sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
Yen sira kasinungan ngelmu kang marakake akeh wong seneng, aja sira malah rumangsa pinter, jalaran menawa Gusti mundhut bali ngelmu kang marakake sira kaloka iku, sira uga banjur kaya wong sejene, malah bisa aji godhong jati aking.(Bila anda mendapat anugrah ilmu yang membuat banyak orang senang, janganlah kamu merasa pintar, sebab apabila Tuhan mengambil lagi ilmu yang menyebabkan anda terkenal itu, anda akan menjadi orang biasa lagi, malah lebih bermanfaat daun yang kering)
Tuesday, January 8, 2019
sejarah dan perjuangan keluarga bapak Sutrisno untuk mendapatkan pendidikan serta pekerjaan yang layak
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
SEJARAH DAN PERJUANGAN KELUARGA BAPAK SUTRISNO
UNTUK MENDAPATKAN PENDIDIKAN
SERTA PEKERJAAN YANG LAYAK
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pengantar Ilmu Sejarah
Yang dibina oleh Prof. Dr. Hariyono, M. Pd
dan Ibu Indah W. P. Utami S. Pd., S. Hum., M. Pd
Oleh
Rida Anggita Nurtrisna
130732607179
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
PROGRAM STUDI S1 ILMU SEJARAH
November 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan kasih‐Nya, atas anugerah hidup dan kesehatan yang telah kami terima, serta petunjuk‐Nya sehingga memberikan kemampuan dan kemudahan bagi saya dalam penyusunan historiografi sejarah keluarga ini.
Didalam makalah ini saya menyajikan topik “Sejarah Unik Pendidikan Keluarga Bapak Sutrisno”. Dimana didalam topik tersebut ada beberapa hal yang bisa kita pelajari khususnya pengetahuan tentang historiografi mengenai sejarah pendidikan keluarga saya.
Saya menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman saya tentang sejarah pendidikan keluarga, menjadikan keterbatasan pula untuk memberikan penjabaran yang lebih dalam tentang masalah ini, kiranya mohon dimaklumi apabila masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan historiografi ini.
Harapan saya, semoga penyusunan historiografi ini membawa manfaat bagi kita, setidaknya untuk sekedar membuka cakrawala berpikir kita tentang bagaimana merancang sebuah historiografi sejarah.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Indah W.P. Utami, S.pd.,S.Hum, M.Pd, selaku Dosen Pengantar Ilmu Sejarah, atas bimbingan dan dukungannya, serta untuk teman‐teman atas kerja samanya.
Malang, 8 Desember 2013
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 2
C. Tujuan................................................................................................. 2
D. Metode Penelitian............................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Riwayat Pendidikan Keluarga Bapak Sutrisno.................................. 5
B. Sejarah dan Perjuangan Keluarga untuk Mendapatkan Pendidikan
Yang Layak dan Mencari Pekerjaan................................................... 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................... 12
B. Saran................................................................................................... 12
DAFTAR RUJUKAN...................................................................................... 13
LAMPIRAN...................................................................................................... 18
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Bailon & Maglaya).
Tidak ada manusia yang bisa melepaskan diri dari sejarah, setiap manusia dipengaruhi atau bahkan mempengaruhi sejarah keluarganya. Berapa banyak kita mengetahui sejarah Indonesia bahkan dunia tetapi kebanyakan orang tidak mengetahui bagaimana sejarah keluarganya. Persiapan-persiapan yang dialami keluarga memberi arah tertentu pada perjalanan hidup para individu dan para orang tua mengkondisikan anak-anak sedemikian rupa, sehingga kelak mereka mampu melakukan pekerjaan sesuai dengan bidangnya (Ihromi, 1999:285).
Pendidikan adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya perubahan sejarah keluarga. Terjadinya perubahan tersebut melaui berbagai proses. Dalam historiografi sejarah keluarga ini, menjelaskan bagaimana riwayat pendidikan keluarga dan proses serta perjuangan keluarga untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan menggunakan pendidikan tersebut untuk mencari pekerjaan. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk merubah keadaan yang dulunya terbelakang karena tak berpendidikan. Dengan pendidikan, orang setidaknya mempunyai bekal untuk kehidupan yang akan datang dan bisa dijadikan jaminan untuk hidup di masa akan datang.
