitu yang bernama Zainal Arifin, dan yang kedua bernama Choirul Anwar. Anak pertama dari Raden Sukrawinarna ini yaitu Zainal Arifin menikah dengan Risti dan dikaruniai 4 orang anak dan sekarang bertempat tinggal di banjarmasin, Kalimantan. Sedangkan anak yang kedua Choirul Anwar ini menikah dengan Puput yang merupakan teman semasa SMA nya yaitu di SMAN 2 Malang pada tahun 2012 kemarin, dan belum dikaruniai anak tetapi sekarang istrinya sedang hamil 3 bulan.
Nyonya Artiningsih kemudian meninggal dunia pada tahun 1998 karena sakit keras. Beliau meninggal di Rumah Sakit Islam Aisyiah dan dimakamkan di tempat pemakaman umum yang terletak di daerah Mergan, Malang.
Kemudian Raden Sukrawinarna ini menikah lagi pada tahun 2000 dengan Win Gagas Nunut Ernawati dan dikaruniai seorang anak yang bernama Rizki Pratama yang sekarang masih duduk di bangku sekolah dasar di SDN Tanjungrejo 3, Malang kelas 6.
Raden Sukrawinarna ini sekarang bekerja sebagai letter stempel yang merupakan warisan dari M. Sumiran ( suami pertama dari rara Soerasmi ), dan istrinya sekarang membuka seperti kedai makanan dan aneka jus di rumahnya yang bertempat tinggal di jalan Terusan Mergan Raya Gang 19.   
b.      Rara Soelistyiowati, beliau ini merupakan ibu dari penulis. Beliau lahir di Turen Malang pada tanggal 15 September 1955 dan menikah dengan Ach. Salam yang berasal dari daerah Tumpang yang lahir pada tanggal 11 September 1948, Kabupaten Malang. Dari pernikahan ini beliau dikaruniai 5 orang anak yaitu
a)      Luluk Maria Ulfa, lahir pada tanggal 26 Februari 1974 dan menikah dengan Khusnul Yaqin pada tanggal 26 Agustus 2013. Luluk Maria Ulfa ini membuka tempat belajar di rumahnya yaitu di Jalan Terusan Mergan Raya, jumlah muridnya saat ini berjumlah 94 orang. Dan Khusnul Yaqin ini membuka sebuah ruko seperti semacam Indomaret di daerah Perumahan Mutiara Jingga, Tunggulwulung.
b)      Akmad Farid Fauzi yang lahir pada tanggal 18 Maret 1978, dan sudah menikah dengan Nurul Muafida pada tanggal..... dan dikaruniai seorang putri cantik yang bernama Annisa Faikha Sakhi Az-Zahra yang masih berumur 8 bulan. Mereka sekarang bertempat tinggal di Jalan Kolonel Sugiono Gang 5, Malang.
Akhmad Farid Fauzi sekarang bekerja sebagai guru agama di STM PGRI 1 Singosari, dan istrinya Nurul Muafida juga bekerja di tempat yang sama sebagai guru bahasa inggris dan juga sebagi Wakil Kemahasiswaan di sekolah tersebut.
c)      Zaikatul Lailiyah, yang lahir pada tanggal 28 Maret 1980 dan menikah dengan Edi Cahyono yang sekarang bekerja sebagai guru Bahasa Indonesia di SDN Tanjungrejo 3, dan dari pernikahan ini dikaruniai seorang putera yang bernama Fauzan Cahyono yang masih berumu 1 tahun 3 bulan.
d)     Nur Hidayat, lahir pada tanggal 24 Juni 1983 dan belum menikah.
e)      Muhammad Nashrulloh, lahir 6 Juli 1994, ini merupakan penulis dan masih duduk di bangku kuliah di Universitas Negeri Malang.
Rara Soelistyiowati meninggal pada tanggal 15 September 2010 dimakamkan di tempat pemakaman umum di dekat pemakaman dari Nyonya Artiningsih ( istri pertama Raden Sukrawinarna ).
c.       Raden Soekrowinoto, beliau menikah dengan Sri dan dikaruniai seorang anak yang bernama Andi Yuni Rachman. Dan Andi Yuni Rachman ini sudah menikah dengan Eva pada tahun 2012 kemarin. Dan dikaruniai seorang putri cantik bernama Celsea.
Mereka berdua dan putrinya bertempat tinggal di daerah Kian, Jawa Timur.
d.      Rara Soelistyorini beliau ini menikah dengan Bambang Subowo yang merupakan pensuinan masinis kereta api. Beliau menikah dengan dikaruniai 2 orang anak yang bernama Dodik Subowo dan Roni Hari Prabowo.
Anak pertama dari Rara Soelistyorini dan Bambang Subowo ini menikah dengan Arum dan dikaruniai seorang putri yang bernama Ovi C. Dan yang putra kedua ini sekarang bekerja sebagai pegawai dari stasiun kereta api di daerah Kotabaru, Malang.
Rara Soelistyorini ini dan Bambang Subowo bertempat tinggal di Jalan Sembada Mulya, Madiun, Jawa Timur.
e.       Rara Soelistyoningsih, beliau ini menikah dengan Kafid Yudin yang bekerja di PT. Pindad Turen, pernikahan beliau dikaruniai 2 orang anak yaitu Fernanda Listyo Kafid yang juga merupakan lulusan dari Universitas Negeri Malang pada tahun 2011. Dan putranya yang kedua bernama Robby Chafidya yang sekarang masih kuliah di Politeknik Negeri Malang. Mereka bertempat tinggal di daerah Kedok Turen Malang, Jawa Timur.
Rara Soerasmi ini cerai dengan M. Soemiran pada tahun 1968 dan menikah lagi dengan M. Giman pada tahun 1970, pernikahan beliau tidak dikaruniai seorang anak. Dan M. Giman ini meninggal pada tanggal 4 Juli 2010, dimakamkan di tempat pemakaman umum di dekat tempat tinggalnya.
  1. Raden Rara Soerastini
Lahir hari Jumat Paing tanggal 11 Agustus 1933 di Bangil dan menikah dengan M. Basoeki Soeryono yang pada saat itu merupakan pegawai dari Departemen Perdagangan Surabaya dan berputra 6 yaitu Tutik, Diniek, Tomy, Henny, Ririn, Wahyu.
Alamat beliau saat ini di Jalan Tambak Reho Gang V no. 8 Surabaya.

