sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
Yen sira kasinungan ngelmu kang marakake akeh wong seneng, aja sira malah rumangsa pinter, jalaran menawa Gusti mundhut bali ngelmu kang marakake sira kaloka iku, sira uga banjur kaya wong sejene, malah bisa aji godhong jati aking.(Bila anda mendapat anugrah ilmu yang membuat banyak orang senang, janganlah kamu merasa pintar, sebab apabila Tuhan mengambil lagi ilmu yang menyebabkan anda terkenal itu, anda akan menjadi orang biasa lagi, malah lebih bermanfaat daun yang kering)
Wednesday, January 23, 2019
Pemimpin.
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
Tiga anak remaja tampak
bersemangat berjalan
beriringan dengan ayah mereka
di sebuah jalan desa yang
dikelilingi tumbuhan nan hijau.
Sesekali, mereka tampak
berhenti sebentar untuk
istirahat, kemudian berjalan
lagi.
Di sebuah pertigaan jalan, tiba-
tiba mereka berhenti. Salah
seorang dari mereka berujar,
“ Yah, kita ke arah mana?”
Yang ditanya tidak langsung
menjawab. Sang ayah seperti
memberi ruang kepada anak-
anaknya untuk berekspresi.
“ Menurut kamu, kira-kira
kemana?” ujar sang ayah
kemudian.
Gaya sang ayah yang mereka
cintai ini memang bukan hal
baru buat mereka. Selalu saja,
sang ayah akan melempar balik
sebuah pertanyaan yang sangat
berkait dengan kematangan
analisa dan pengalaman.
“Kayaknya ke kiri deh, Yah!”
ucap si bungsu tiba-tiba. Ia juga
menjelaskan kalau jalan ke kiri
itu jalan menuju puncak bukit
yang mereka tuju. Tapi, si
bungsu masih belum yakin.
“Kalau menurutku, ke kanan!”
ucap si sulung kemudian.
“ Coba lihat beberapa petani
yang memikul hasil panen
mereka. Mereka datang dari
arah kanan kita kan! Itu artinya,
mereka tidak mungkin
membawa hasil panen mereka
ke bukit, tapi ke arah pasar
yang letaknya pasti di bawah,”
jelas si sulung begitu
argumentatif.
“Menurutmu gimana, Nak?”
tanya sang ayah ke anak yang
tengah. Ia tampak berpikir
sebentar, dan kemudian
mengangguk-angguk. “Aku
setuju dengan yang arah
kanan !” ucapnya kemudian.
Mereka pun berjalan menuju
arah kanan.
Tiba-tiba, si bungsu berucap
dalam sela-sela perjalanan
mereka yang tampak begitu
mengasyikkan. “Yah, kenapa sih
tidak ayah kasih tahu aja. Kan
ini bukan yang pertama kali
ayah menuju bukit itu ?”
Tiba-tiba langkah sang ayah
berhenti, yang kemudian diikuti
oleh ketiga anaknya. Ia menarik
nafas dalam untuk selanjutnya
menatap ketiga anaknya
dengan senyum. “Anakku,”
ucap sang ayah. “Ayah
menginginkan kalian kelak
menjadi pemimpin yang baik,
bukan sekedar pengikut yang
baik, ” ucap singkat ayah yang
kemudian diiringi dengan
langkahnya.
**
Dalam dinamika organisasi yang
sehat, dalam bentuk apa pun
sebuah organisasi, seorang
pemimpin yang baik bukan
berarti orang yang piawai
menelorkan pengikut-pengikut
yang setia (taqlid).
Seorang pemimpin yang baik
adalah orang yang mampu
menyiapkan pemimpin-
pemimpin baru yang akan
menggantikannya esok.
bersemangat berjalan
beriringan dengan ayah mereka
di sebuah jalan desa yang
dikelilingi tumbuhan nan hijau.
Sesekali, mereka tampak
berhenti sebentar untuk
istirahat, kemudian berjalan
lagi.
Di sebuah pertigaan jalan, tiba-
tiba mereka berhenti. Salah
seorang dari mereka berujar,
“ Yah, kita ke arah mana?”
Yang ditanya tidak langsung
menjawab. Sang ayah seperti
memberi ruang kepada anak-
anaknya untuk berekspresi.
“ Menurut kamu, kira-kira
kemana?” ujar sang ayah
kemudian.
Gaya sang ayah yang mereka
cintai ini memang bukan hal
baru buat mereka. Selalu saja,
sang ayah akan melempar balik
sebuah pertanyaan yang sangat
berkait dengan kematangan
analisa dan pengalaman.
“Kayaknya ke kiri deh, Yah!”
ucap si bungsu tiba-tiba. Ia juga
menjelaskan kalau jalan ke kiri
itu jalan menuju puncak bukit
yang mereka tuju. Tapi, si
bungsu masih belum yakin.
“Kalau menurutku, ke kanan!”
ucap si sulung kemudian.
“ Coba lihat beberapa petani
yang memikul hasil panen
mereka. Mereka datang dari
arah kanan kita kan! Itu artinya,
mereka tidak mungkin
membawa hasil panen mereka
ke bukit, tapi ke arah pasar
yang letaknya pasti di bawah,”
jelas si sulung begitu
argumentatif.
“Menurutmu gimana, Nak?”
tanya sang ayah ke anak yang
tengah. Ia tampak berpikir
sebentar, dan kemudian
mengangguk-angguk. “Aku
setuju dengan yang arah
kanan !” ucapnya kemudian.
Mereka pun berjalan menuju
arah kanan.
Tiba-tiba, si bungsu berucap
dalam sela-sela perjalanan
mereka yang tampak begitu
mengasyikkan. “Yah, kenapa sih
tidak ayah kasih tahu aja. Kan
ini bukan yang pertama kali
ayah menuju bukit itu ?”
Tiba-tiba langkah sang ayah
berhenti, yang kemudian diikuti
oleh ketiga anaknya. Ia menarik
nafas dalam untuk selanjutnya
menatap ketiga anaknya
dengan senyum. “Anakku,”
ucap sang ayah. “Ayah
menginginkan kalian kelak
menjadi pemimpin yang baik,
bukan sekedar pengikut yang
baik, ” ucap singkat ayah yang
kemudian diiringi dengan
langkahnya.
**
Dalam dinamika organisasi yang
sehat, dalam bentuk apa pun
sebuah organisasi, seorang
pemimpin yang baik bukan
berarti orang yang piawai
menelorkan pengikut-pengikut
yang setia (taqlid).
Seorang pemimpin yang baik
adalah orang yang mampu
menyiapkan pemimpin-
pemimpin baru yang akan
menggantikannya esok.
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
kelainan kaki pada balita
Ads orthoshop
Labels:
Tafakur
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.