Pendidikan tidak ada batasnya baik ekonomi, umur, maupun keadaan yang tidak mendukung. Pendidikan dijadikan sebuah pengetahuan yang berharga dan pendidikan tersebut pasti berguna untuk sekarang dan bisa dijadikan untuk mancari nafkah. Yang penting adalah kemauan dari diri sendiri untuk menjadi lebih baik yang tidak terbelakang dan dikalahkan oleh keadaan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana riwayat pendidikan keluarga bapak Sutrisno?
2. Bagaimana sejarah dan perjuangan keluarga untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan mencari pekerjaan?
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan riwayat pendidikan keluarga bapak Sutrisno.
2. Mendeskripsikan sejarah dan perjuangan keluarga untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan mencari pekerjaan.
D. Metode
1. Pemilihan Topik
Penulis memilih topik yang berjudul “Sejarah Unik Pendidikan Keluarga Bapak Sutrisno”, karena penulis ingin menceritakan bagaimana pendidikan keluarga ini dan bagaimana perjuangan yang dilakukan untuk bisa mendapatkan pendidikan yang layak. Hal tersebut layak diangkat karena menurut penulis memiliki keunikan tersendiri. Dalam mencapai pendidikan yang layak untuk memenuhi kebutuhan, terdapat perjuangan yang sangat berharga dan berkesan bagi penulis.
2. Heuristik
Penulis menggunakan metode wawancara dengan seluruh anggota keluarga pak Sutrisno dan juga diperoleh dengan mengumpulkan data dari internet, mengumpulkan data yang diinginkan penulis melalui dokumen-dokumen, ijazah pendidikan keluarga, serta foto-foto keluarga. Data tersebut digunakan sebagai pembanding dari hasil wawancara.
3. Verifikasi (Kritik Sumber)
a. Kritik Eksternal
Dari sumber primer yaitu wawancara dengan para anggota keluarga yaitu Mbah Kurmi, Mbah Misdi, Mbah Parti, Pak Sutrisno, dan Ibu Siti Nurwiyati, menyatakan bahwa mereka mereka memang berpendidikan selain mbah Kurmi, sedangkan mbah Misdi dan Mbah Parti hanya sekolah sampai tingkat Sekolah Rakyat (SR) apabila sekarang SD. Mbah Misdi dan Mbah Parti tidak sampai lulus sekolah SR karena tidak ada biaya. Tetapi pada tahun 1980-an mbah Misdi mengambil paket untuk memiliki ijazah sekolah. Ketiadaan bukti seperti ijazah karena hilang sudah terlalu lama menjadikan keterangan pada hasil wawancara tersebut masih dipertanyakan. Sedangkan pak Sutrisno bersekolah sampai tingkat SMK, sedangkan Ibu Siti Nurwiyati sampai sarjana. Dibuktikan dengan ijazahnya yang masih asli dan ada hingga sekarang.
b. Kritik Internal
Dari wawancara serta pengumpulan dokumen-dokumen seperti ijazah sekolah para anggota keluarga, masuk akal jika mereka menyatakan pernah sekolah dan mengenyam bangku pendidikan. Dan masuk akal jika mereka pada waktu itu tidak berpendidikan atau hanya berpendidikan rendah karena keadaan ekonomi, yang pekerjaan orang tua jaman dulu hanya tani dan buruh. Dan apabila ada yang sampai sarjana itu dengan usaha dan pengorbanan yang luar biasa. Seperti Ibu Siti yang bekerja dulu sampai pada tahun 2006 baru bisa melanjutkan sekolahnya tingkat diploma dan sarjana dengan uang dan usahanya sendiri. Dibuktikan dengan tanggal ijazah diploma dan sarjana yang terpaut jauh dengan tanggal ijazah SMA.
4. Interpretasi
Dari data-data atau fakta-fakta yang saya dapat melalui wawancara, baik dengan sumber primer maupun sumber sekunder dapat saya interpretasikan bahwa, pendidikan pada masa mbah Misdi, mbah Parti, mbah Kurmi masih sangat rendah, karena pada masa tersebut masih pada masa penjajahan, yang dapat bersekolah hanya orang-orang keturunan bangsawan. Namun dengan pendidikan yang rendah mereka bisa menyekolahkan anak mereka dan bisa menafkahi keluarga. Seperti pak Sutrisno yaitu anak dari Mbah Kurmi bisa sekolah sampai tingkat SMK dan sekarang bekerja dibidang bangunan. Sedangkan ibu Siti Nurwiyati yang merupakan anak dari mbah Misdi dan Mbah Parti bisa sekolah sampai tingkat sarjana dan bekerja sebagai guru. Dan sekarang anak dari Pak Sutrisno dan Ibu Siti Nurwiyati juga bisa bersekolah di Universitas Negeri. Hal tersebut dibuktikan dengan ijazah yang dimiliki yang masih asli dan masih ada hingga sekarang.