B.       Alasan tidak Diberlakukannya Gelar Bangsawan pada Keturunan Raden Soemodihardjo.
Gelar kebangsawanan biasanya adalah penanda ikatan darah atau keturunan dengan keraton berdasarkan posisi dalam trahnya, atau bentuk penghargaan yang diberikan raja terhadap orang - orang yang memang dianggap berjasa atau memiliki kontribusi terhadap keraton. Namun gelar kebangsawanan ini tidak menjamin sesorang untuk mendapatkan warisan dan materi lainnya, maka seharusnya pula tidak ada kepentingan materi di dalamnya.
Sejarahnya adalah gelar kebangsawanan pada umumnya diberikan kepada masyarakat keraton dan orang - orang di luar keraton yang dianggap berjasa kepada keraton. Seorang raja Mataram biasanya memiliki beberapa rang istri atau selir dan seorang permaisuri atau ratu. Dari beberapa istri inilah raja tersebut memeperoleh banyak anak laki - laki dan perempuan, dimana salah satu anak laki - lakinya akan meneruskan tahtanya dan diberi gelar putra mahkota. Sistem pergantian kekuasaan yang diterapkan biasanya adalah primogenitur lelaki, dimana anak lelaki tertua dari permaisuri berada di urutan teratas disusul kemudian oleh anak lelaki permaisuri lainnya dan setelah itu anak lelaki dari para selir.
Seperti halnya pada keluarga Raden Soemodihardjo ini, gelar kebangsawanan dari keluarga Raden Soemodihardjo ini hanya sampai pada cucu - cucu beliau yang berasal dari 4 orang istri tersebut.
Menurut dari narasumber yang penulis wawancarai yaitu Rara Soerasmi, alasan pemberian gelar hanya sampai pada cucu Raden Soemodihardjo  karena tidak mau adanya perbedaan. Tidak mau adanya perbedaan dalam artian sekarang sudah zaman teknologi yang serba modern, mereka berpikir bahwa nanti kalau sudah sekolah anak - anak atau cucu - cucunya dijauhi oleh teman - temannya, mereka dikucilkan dan takut adanya dampak negatif dari psikologi anak tersebut.
Alasan yang kedua menurut canggah dari R. Soemodihardjo yang tidak diberi gelar tersebut adalah karena mereka berpikiran masih belum pantas mendapatkan gelar tersebut, mereka beranggapan bahwa mereka tidak melakukan apa - apa untuk keraton atau untuk bangsanya. Jadi disnilah faktor mereka tidak menggunakan gelar bangsawan tersebut.
Alasan yang ketiga adalah mereka yang tidak diberi gelar tersebut merasa belum pantas untuk dijadikan panutan atau dihormati karena masih banyak orang - orang di luar sana yang lebih layak dan lebih pantas untuk dihormati dan diberi gelar kebangsawanan. Dan zaman sekarang ini banyak sekali orang - orang yang bukan kerurunan dari keraton, tetapi malah diberi gelar kebangsawanan tersebut. Seperti artis - artis ibukota yaitu Manohara Odelia Pinot dan yang baru baru ini adalah Julia Perez. Penulis tidak tahu menahu alasannya mengapa mereka diberi gelar kebangsawanan tersebut.
Pemberian gelar tersebut tidak semata mata hanya diberikan begitu saja kepada keturunan bangsawan. Tetapi mempunyai tugas yang sangat berat, yaitu sebagai panutan oleh warga sekitar. Dan pemberian gelar bangsawan itu ada tata caranya dan sedikit rumit dalam pemberiannya.