Hal tersebut penulis berpendapat bahwa pendidikan itu tidak ada batasnya termasuk umur dan keadaan ekonomi, dan tidak ada pendidikan yang terlambat karena sudah dibuktikan oleh mbah Kurmi, mbah Parti, Mbah Misdi yang bisa menyekolahkan anaknya walaupun keadaan ekonomi mereka kurang. Dan bu Siti yang masih meneruskan pendidikannya pada usia hampir 40 tahun.
5. Historiografi
Dalam historiografi penulis memulai dengan Bab I yaitu pendahuluan, pendahuluan ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan serta metode-metode sejarah. Kemudian dilanjutkan pada Bab II yaitu pembahasan, pembahasan ini merupakan inti makalah, tepatnya jawaban dari rumusna masalah yang akan dibahas lebih detail mengenai historiografi ini. Dan yang terakhir Bab III penutup yaitu berisi kesimpulan dan saran dari pembahasan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Riwayat Pendidikan Keluarga Bapak Sutrisno
a. Silsilah Keluarga 3 keturunan
Alm. Sukarno |
Parti |
Misdi |
Kurmi |
Sutrisno |
Siti Nurwiyati |
Rida Anggita Nurtrisna |
b. Riwayat Pendidikan Alm. Mbah Sukarno
Mbah Sukarno lahir pada tanggal 11 Maret 1917 di Pacitan. Beliau pernah bersekolah di Sekolah Rakyat (SR) pada zaman penjajahan. Pada waktu itu sekolah SR sangat diminati karena cenderung menerima anak dari semua kalangan, karena pada waktu itu pendidikan adalah sesuatu yang sangat mahal dan hanya orang keturunan bangsawan yang bisa bersekolah. Mbah Karno mengikuti pendidikan tersebut hanya sampai kelas 2 SR karena ketiadaan biaya dan mungkin terjadi banyak gangguan, karena masih dalam masa penjajahan. Pada waktu itu masyarakat pribumi sangat dibatasi dalam belajar oleh para penjajah, karena ditakutkan akan muncul para cendekiawan dan hal tersebut mendorong terjadi perlawanan terhadap pemerintahan Belanda.
c. Riwayat pendidikan Mbah Kurmi
Mbah Kurmi adalah istri dari Alm. mbah Sukarno. Beliau lahir pada tanggal 28 November 1927 di Pacitan. Beliau tidak pernah mengenyam bangku sekolah, karena pada zaman dahulu anak perempuan tidak wajib untuk sekolah, yang disekolahkan hanya anak laki-laki dan anak perempuan tugasnya mengurus adik-adiknya.
d. Riwayat pendidikan Mbah Misdi
Mbah Misdi lahir pada tanggal 16 Juli 1937 di Pacitan. Beliau pernah bersekolah di Sekolah Rakyat (SR) dan lulus sampai kelas 6 SR, tetapi pada waktu itu ijazah SR tidak ada, lalu pada tahun 1986 mengikuti ujian persamaan SD dan mendapatkan surat keterangan lulus yang sederajat dengan sekolah dasar. Pada tahun 1996, mbah Misdi mengikuti Program Kejar Paket B sederajat dengan SMP.
e. Riwayat pendidikan Mbah Parti
Mbah Parti lahir pada tanggal 24 Desember 1944 di Pacitan. Beliau pernah bersekolah di Sekolah Rakyat namun hanya sampai kelas 2 SR. Dari sekolah tersebut beliau memperoleh ilmu hitung dan membaca.
f. Riwayat pendidikan Bapak Sutrisno
Pak Sutrisno adalah anak dari Alm. Mbah Sukarno dan Mbah Kurmi yang lahir pada tanggal 26 April 1962 di Pacitan. Beliau lulus sekolah dasar SDN Borang 1 pada tahun 1975. Setelah lulus dari SD meneruskan sekolah di SMP PGRI Arjosari dan lulus pada tahun 1979. SMP PGRI tersebut sekarang sudah tidak ada karena di ganti dengan SMPN 1 Arjosari. Setelah lulus dari SMP meneruskan di Sekolah Teknologi Menengah (STM) Bina Karya jurusan mesin umum. Sekolah tersebut adalah swasta karena pada zaman dulu sekolah swasta lebih murah dibanding sekolah negeri. Bapak lulus pada tahun 1982. Dan setelah lulus bekerja sebagai perantauan.