A.    Kesimpulan
Dalam keluarga Raden Soemodihardjo ini banyak sekali berkah, seperti anak beliau yang banyak sekali yaitu 27 orang. Dan ada juga dukanya, yaitu dari ke-27 anak dari Raden Soemodihardjo ini banyak diantara mereka yang meninggal dalam usia yang masih sangat muda. Duka yang sangat mendalam yang dialami Raden Soemodihardjo adalah istri beliau meninggal dan hingga akhirnya beliau menikah sebanyak 4 kali.

B.     Saran
Setiap manusia pasti akan meninggal, kita tidak boleh menentang takdir tentang hal itu. Dalam kehidupan keluarga pasti ada permasalahan - permasalahan yang dihadapi, kita mengahdapi permasalahan tersebut harus dengan sabar dan tidak boleh mengeluh atas keadaan. Dan bagi para keturunan dari bangsawan kita tidak boleh menuntut kepada nenek atau kakek kita untuk diberikan gelar bangsawan tersebut. Mungkin mereka mempunyai pandangan lain terhadap diri kita, pantas atau tidaknya kita diberi gelar bangsawan tersebut.



DAFTAR RUJUKAN

Supartini, Y. 2004. Buku Ajar Keperawatan Anak. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Raden Rara Soerasmi. 83 tahun. Desa Kedok Turen, Malang, Jawa Timur. 25 Novemebr 2013, di kediaman Rara Sulistyoningsih.

Rara Sulistyoningsih. 49 tahun. Desa Kedok Turen Malang, Jawa Timur 25 November 2013, di kediaman rumah Rara Sulistyoningsih.

Akhmad Farid. 35 tahun. Jalan Kolonel Sugiono, Malang. 1 Desember 2013, di kediaman rumah Akmad Farid.




LAMPIRAN

A.      Hasil Wawancara
Pertanyaan terkait wawancara
Narasumber 1
Nama                               : Raden Rara Soerasmi ( cucu dari R.    Soemodihardjo )
Hari /  Tanggal                 : Senin, 25 November 2013
Umur                                : 83
Alamat                             : Desa Kedok Turen Malang, Jawa Timur
Pekerjaan                          : -
Tempat wawancara          : di kediaman Rara Sulistyoningsih
  1. Bagaimana silsilah keluarga Raden Soemodihardjo mbah ?
Kyai Tumenggung Poeponegoro merupakan eyang buyut dari Raden Soemodihardjo. Dan Kyai Tumenggung Poesponegoro ini menikah dengan seorang putri Keraton Solo ( Mataram ) dan mempunyai seorang putra yang bernama Dayeng Sareyan.
Dayeng Sareyan adalah seorang senapatinya Trunojoyo. Dan mempunyai anak laki laki yang bernama Raden Soemowito. Raden Soemowito mempunyai anak yang bernama Raden Ajeng Taroem dan mempunyai putra laki laki yang setelah dewasa bernama Kyai Soemodiwongso. Kyai Soemodiwongso mempunyai lima putra yaitu Raden Soemodiwiryo, Raden Soemowikromo, Raden Ajeng Basinah, Raden Ajeng Basiroh, Raden Ajeng Cempluk
Putra yang kedua dari Kyai Soemodiwongso adalah Raden Soemowikromo, Raden Soemowikromo ini wafat di Blitar, Jawa Timur juga pada tanggal 13 Agustus 1887 hari Senin Legi pukul 23.00. Beliau mempunyai putra 5 orang yaitu Raden Sarpat ( Raden Soemodihardjo ), Raden Ajeng Asniah ( wafat ), Raden Ajeng Asmi ( wafat ), Raden Ajeng Asim ( Raden Soemodiputro ),  dan yang terakhir adalah Raden Asaan ( Raden Soemowardoyo ).
Raden Soemodihardjo dilahirkan di Desa Sentong ( Kunden ) Blitar, Jawa Timur pada hari Jumat Kliwon pada tanggal 29 April 1856. Raden Soemodihardjo wafat


pada hari Selasa Paing ( menurut tanggalan jawa ) tanggal 17 September 1946 pukul 23.30 di Lumajang dalam usia 90 tahun. Raden Soemodiharjo mempunyai isteri 4 orang.
  1. Berapa anak dari Raden Soemodihardjo mbah ?
Dari ke-4 istri Raden Soemodihardjo ini mempunyai anak yang banyak, yaitu berjumlah 27 orang anak. Anak anaknya yaitu R. Soetomo Satimin, Raden Rara Soertiyatoen, Raden Moerdjadi, Raden Soekriyan alias Djoyokoesoemo, Raden Samenoen alias Soemosastro, Raden Rara Soepinah dan Raden Rara Soepiyah, Raden Soekalpa, Raden Soedarsono alias Sosrodarsono, Raden Rara Soemoharti, Raden Soedomo alias Soemohardjo Noer Soedomo, Raden Soeseloardjo, Raden Soerya, Raden Rara Soeyarti, Raden Soediarto, Raden Rara Soediarti, Raden Moehammad Soedihardjo, Raden Soediongko, Raden Rara Soediari, Raden Soediadji, Raden Rara Soediasih, Raden Soedihardjono, Rara Soediasri, Rara Soekarsi, Raden Lasiyono, Raden Rara Wiloejengsih alias Soerasmi, Raden Rara Soerasti
  1. Apa pekerjaan yang pernah digeluti oleh Raden Soemodihardjo mbah ?
tanggal 9 Agustus 1882 menjabat sebagai manteri guru di Turen, Malang, Jawa Timur. Tanggal 13 Oktober 1885 menjabat sebagai manteri guru tetapi di daerah Pasuruan, Jawa Timur. Pada tanggal 22 Desember 1890 beliau tetap menjabat sebagai manteri guru di daerah Grati, Pasuruan, Jawa Timur. Kemudian pada tanggal 20 Oktober 1902 beliau menjabat di manteri guru di Kaliondo, Surabaya, Jawa Timur. Setelah itu beliau juga tetap menjabat sebagai manteri guru di daerah kraksaan, Lumajang, Jawa Timur pada tanggal 23 November 1907, tanggal 11 Oktober 1918 beliau menjabat sebagai manteri guru juga di daerah Bayeman Pasuruan, Jawa Timur. Pada tanggal 2 September 1921 beliau pensiun sebagai manteri guru dengan Beslit No. 30548 tanggal 10 Agustus 1921, selanjutnya menetap di Gocekan, Pasuruan, Jawa Timur. Dan yang terakhir ini tidak diketahui tanggalnya, tapi pada tahun 1927 Raden Soemodihardjo ini diangkat lagi menjadi seorang manteri guru parkikelir di sekolah P.G.B di Kampung Baru Bangil sampai pada tahun 1932