g. Riwayat pendidikan Ibu Siti Nurwiyati
Bu Siti adalah anak dari Mbah Misdi dan Mbah Parti yang lahir pada tanggal 31 Agustus 1968 di Pacitan. Beliau lulus Sekolah Dasar Negeri Borang 1 pada tahun 1981. Setelah lulus dari SD meneruskan sekolah di SMPN 1 Arjosari dan lulus pada tahun 1984 sebagai lulusan pertama. Setelah lulus dari SMP meneruskan ke SMA Muhammadiyah Pacitan dan lulus pada tahun 1987. Setelah itu perjalanan sekolah terhenti, Baru meneruskan sekolah kembali yaitu Diploma pada tahun 2006 di Universitas Adi Buana Surabaya jurusan PGTK. Tahun 2008 meneruskan S1 di Universitas Terbuka jurusan PG-PAUD lulus tahun 2012.
h. Riwayat pendidikan Rida Anggita Nurtrisna
Saya adalah anak dari bapak Sutrisno dan Ibu Siti Nurwiyati. Lahir pada tanggal 04 Juli 1995. Saya memulai bangku sekolah di TK Ngesti Putra dan lulus pada tahun 2001. Setelah dari TK saya melanjutkan sekolah di SDN Borang 1 dan lulus pada tahun 2007. Setelah lulus SD saya melanjutkan sekolah ke SMPN 1 Arjosari dan lulus tahun 2010. Lulus dari SMP saya melanjutkan ke Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Pacitan, satu-satunya Madrasah Aliyah yang negeri di Pacitan. Lulus MAN tahun 2013. Lulus dari MAN saya melanjutkan ke Perguruan Tinggi Negeri yaitu Universitas Negeri Malang pada tahun 2013 jurusan Ilmu Sejarah baru mulai berjalan 1 semester.
B. Sejarah dan Perjuangan Keluarga untuk Mendapatkan Pendidikan yang Layak dan Mencari Pekerjaan
Alm. Mbah Sukarno harus rela hanya bersekolah hingga kelas 2 SR dikarenakan ketiadaan biaya. Walaupun begitu pada saat dewasa, ia diajak seseorang untuk bekerja sebagai kuli ratan atau sekarang Bina Marga. Pada saat itu hanya dengan pendidikan yang rendah terpaksa bekerja sesuai dengan kemampuannya yaitu bekerja menggunakan tenaga dan gajinya pun masih sangat minim. Setelah berpuluh-puluh tahun bekerja sebagai kuli ratan, beliau diangkat sebagai pegawai negeri atas jasanya tersebut, dan membiayai sekolah anak-anaknya serta biaya hidup sehari-hari dengan gajinya sebagi kuli ratan. Setelah meninggal, beliau mendapatkan uang pensiunan dan diberikan kepada istrinya mbah Kurmi. Uang pensiunan tersebut masih mengalir sampai sekarang untuk biaya hidup sehari-hari.
Istri mbah Karno yaitu mbah Kurmi dulunya tidak sekolah. Karena saudaranya banyak dan dia anak perempuan jadi sekolah bagi orang zaman dulu tidak penting, mbah Kurmi diminta mengurus dan merawat adik-adiknya di rumah (momong), yang disekolahkan hanya anak laki-laki yang nantinya menjadi tulang punggung keluarga. Karena tidak mengenyam pendidikan Mbah Kurmi tidak bisa membaca dan berhitung (buta huruf), tetapi jika menghitung uang dan membaca jam masih bisa, bacaan sholat hanya berupa hafalan. Tetapi dengan keadaan yang seperti itu Mbah Kurmi dan Mbah Karno bahu membahu bekerja untuk menyekolahkan anak-anaknya untuk jangan seperti mereka.