Narasumber 2
Nama                               : Rara Sulistyoningsih ( cicit dari Raden    Soemodihardjo )
Hari /  Tanggal                 : Senin, 25 November 2013
Umur                                : 49
Alamat                             : Desa Kedok Turen Malang, Jawa Timur
Pekerjaan                          : Ibu Rumah Tangga
Tempat wawancara          : di kediaman Rara Sulistyoningsih
  1. Dari 27 anak dari Raden Soermodihardjo, silsilah dari keluarga manakah yang mbak ketahui ?
Raden Rara Soerasmi ini menikah dengan M. Sumiran pada tahun 1950 dikaruniai 5 orang anak yaitu
Raden Sukrawinarna, menikah dengan Artiningsih dengan dikaruniai 2 anak yaitu yang bernama Zainal Arifin, dan yang kedua bernama Choirul Anwar. Nyonya Artiningsih kemudian meninggal dunia pada tahun 1998 karena sakit keras. Beliau meninggal di Rumah Sakit Islam Aisyiah dan dimakamkan di tempat pemakaman umum yang terletak di daerah Mergan, Malang.
Kemudian Raden Sukrawinarna ini menikah lagi pada tahun 2000 dengan Win Gagas Nunut Ernawati dan dikaruniai seorang anak yang bernama Rizki Pratama yang sekarang masih duduk di bangku sekolah dasar di SDN Tanjungrejo 3, Malang kelas 6. Raden Sukrawinarna ini sekarang bekerja sebagai letter stempel yang merupakan warisan dari M. Sumiran ( suami pertama dari rara Soerasmi ), dan istrinya sekarang membuka seperti kedai makanan dan aneka jus di rumahnya yang bertempat tinggal di jalan Terusan Mergan Raya Gang 19.  
Rara Soelistyiowati  lahir di Turen Malang pada tanggal 15 September 1955 dan menikah dengan Ach. Salam yang berasal dari daerah Tumpang yang lahir pada tanggal 11 September 1948, Kabupaten Malang. Dari pernikahan ini beliau dikaruniai 5 orang anak yaitu Luluk Maria Ulfa, lahir pada tanggal 26 Februari 1974 dan menikah dengan Khusnul Yaqin pada tanggal 26 Agustus 2013. Luluk Maria Ulfa ini membuka tempat belajar di rumahnya yaitu di Jalan Terusan Mergan Raya, jumlah muridnya saat ini berjumlah 94 orang. Dan Khusnul Yaqin ini membuka sebuah ruko seperti semacam Indomaret di daerah Perumahan Mutiara Jingga, Tunggulwulung. Akmad Farid Fauzi yang lahir pada tanggal 18 Maret 1978, dan sudah menikah dengan Nurul Muafida pada tahun 2012 dan dikaruniai seorang putri cantik yang bernama Annisa Faikha Sakhi Az-Zahra yang masih berumur 8 bulan. Mereka sekarang bertempat tinggal di Jalan Kolonel Sugiono Gang 5, Malang. Akhmad Farid Fauzi bekerja sebagai guru agama di STM PGRI 1 Singosari, dan istrinya Nurul Muafida juga bekerja di tempat yang sama sebagai guru bahasa inggris dan juga sebagi Wakil Kemahasiswaan di sekolahnya Zaikatul Lailiyah, yang lahir pada tanggal 28 Maret 1980 dan menikah dengan Edi Cahyono yang sekarang bekerja sebagai guru Bahasa Indonesia di SDN Tanjungrejo 3, dan dari pernikahan ini dikaruniai seorang putera yang bernama Fauzan Cahyono yang masih berumu 1 tahun 3 bulan. Nur Hidayat, lahir pada tanggal 24 Juni 1983 dan belum menikah. Muhammad Nashrulloh, lahir 6 Juli 1994. Rara Soelistyiowati meninggal pada tanggal 15 September 2010 dimakamkan di tempat pemakaman umum di dekat pemakaman dari Nyonya Artiningsih ( istri pertama Raden Sukrawinarna ).
Raden Soekrowinoto, menikah dengan Sri dan dikaruniai seorang anak yang bernama Andi Yuni Rachman. Dan Andi Yuni Rachman ini sudah menikah dengan Eva. Mereka berdua dan putrinya bertempat tinggal di daerah Kian, Jawa Timur.
Rara Soelistyorini beliau ini menikah dengan Bambang Subowo yang merupakan pensuinan masinis kereta api. Beliau menikah dengan dikaruniai 2 orang anak yang bernama Dodik Subowo dan Roni Hari Prabowo. Rara Soelistyorini ini dan Bambang Subowo bertempat tinggal di Jalan Sembada Mulya, Madiun, Jawa Timur.