Pak Sutrisno adalah anak ke-5 dari 6 bersaudara pasangan Mbah Karno dan mbah Kurmi. Untuk sekolah sampai tingkat Sekolah Teknologi Menengah dibutuhkan perjuangan yang sangat luar biasa. Setiap hari sesudah sekolah, membantu Mbah Kurmi membuat minyak kelapa, jika hasil dari minyak kelapa tersebut tidak segera dijual mereka belum bisa makan. Jarak sekolah dan rumah sangat jauh, dan kendaraan pada waktu itu masih belum banyak dan terpaksa kos, jadi harus hidup serba terbatas. Setelah lulus bapak merantau ke Batam untuk mendapatkan pekerjaan sebagai tukang bangunan. Ada yang unik dari fakta di atas, yaitu sekolah lulus jurusan teknik mesin umum tetapi setelah lulus bekerja di bidang bangunan. Mengapa demikian? Karena pada waktu itu lapangan pekerjaan yang tersedia banyak di bidang bangunan. Walaupun beda jalur dengan studi pada waktu STM tetapi bisa menghasilkan uang dengan pekerjaan bangunan tersebut. Sampai sekarang untuk menafkahi keluarga, masih mengandalkan dengan penghasilan dari kerja bangunan tersebut.
Pak Sutrisno menikah dengan ibu Siti Nurwiyati yaitu anak dari Mbah Misdi dan Mbah Parti. Rumah mbah Misdi dan Alm. Mbah Sukarno berdekatan, jadi sering disebut menikah dengan tetangga sendiri. Mbah Misdi bersekolah sampai lulus SD dan Kejar Paket B. Tetapi untuk mendapatkan ijazah tersebut membutuhkan waktu yang lama, karena kendala biaya dan keadaan. Mbah Misdi mungkin salah seorang yang beruntung karena mempunyai ijazah sampai tingkat SMP karena pada waktu itu sangat langka dan jarang sekali yang mampu bersekolah sampai tingkat tersebut. Mbah Misdi tidak menyianyiakan keberuntungan tersebut, dengan tingkat pendidikan tersebut beliau mencalonkan menjadi perangkat desa yaitu pembantu kepala dusun dan digaji dengan tanah sawah. Gaji tersebut sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan mampu menyekolahkan anak-anaknya.
Mbah Parti adalah istri dari Mbah Misdi. Pendidikan mbah Parti yang rendah berpengaruh bagi kehidupannya. Walaupun hanya bersekolah sampai kelas 2 SR, tetapi untuk baca, tulis, hitung sudah mampu dikuasai, jadi pendidikan serendah apapun masih bermanfaat. Untuk menyekolahkan anak, mbah Parti membuat minyak kelapa dan dijual di pasar. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan menyekolahkan anak-anaknya, mbah Parti memanfaatkan ilmu baca,tulis, hitung yang beliau peroleh dari sekolah untuk membuat usaha dagang. Sampai sekarang usahanya tersebut masih berjalan.
Ibu Siti Nurwiyati adalah anak terakhir dari 6 bersaudara pasangan Mbah Misdi dan Mbah Parti. Orang tua beliau hanya mampu menyekolahkan sampai SMA. Untuk membiayai sekolah dari SD sampai SMA bu Siti membantu mbah Parti untuk mendapatkan uang dengan cara menjual blondo yaitu sari/amapas minyak kelapa untuk dijual ke pedagang kantin sekolah. Uang jajan didapatkan dari hasil menjual blondo tersebut. Setelah lulus dari SMA tahun 1988 beliau di minta tenaganya untuk mengajar di TK Ngesti Putra Borang dekat rumah karena kekurangan tenaga pendidik. Beliau tidak meneruskan sekolah sampai perguruan tinggi karena tidak ada biaya. Mulanya beliau tidak menyanggupi, karena tidak berpendidikan tinggi dan tidak memenuhi kualifikasi sebagai guru. Pada waktu itu kebanyakan orang tidak tertarik menjadi guru krena gajinya masih sangat minim. Bu Siti mengambil tawaran tersebut karena adanya panggilan hati dan daripada menganggur di rumah lebih baik mengajar anak-anak TK sebagai sebuah pengalaman. Tahun 1990 beliau mengundurkan diri dari TK dan pergi merantau, dan kembali lagi serta diminta lagi menjadi tenaga pendidik sampai pada tahun 1998 pada waktu Rida Anggita Nurtrisna lahir. Pada tahun 2001 tercatat jadi database tenaga sukwan honor daerah. Selama tahun 2001-2007 tes CPNS. Pada tahun 2006, mendaftarkan sekolah agar ijazahnya relevan dengan apa yang dibutuhkan untuk menjadi tenaga pendidik/guru di Universitas Adi Buana Surabaya program diploma jurusan PGTK. Lulus CPNS dan diangkat jadi PNS tahun 2008. Tahun 2008 meneruskan sekolah di Universitas Terbuka program S1 jurusan PG-PAUD dan lulus pada tahun 2012. Setelah itu didata penjaringan Sertifikasi Guru pada rahun 2013 dan lulus. Yang membiayai pendidikan diploma dan sarjana yaitu dengan biaya sendiri gaji guru dan dibiayai oleh pak Sutrisno. Disini ada yang unik dengan pendidikan bu Siti yaitu jarak antara lulus sekolah SMA dengan perguruan tinggi sangat jauh dan biasanya orang itu sekolah dulu baru bekerja, tetapi bu Siti bekerja dulu baru sekolah. Hal tersebut karena ekonomi keluarga yang tidak mendukung, dan baru diberi kesempatan setelah bekerja dan menghasilkan uang sendiri untuk biaya sekolah beliau. Setelah mendapatkan pekerjaan yang layak, digunakan untuk menyekolahkan anaknya sampai setinggi-tingginya.
Rida Anggita Nurtrisna atau saya adalah anak dari pak Sutrisno dan ibu Siti. Saya disekolahkan sampai tingkat perguruan tinggi. Dalam mencapai tingkat yang sekarang ini bukanlah hal yang mudah untuk dilalui. Dari sekolah dasar saya sudah belajar dengan keras, dan selau mendapat peringkat 1 di kelas, selalu mengikuti lomba-lomba baik akademis maupun non akademis. Setelah SMP prestasi saya merosot, karena pada waktu itu saingan belajar saya banyak, tetapi masih masuk 10 besar. Di MAN saya kembali memiliki prestasi yang bagus, selalu mendapatkan peringkat 3 besar. Untuk mencapai perguruan tinggi negeri saya mengikutu tes SBMPTN dan akhirnya lolos diterima di Universitas Negeri Malang jurusan Ilmu Sejarah. Saya adalah satu-satunya yang bisa sekolah sampai Universitas Negeri didalam keluarga saya. Dan itu suatu kebanggaan tersendiri bagi diri saya, orang tua, dan keluarga. Untuk mencapai pendidikan yang sekarang ini membutuhkan perjuangan dan pengorbanan materi maupun imateri. Bapak yang bekerja sebagai tukang bangunan dan ibu saya seorang guru bahu-membahu membiayai pendidikan saya yang itu tidak hanya sedikit. Rencana kedepannya saya ingin mengambil gelar ganda, apabila bisa dan mampu saya ingin meneruskan S2.
Dengan perjuangan tersebut tidak mengherankan jika keluarga saya atau keluarga pak Sutrisno dipandang sebagai keluarga yang berpendidikan dn dianggap sebagai keluarga yang terhormat di lingkungan sekitar saya. Jarang sekali di lingkungan rumah saya yang sampai berpendidikan di perguruan tinggi apalagi negeri. Pendidikan bagi keluarga saya sangat penting untuk merubah keadaan yang dulunya terbelakang karena tak berpendidikan. Dengan pendidikan orang setidaknya mempunyai bekal untuk kehidupan yang akan datang dan bisa dijadikan jaminan untuk hidup di masa akan datang.
Pendidikan bagi keluarga saya tidak ada batasnya baik ekonomi, umur, maupun keadaan yang tidak mendukung. Pendidikan dijadikan sebuah pengetahuan yang berharga dan pendidikan tersebut pasti berguna untuk sekarang dan bisa dijadikan untuk mancari nafkah. Yang penting adalah kemauan dari diri sendiri untuk menjadi lebih baik yang tidak terbelakang dan dikalahkan oleh keadaan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anggota keluarga bapak Sutrisno adalah keluarga yang tidak mampu, bahkan untuk kehidupan sehari-hari saja tidak mencukupi apalagi memikirkan untuk sekolah. Tetapi dengan keadaan yang seperti itu, tidak menjadikan keluarga saya terpuruk. Mereka berusaha dengan cara apapun untuk merubah keadaan dengan berusaha menyekolahkan anak-anaknya minimal lulus Sekolah Menengah Atas. Dengan harapan jika anak-anaknya sekolah setidaknya hidup mereka tidak akan seperti orang tuanya. Walaupun sudah tua jika ada kesempatan sekolah maka ambil kesempatan itu.
Pendidikan adalah sesuatu sangat penting untuk merubah keadaan yang dulunya terbelakang karena tak berpendidikan. Dengan pendidikan orang setidaknya mempunyai bekal untuk kehidupan yang akan datang dan bisa dijadikan jaminan untuk hidup di masa yang akan datang.