Narasumber 3
Nama                               : Akhmad Farid Fauzi  ( canggah dari Raden    Soemodihardjo )
Hari /  Tanggal                 : Minggu, 1 Desember 2013
Umur                                : 35
Alamat                             : Kolonel Sugiono Gang 5 Malang, Jawa Timur
Pekerjaan                          : Guru Agama di STM PGRI Singosari
Tempat wawancara          : di kediaman Akhmad Farid Fauzi
  1. Bagaimana menurut sampean tentang tidak diberikan gelar bangsawan kepada sampean mas ?
Aku menganggap masih belum pantas mendapatkan gelar tersebut, mereka beranggapan bahwa mereka tidak melakukan apa - apa untuk keraton atau untuk bangsanya. Dan yang tidak diberi gelar merasa belum pantas untuk dijadikan panutan atau dihormati karena masih banyak orang - orang di luar sana yang lebih layak dan lebih pantas untuk dihormati dan diberi gelar kebangsawanan.

B.     Dokumen - dokumen yang relevan




b.1.  Foto Raden Soemodihardjo




          b.2. Foto Ibu Manisih (istri dari Raden Soemodihardjo)



b.3. Kebersamaan Ibu Manisih dengan putra - putrinya


b.4. Foto M. Soemiran (sebelah kiri)  suami Raden Rara Wilujengsih yang pertama bersama putra putrinya dan cucunya

b.5. Foto Ibu Maniasih (tengah) dengan Raden Rara Wilujengsih (kanan)


b.6. Foto Raden Rara Wilujengsih alias Soerasmi


b.7. Foto M. Giman ( suami ke-2 dari Raden Rara Wilujengsih )

 
b.7. Foto Bersama R. Soemodihardjo (tengah)
dan Ibu Maniasih (kanan) beserta putra putrinya

b.8. Foto Ach. Salam ( suami Rr. Sulistyowati )
dengan putra bungsunya M.Nashrulloh
b.9. Foto Rr Sulistyowati saat menikah dengan Ach Salam

B.10. Foto KTP Rr. Sulistyowati

b.11. Foto Rr Sulistyowati (kanan) saat dengan temannya


b.12. Foto Rr. Sulistyorini saat menikah dengan Bambang Subowo


b.13. Foto Raden Rara Wilujengsih saat
menggendong cucunya M. Nashrulloh

sepatu orthopadi orthoshoping.com sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita kelainan kaki pada balita arrow
Ads orthoshop info

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.