Pendidikan juga tidak ada batasnya baik ekonomi, umur, maupun keadaan yang tidak mendukung. Pendidikan dijadikan sebuah pengetahuan yang berharga dan pendidikan tersebut pasti berguna untuk sekarang dan bisa dijadikan untuk mancari nafkah. Yang penting adalah kemauan dari diri sendiri untuk menjadi lebih baik yang tidak terbelakang dan dikalahkan oleh keadaan.
B. Saran
Kesadaran pendidikan di Indonesia masih sangat kurang. Kebanyakan orang beralasan tidak bersekolah dan menyekolahkan anaknya karena tidak ada biaya. Padahal bantuan dari pemerintah untuk orang-orang tidak mampu untuk sekolah sangat banyak, seharusnya hal tersebut dimanfaatkan agar kualitas pendidikan di Indonesia merata dan lebih baik.
DAFTAR RUJUKAN
Ali,R.M.1963.Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia.Jakarta:Bharata.
Andry, H. 2012. tugas akhir historiografi. (Online), (http://ml.scribd.com/doc/97064119/tugas-akhir-historiografi-doc), diakses tanggal 01 Desember 2013.
Ihromi, T.O.1999. Bunga Rampai SOSIOLOGI KELUARGA. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Margianti, D. 2013. KEGAGALAN CITA-CITA PAK SUDJAK DI MASA LALU. (Online), ("http://pend-sejarah-off-b2013.blogspot.com), diakses tanggal 07 Desember 2013.
Prasetyo.T.H.2012.Metodelogi dan Historiografi Sejarah.(Online), (http://www.fkip.untag-banyuwangi.ac.id), diakses08 September 2013.
Shivana, M. D. 2012. SEJARAH DAN PROSES SADAR KEHIDUPAN KELAM ‘BUHARIA’ DI MASA LALU. (Online), (https://docs.google.com/document/d/1IPRE2yI4HAyanrYpEpNPjd3FaEsGVQYV-cLjqF9NPuE/pub), diakses tanggal 01 Desember 2013.
Utami, Indah. 2013. Beberapa contoh historiografi dengan tema sejarah keluarga. (Online), (http://belajarsejarahum.blogspot.com), diakses tanggal 01 Desember 2013.
Narasumber
1. Nama : Siti Nurwiyati
TTL : Pacitan, 31-08-1968
Pekerjaan : PNS/Guru
Status : Menikah
Alamat : RT 02, RW 01, Dsn. Krajan, Ds. Borang, Kec.Arjosari,Pacitan
2. Nama : Sutrisno
TTL : Pacitan, 24-04-1962
Pekerjaan : Tukang Bangunan
Status : Menikah
Alamat : RT 02, RW 01, Dsn. Krajan, Ds. Borang, Kec.Arjosari,Pacitan
3. Nama : Misdi
TTL : Pacitan, 16-07-1937
Pekerjaan : Perdagangan
Status : Menikah
Alamat : RT 02, RW 01, Dsn. Krajan, Ds. Borang, Kec.Arjosari,Pacitan
4. Nama : Parti
TTL : Pacitan, 24-12-1944
Pekerjaan : Perdagangan
Status : Menikah
Alamat : RT 02, RW 01, Dsn. Krajan, Ds. Borang, Kec.Arjosari,Pacitan
Hasil Wawancara
- Mbah Misdi
1. Mbah, bagaimana pendidikan anda dulu?
Jawab: saya pernah bersekolah di Sekolah Rakyat (SR) dan lulus sampai kelas 6 SR, tetapi pada waktu itu ijazah SR tidak ada, lalu pada tahun 1986 mengikuti ujian persamaan SD dan mendapatkan surat keterangan lulus yang sederajat dengan sekolah dasar. Pada tahun 1996, saya mengikuti Program Kejar Paket B sederajat dengan SMP.
2. Setelah tamat sekolah, simbah kerja apa?
Jawab: pada waktu itu saya mencalonkan menjadi perangkat desa yaitu pembantu kepala dusun dan digaji dengan tanah sawah.
- Mbah Parti
1. Mbah, bagaimana pendidikan anda dulu?
Jawab: saya pernah bersekolah di Sekolah Rakyat namun hanya sampai kelas 2 SR.
2. Jika dulu tidak lulus sekolah, bagaimana bisa baca, tulis, hitung?
Jawab: Karena sudah terbiasa menggunakan ilmu tersebut dalam kehidupan saya sebagai seorang pedagang.
- Ibu Siti Nurwiyati
1. Mak, bagaimana pendidikan anda dulu?
Jawab: Sekolah Dasar Negeri Borang 1 pada tahun 1981. Setelah lulus dari SD meneruskan sekolah di SMPN 1 Arjosari dan lulus pada tahun 1984 sebagai lulusan pertama. Setelah lulus dari SMP meneruskan ke SMA Muhammadiyah Pacitan dan lulus pada tahun 1987. Setelah itu perjalanan sekolah terhenti, Baru meneruskan sekolah kembali yaitu Diploma pada tahun 2006 di Universitas Adi Buana Surabaya jurusan PGTK. Tahun 2008 meneruskan S1 di Universitas Terbuka jurusan PG-PAUD lulus tahun 2012.
2. Mengapa jarak lulus SMA sama meneruskan perguruan tinggi berpaut waktu cukup jauh?
Jawab: karena pada waktu itu terhalang biaya. Simbah dulu tidak mampu membiayai.
3. Bagaimana kok bisa menjadi PNS/guru?
Jawab: Setelah lulus dari SMA tahun 1988 saya di minta tenaganya untuk mengajar di TK Ngesti Putra Borang dekat rumah karena kekurangan tenaga pendidik.
Pada tahun 2001 tercatat jadi database tenaga sukwan honor daerah. Selama tahun 2001-2007 tes CPNS. Pada tahun 2006, mendaftarkan sekolah agar ijazahnya relevan dengan apa yang dibutuhkan untuk menjadi tenaga pendidik/guru di Universitas Adi Buana Surabaya program diploma jurusan PGTK. Lulus CPNS dan diangkat jadi PNS tahun 2008. Tahun 2008 meneruskan sekolah di Universitas Terbuka program S1 jurusan PG-PAUD dan lulus pada tahun 2012. Setelah itu didata penjaringan Sertifikasi Guru pada rahun 2013 dan lulus.
- Bapak Sutrisno
1. Pak, bagaimana pendidikan anda dulu?
Jawab: lulus sekolah dasar SDN Borang 1 pada tahun 1975. Setelah lulus dari SD meneruskan sekolah di SMP PGRI Arjosari dan lulus pada tahun 1979. SMP PGRI tersebut sekarang sudah tidak ada karena di ganti dengan SMPN 1 Arjosari. Setelah lulus dari SMP meneruskan di Sekolah Teknologi Menengah (STM) Bina Karya jurusan mesin umum. Sekolah tersebut adalah swasta karena pada zaman dulu sekolah swasta lebih murah dibanding sekolah negeri. Bapak lulus pada tahun 1982.
2. Mengapa setelah lulus SMA kerjanya di bidang bangunan, tidak di teknik mesin umum?
Jawab: karena pada waktu itu lapangan pekerjaan yang tersedia banyak di bidang bangunan.
3. Pak, bagaimana pendidikan mbah Sukarno dulu?
Jawab: Beliau pernah bersekolah di Sekolah Rakyat (SR) pada zaman penjajahan. Mbah Karno mengikuti pendidikan tersebut hanya sampai kelas 2 SR.
4. Bagaimana bisa mbah Karno lulusan kelas 2 SR jadi Pegawai Negeri dan dapat pensiunan?
Jawab: karena atas jasanya selama berpuluh-puluh tahun bekerja sebagai kuli ratan.
5. Pak, mbah Kurmi Dulu apa pernah sekolah?
Jawab: Beliau tidak pernah mengenyam bangku sekolah, karena pada zaman dahulu anak perempuan tidak wajib untuk sekolah, yang disekolahkan hanya anak laki-laki dan anak perempuan tugasnya mengurus adik-adiknya.
LAMPIRAN
(Kartu Tanda Penduduk (KTP) keluarga)
(Ijazah TK Rida Anggita Nurtrisna)
(Ijazah SD Rida Anggita Nurtrisna)
(Ijazah SMP Rida Anggita Nurtrisna)
(Ijazah SMA Rida Anggita Nurtrisna)
(Ijazah SD ibu Siti Nurwiyati)
(Ijazah SMP ibu Siti Nurwiyati)
(Ijazah SMA ibu Siti Nurwiyati)
(Ijazah Diploma ibu Siti Nurwiyati)
(Ijazah Sarjana S1 ibu Siti Nurwiyati)
(Ijazah SD bapak Sutrisno)
(Ijazah SMP bapak Sutrisno)
(Ijazah STM bapak Sutrisno)
(Ijazah Persamaan SD mbah Misdi)
(foto Rida waktu TK) (foto mbah Kurmi)
(foto keluarga besar Alm. Mbah Sukarno)
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.